Kemampuan Wanita Lajang Beli Rumah Semakin Meningkat
Penghasilan perempuan yang masih belum setara dengan laki-laki, alias lebih kecil, tak memengaruhi kemampuan mereka dalam membeli rumah.
Hal ini diungkapkan dalam hasil penelitian dari National Association of Realtors (NAR), agen perkumpulan broker di Amerika Serikat.
Peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan perempuan dalam membeli rumah tinggal lebih kuat dari laki-laki.
Kemampuan tersebut, berdasarkan hasil penelitian, karena perempuan lebih jeli dan teliti dalam menemukan properti dengan harga yang terjangkau.
Peneliti menyebutkan, perempuan dinilai lebih rajin dalam melakukan riset mengenai lokasi rumah yang memiliki nilai investasi tinggi.
Selain itu, kebiasaan menabung perempuan juga lebih baik, sehingga mereka tidak terlilit utang lebih besar demi kebutuhan membeli rumah tinggal.
Kaum perempuan dinyatakan sebagai kelompok pembeli rumah terbesar kedua. Kelompok pertama adalah pasangan yang telah menikah.
“Kami tahu bahwa perempuan lajang lebih menghargai kepemilikan rumah, tidak hanya sebagai investasi keuangan, tetapi juga tempat mereka tinggal dan membangun kehidupan,” jelas Jessica Lautz, seorang direktur demografis dan wawasan perilaku di NAR.
Perempuan menginginkan rumah yang memang akan mereka huni dan bangga menyebutnya sebagai tempat tinggal.
Laporan NAR mencatat, 18 persen dari semua pembeli rumah adalah perempuan lajang.
Pasangan menikah masih mendominasi kelompok terbesar konsumen yang melakukan pembelian rumah, lebih kurang 63 persen.
Berdasarkan laporan disebutkan ada tiga kelompok pembeli rumah terbesar, yakni pasangan menikah, perempuan lajang, dan laki-laki.
Data tersebut berdasarkan sirkulasi pembelian dan penjualan rumah pada tahun 2018.
Lautz mengatakan, selama 37 tahun terakhir dari pengumpulan data bermula pada tahun 1981, kelompok perempuan lajang naik dari 11 persen menjadi 18 persen sebagai konsumen pembelian rumah.
Sementara itu, presentase pasangan menikah turun, dari 73 persen (1981) menjadi 63 persen pada 2018.
Pada tahun ’81, presentase laki-laki lajang yang membeli rumah mencapai 10 persen. Namun, pada tahun ini menurun menjadi hanya sembilan persen.
“Wanita menggunakan tabungan, ekuitas dari rumah pertama mereka, hadiah dan pinjaman dari kerabat. Yang terakhir lebih umum untuk pembelian rumah pertama, ”kata Lautz. “Pria lebih mengandalkan tabungan pribadi mereka dan pada penjualan saham dan obligasi.”
Pandji Harsanto CFP, Perencana Keuangan dari Finansial Consulting, mengatakan bahwa seorang perempuan yang telah memiliki kemampuan finansial untuk membeli rumah saat masih berstatus lajang, maka tak ada masalah.
Pasalnya, rumah adalah aset produktif yang terus menjulang harganya. Jadi, tak perlu menunda ketika sudah mampu.
“Memiliki rumha menjadi tanda seorang perempuan telah mandiri secara finansial. Jika membelinya saat masih lajang, maka properti bisa menjadi harta bersama kala menikah, yakni harta bawaan. Untuk menegaskan, perlu perjanjian khusus,” urai Pandji.
Survei yang dirilis oleh Prudential di Amerika Serikat juga menyatakan hasil yang sama bahwa jumlah perempuan lajang yang membeli rumah lebih tinggi dibandingkan laki-laki. []