Keutamaan Puasa Arafah
JAKARTA – Bulan Zulhijah menjadi salah satu bulan istimewa untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selain berkurban di hari raya Idul Adha, salah satu ibadah yang dianjurkan adalah puasa Arafah.
Dilansir dari Jatim.tribunnews.com, puasa Arafah dilaksanakan pada 9 Zulhijah, sehari sebelum hari raya Idul Adha. Puasa Arafah bernilai hukum sunnah muakkad (sangat dianjurkan).
Puasa Arafah istimewa karena Allah membanggakan para hamba-Nya yang sedang berkumpul beribadah di Arafah, tempat di hadapan para Malaikat.
Oleh sebab itu, kaum Muslimin yang tidak sedang berwukuf di Arafah pun disyariatkan beribadah sebagai gantinya berpuasa satu hari saat kaum Muslimin yang berhaji berwukuf di Arafah.
Dikutip dari Liputan6.com, mengutip situs kemenang.go.id, puasa Arafah dianjurkan kepada mereka yang sedang tidak menjalankan ibadah haji. Bagi yang mengerjakannya dijanjikan ampunan dosa setahun yang telah lalu dan setahun lagi yang akan datang.
Menurut Pembina Tahfizh Qur’an Ponpes As’adiyah Galung Beru Bulukumba, Ustaz Jusman Imam, Arafah bermakna ‘keyakinan’. Penamaan ini ada hubungannya dengan peristiwa Nabi Ibrahim yang mendapatkan wahyu untuk menyembelih putranya melalui mimpi.
Pada hari kesembilan pada bulan Zulhijah itulah Nabi Ibrahim yakin bahwa mimpinya benar.
“Untuk mengabadikan peristiwa tersebut, yakni kejadian di saat hati Nabi Ibrahim yakin atas mimpinya, maka hari kesembilan bulan Zulhijah dinamai dengan hari keyakinan atau hari Arafah,” kata Ustaz Imam dilansir dari situs kemenag.go.id, Rabu (21/6/2023).
Lebih lanjut Ustaz Imam menjelaskan, puasa hari Arafah itu memiliki makna. Pertama, puasa Arafah hukumnya sunah muakkadah, sangat dianjurkan bagi umat Islam yang mampu, kecuali bagi jemaah haji yang sedang wukuf. Jemaah haji yang sedang di Arafah tidak disunahkan untuk puasa di Arafah.
Kedua, Nabi Muhammad SAW menegaskan keutamaan puasa Arafah, yaitu dapat menghapus dosa.
“Yang ketiga, puasa Arafah menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang, itu sebagai informasi, dan stimulasi agar kita tergerak untuk melaksanakan ibadah. Bukan berarti pendekatan dagang atau pendekatan deposit sehingga bisa berbuat apa saja lantaran puasa dan dijamin pengampunan untuk memperoleh pengampunan, tapi tentu ada syarat dan kondisinya tidak sekadar puasa begitu saja,” tutur Ustaz Imam. []