April 19, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Kreatif, Diinisiasi Mantan PMI, Toko Penjual Produk Mantan PMI Gunakan Lima Bahasa untuk Mempromosikan Dagangannya

2 min read

SEMARANG – Sejak tahun 1990-an, ada 300 warga Desa Kedungmalang yang berprofesi sebagai pekerja migran ke beberapa negara di benua Asia. Di negeri orang, mereka bekerja sebagai buruh di pabrik, asisten rumah tangga dan jenis pekerjaan lainnya.

Tidak ingin kembali bekerja di luar negeri, sejumlah mantan pekerja migran berinisiatif membentuk unit usaha bersama Toko Bahasa. Ada berbagai produk UMKM yang diproduksi, baik makanan hingga produk fashion. Di antaranya tas, baju, masker, brownis, kue kering, berbagai keripik, jamur krispi dan wader krispi.

Uniknya, untuk mempromosikan produk-produk olahannya secara online mereka menggunakan lima bahasa, yakni Inggris, Arab, Mandarin, Krama Inggil (Jawa halus) dan Malaysia.

Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Batang, Uni Kuslantasi Wihaji mengatakan, promosi produk menggunakan lima bahasa itu dilakukan secara online.

Di sisi lain, kemampuan berbahasa asing yang dimilikinya selama menjadi pekerja migran, dimanfaatkan untuk mengedukasi anak-anak dan remaja, sehingga warga desa memiliki kemampuan berbahasa asing yang baik.

“Jadi tiap sore kaum ibu mantan pekerja migran itu berkumpul untuk mengajari anak-anak belajar lima bahasa tersebut.”

“Nantinya setelah mereka intensif menjadi pelaku UMKM dengan kemampuan ganda, harapannya tidak akan timbul lagi niat untuk kembali ke luar negeri,” tuturnya, seusai meresmikan Toko Bahasa, di Balai Desa Kedungmalang, Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang, Selasa (14/12/2021).

Ia mengapresiasi inovasi yang diinisiasi para mantan pekerja migran, yang memberdayakan kaum perempuan.

“Kami pasti memberikan dukungan, namun harus membuat tujuan utama misalnya bertransformasi menjadi ‘Kampung Bahasa’ di masa depan, bisa dimulai dari anak-anaknya dulu, yang diajari dengan dua bahasa dulu, Arab dan Inggris,” ujarnya.

Lebih lanjut, kemampuan berbahasa asing warga Desa Kedungmalang nantinya dapat diaplikasikan dengan keberadaan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB).

“Dampak KITB di bidang pariwisata pasti positif, karena akan banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Batang, sehingga remaja Kedungmalang bisa mendapat manfaat secara ekonomi dengan menjadi pemandu wisata, penerjemah bahasa asing dan peluang lain yang dapat dimanfaatkan remaja desa,” jelasnya.

Kepala Desa Kedungmalang, Mulyono mengatakan jumlah pekerja migran yang berasal dari Desa Kedungmalang, lambat laun mulai berkurang karena masyarakat mulai menyadari bahwa daerahnya mempunyai potensi yang dapat dimanfaatkan.

“Pekerja migran yang sampai sekarang masih aktif ada 25 orang yang tersebar di Jepang, Taiwan dan Malaysia, namun sejak tahun 2018 bersama penggagas Toko Bahasa Tatik Setyaningsih, menghimpun agar para pekerja migran yang telah kembali ke tanah air, tidak berangkat lagi ke luar negeri,” jelasnya.

Diakuinya dulu warga Desa Kedungmalang hampir separuh menjadi pekerja migran, hal itu lantaran ingin mengangkat perekonomian keluarga

“Dengan adanya toko bahasa bisa menjadi ladang mencari rezeki mereka, sehingga mereka tidak akan kembali bekerja di luar negeri,” imbuhnya.

Salah satu mantan pekerja migran, Ayek Solehah mengatakan ia pernah bekerja di Arab Saudi selama 9 tahun dan sudah 4 tahun kembali dan ikut bergabung  membentuk usaha Toko Bahasa.

“Alhamdulillah dengan usaha bersama ini bisa untuk mencukupi kebutuhan keluarga, dan insyaallah tidak akan kembali bekerja di Arab, cari rezeki di sini saja karena bisa kumpul dengan keluarga,” pungkasnya. []

 

 

 

Advertisement
Advertisement