Khofifah : Kedisiplinan Adalah Vaksin Paling Ampuh Saat Ini
SURABAYA – Jawa Timur (Jatim) sempat menjadi daerah dengan kasus Covid-19 tertinggi di Indonesia menggeser DKI Jakarta. Namun, selama dua pekan ke belakang provinsi ini mampu menekan angka kasus dan meningkatkan angka pasien sembuh.
Data Kemenkes per 20 Agustus 2020, Jatim kembali berada di peringkat kedua kasus terbanyak nasional dengan 29.257 orang. Total pasien sembuh pun mencapai 22.485 orang dengan rasio 76,85%. Lebih tinggi dari rasio nasional yang sebesar 68,39%.
Tak hanya itu, Jatim juga menjadi provinsi dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi terendah di Jawa pada kuartal kedua 2020. Menunjukkan bahwa provinsi ini bekerja keras menyeimbangkan penanganan virus corona dan pemulihan ekonomi.
Pada 11 Agustus 2020 lalu, Katadata.co.id melakukan wawancara khusus dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa secara virtual. Ia mengungkap beberapa jurusnya dalam menekan angka kasus Covid-19 dan menjaga perekonomian.
“Kami aktif melakukan audit kasus kematian,” kata Khofifah terkait salah satu langkahnya menekan angka kematian yang masih tinggi. Lalu, “memastikan UMKM mendapatkan relaksasi kredit” serta “memberi akses pasar” terkait pemulihan ekonomi. Begitupun sejumlah bantuan sosial atau bansos kepad penduduk yang terdampak.
Perbincangan reporter Kata Data dengan Khofifah selengkapnya bisa disimak di bawah ini:
Jawa Timur adalah daerah dengan jumlah pasien konfirmasi corona terbanyak kedua setelah DKI Jakarta. Langkah-langkah apa saja yang sudah Anda lakukan selama ini menanganinya?
Jadi memang sejak awal ketika kami memastikan menyiapkan tim, maka tim gugus tugas itu ada empat rumpun: rumpun promotif preventif, rumpun tracing, rumpun kuratif, dan rumpun dampak sosial ekonomi pandemi Covid-19. Jadi kira-kira total anggaran yang kita siapkan adalah Rp 2,384 triliun. Peruntukannya seperti yang ada di dalam slide ini. Untuk social safety net memang membutuhkan cukup besar dan kita menyerahkan prosesnya kepada kabupaten kota untuk bisa melihat secara komprehensif bahwa ada tujuh bansos yang sudah dideliver oleh pemerintah pusat.
Jadi, yang pertama memang sudah ada PKH, program keluarga harapan. Kedua, ada BPNT, Bantuan Pangan Non Tunai. Ketiga, ada perluasan sembako. Yang belum dapat BPNT masih dapat sembako. Keempat, masih ada lagi BLT. Nah BLT ini ada dari Kemensos, kemudian ada lagi bansos tunai dari Kemendes, kemudian kita melihat lagi bahwa ada beberapa format yang kemarin sempat diluncurkan.
Kemudian ada proses evaluasi hari ini adalah kartu prakerja. Kemudian pemprov waktu itu menyiapkan format bagi mereka yang terdampak Covid-19 tapi tidak ada di dalam DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial). Itulah yang kami minta kepada bupat/wali kota untuk menyisir.
Hasil yang disisir itulah yang akan mendapatkan support secara proporsional dari kemampuan APBD masing-masing kabupaten/kota dan estimasi dari yang terdampak. Itulah yang kemudian diputuskan oleh pemprov untuk diserahkan kepada kabupaten/kota penggunaannya.
Di luar dari bansos yang dari pemprov kami masih memberikan penguatan kepada penerima BPNT yang berbasis kota. Kelurahan-kelurahan di Jatim ini yang mendapatkan BPNT itu kan senilai Rp 200 ribu dalam bentuk sembako.
Kemudian kita memberikan bantalan sosial sebesar Rp 100 ribu yang langsung kita satukan dengan masing-masing bank HIMBARA penyalur. Jadi praktis pemprov tidak menyalurkan bansos.
Artinya bahwa memberikan penguatan kepada masyarakat, baik dalam bentuk pelayanan kesehatan, maupun layanan sosial ekonomi, secara nasional koordinasinya dilakukan secara teus menerus termasuk kemarin siang oleh pak Mendagri.
Progres seluruh upaya tersebut sudah terlihat?
Saya ingin menyampaikan ini data terakhir per sore tadi. Alhamdulillah yang sembuh di Jatim sudah 72,46%. Yang sekarang sedang dirawat 20,15%. Pekerjaan rumah Jatim adalah menurunkan angka kematian yang sekarang 7,39%.
Saya ingin mengajak kira-kira perbandingannya seperti ini. Kalau yang dalam konfirmasi sembuh secara nasional 65%. Dalam konfirmasi sembuh di Jatim 72,46%.
Saya ingin menyampaikan ini sungguh kerja besar, kerja berat, yang luar biasa yang dilakukan secara sinergi antara RS Rujukan, dokter dan tenaga perawat, serta relawan semua.
Sampai sore ini selisih kesembuhan Jatim dan nasional sudah 7,46%. Nah pekerjaan rumah kami adalah menurunkan angka kematian. Pemprov Jatim sudah selama dua bulan ini melakukan audit kematian. Comorbid apa yang potensial menjadikan layanan ini kemudian gagal atau pasien akhirnya meninggal.
Berikutnya saya ingin menyampaikan beratnya tugas Jatim. Ini hari keempat kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta kembali lebih tinggi dari Jatim. Jatim pernah lebih tinggi melampaui Jakarta dan itu PR di kami. Tapi kami ingin menyampaikan jumlah kesembuhan di Jatim sudah lebih tinggi dari di Jakarta. Kesembuhan di Jatim sudah empat kali lipat dari kesembuhan di Jabar. Kesembuhan di Jatim 2,5 kali lipat dari jumlah kesembuhan di Jateng. Dan kalau kita membandingkan Yogyakarta, kesembuhan di Jatim sudah 32 kali lipat lebih tinggi. Sebanyak 38 kabupaten/kota di Jatim ini kesembuhannya sudah semua di atas 50%.
Kami ingin menyampaikan ini karena memang 38 kabupaten/kota ini tugas bagi semua untuk melakukan sinergitas dengan seluruh Forkopimda (forum koordinasi pimpinan daerah). Kemudian keseimbangan kami untuk mengajak pendisiplinan masyarakat melaksanakan protokol kesehatan karena, tidak ada yang bisa memastikan kapan Covid-19 ini berhenti penyebarannya. Dan sampai hari ini obat dan vaksinnya belum ditemukan. Oleh karena itu vaksin yang paling ampuh adalah kedisiplinan itu sendiri.
Jatim masih belum memenuhi standar tes PCR corona WHO yang satu per seribu orang per minggu. Apa kendalanya?
Saya ingin menyampaikan bahwa membeli reagen itu mahal. Lalu, laboratorium kami tidak bisa melayani jika swab test dilakukan secara lebih massif lagi. Akhirnya, siapa yang di-swab? Pertama, setelah mereka reaktif maka mereka di-swab.
Lalu, kami lihat lagi mereka yang sudah dalam kondisi, ini pakai terminologi lama saya, mereka yang sudah PDP, maka dialah yang potensial di-swab. Atau hasil tracing, kontak erat, itulah yang di-swab.
Pada posisi per hari ini, satu dari 48 penduduk Jatim sudah dites rapid atau tes cepat. Satu dari 248 penduduk Jatim telah dilakukan swab test. Nah ini yang masih terus kami lakukan dan hari ini mesin PCR-nya sudah 53, mesin tes cepat molekuler 23, dan kami sebetulnya memaksimalkan testing harian 4.000 sampai 5.349 orang.
Merujuk data Litbang Kompas, fasilitas kesehatan di Jatim masih nomor empat di Jawa, jauh dari Jabar yang di posisi pertama, ada upaya mengatasi ini?
Kami menyiapkan rumah sakit lapangan. Pada Maret lalu, kami melakukan koordinasi dengan sangat banyak RS di Jatim yang kira-kira bisa membantu menyiapkan RIK, Ruang Isolasi Khusus. Ada RS pemprov di Menur yang satu gedung baru kami dedikasikan untuk pasien Covid-19. Waktu itu kami tidak berharap ruangan ini akan terpakai, tapi saya bilang harus melakukan persiapan. Bahkan itu kami lakukan di tanggal 16 Maret.
Tanggal 15 Maret pun saya, Pak Pangdam, Pak Kapolda, ke ITD, Institute Tropical Disease Universitas Airlangga (Unair) yang waktu itu satu dari tiga yang ditunjuk oleh Kemenkes untuk melakukan laboratorium PCR.
Kemudian kami juga ke RS Infeksi Unair bersama Pangdam dan Kapolda untuk memastikan bahwa, kalau bahasa saya, menyiapkan tenda sebelum hujan. Kenapa bahasa saya begitu? Karena per Januari saya sudah dapat konfirmasi bahwa sudah 29 negara yang diumumkan di sana sudah terkonfirmasi terinfeksi Covid-19.
Kemudian bulan Februari sudah 57 negara. Kemudian Maret sudah ada 139 negara, termasuk Indonesia. Karena itu, kami kemudian mengusulkan kepada Menkes untuk mengajukan Litbangnya Kemenkes yang dulu RS kulit dan kelamin itu sudah belasan tahun tidak terpakai, jadi RS lapangan. Kembali saya sampaikan kami tidak berharap itu terpakai, tapi harus melakukan persiapan.
Bagaimana dengan tenaga kesehatannya?
Pada bulan Maret itu kami lakukan rekruitmen baik dokter maupun perawat, tapi di dalamnya ada sanitarian juga. Ada 470 tenaga yang kami rekrut sebagai relawan. Ada 110 yang kita dedikasikan untuk RS Infeksi Unair.
Lalu, 360 orang untuk memberikan layanan di RS yang ada dalam koordinasi pemprov dan kami siapkan untuk RS lapangan. RS lapangan ini praktis bisa beroperasi pada 25 Mei setelah macam-macam perizinannya selesai dan per hari ini sudah 1.136 pasien yang dinyatakan sembuh.
Di RS lapangan ini sampai sekarang fatality rate-nya nol. Ini bagian penting untuk bisa melakukan relaksasi-relaksasi RS rujukan. Kami memilah bahwa yang ringan sampai sedang dikirim ke RS lapangan ini. Kemudian ini adalah gedung BPSDM (Badan Pengembanan Sumber Daya Manusia).
Ini adalah ruang obeservasi. Kira-kira daya tampungnya 350 orang. Jadi ruang observasi ini tidak menerima pasien positif, tapi kalau reaktif masuk ke sini. Di sini kami menyiapkan petugas untuk melakukan rapid test.
Kemudian setiap hari ada petugas swab test di sini. Jadi apakah mereka yang reaktif dikirim ke sini, ataukah mereka selesai dirawat kemudian ada yang kebutuhan psychological recovery karena mungkin khawatir stigma sosial, mereka akan mendapatkan perawatan di BPSDM ini. []
Sumber Kata Data