December 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Kurang Tidur Membuat Gampang Marah

3 min read

Kurang tidur, bahkan dua jam saja bisa menyebabkan orang marah-marah. Kondisi kurang tidur bisa mengurangi kemampuan seseorang menghadapi situasi yang membuat frustrasi.

Menurut Departemen Kesehatan RI, beda usia beda pula kebutuhan jam tidurnya. Namun, orang dewasa usia 18 hingga 40 tahun butuh sekitar tujuh sampai delapan jam tidur setiap hari.

Sebelumnya, penelitian telah mengidentifikasi hubungan antara tidur dan kemarahan. Namun belum jelas apakah kemarahan mengganggu tidur, atau benarkah kurang tidur memicu rasa marah.

Kini para ilmuwan dari Iowa State University, Amerika Serikat (AS) mengungkap faktanya lewat riset terbaru mereka. Salah satu periset yang terlibat adalah Zlatan Krizan, seorang profesor Psikologi di Iowa State. Hasil penelitian diterbitkan dalam Journal of Experimental Psychology: General.

“Meskipun ada kecenderungan kita agak terbiasa dengan kondisi yang menjengkelkan–misal mengenakan kemeja tidak nyaman atau anjing yang terus menggonggong–orang yang kurang tidur benar-benar menunjukkan kecenderungan ke arah peningkatan rasa marah dan kesusahan, yang pada dasarnya membalikkan kemampuan mereka beradaptasi dengan kondisi yang membuat frustrasi dari waktu ke waktu. Belum ada yang membuktikan ini sebelumnya,” jelas Profesor Krizan dalam sebuah pernyataan.

Para peserta studi ini dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok mempertahankan rutinitas tidur normal mereka, dan kelompok lain diperintahkan mengurangi tidur. Mereka hanya tidur dua hingga empat jam setiap malam selama dua malam berturut-turut.

Kelompok pertama rata-rata tidur tujuh jam semalam, sementara kelompok kedua hanya mendapat sekitar empat setengah jam tidur per malam. Profesor Krizan mengatakan perbedaan ini mencerminkan seberapa banyak waktu tidur hilang yang kita alami secara teratur dalam kehidupan sehari-hari.

Futurity melaporkan, Krizan dan tim mengamati partisipan di laboratorium, baik sebelum dan sesudah manipulasi tidur. Sementara orang-orang menyelesaikan tugas, di latar belakang diputar suara brown noise atau white noise yang lebih mengganggu.

Menurut Profesor Krizan, tujuannya untuk menciptakan kondisi tidak nyaman, yang cenderung memancing marah. “Secara umum, kemarahan jauh lebih tinggi pada mereka yang terbatas waktu tidurnya,” kata Profesor Krizan.

Lanjutnya, “Kami memanipulasi kadar kebisingan selama peserta mengerjakan tugas dan seperti yang diharapkan, orang-orang melaporkan lebih banyak rasa marah ketika suara itu terdengar lebih tidak menyenangkan. Ketika tidur dibatasi, orang-orang jadi lebih marah, terlepas dari kebisingan yang ada.”

Para peneliti juga menguji apakah kantuk menjelaskan perasaan marah yang lebih intens. Mereka menemukan kantuk menyumbang 50 persen dari efek eksperimental pembatasan tidur pada rasa marah. Ini menunjukkan rasa kantuk seseorang dapat memprediksi apakah mereka punya kecenderungan untuk marah.

Studi lain juga dilakukan Krizan dan tim. Mereka fokus pada 200 mahasiswa yang menulis buku harian tidur selama sebulan dan menilai tingkat kemarahan mereka setiap hari.

Hasil awal menunjukkan siswa menunjukkan lebih banyak kemarahan pada hari-hari setelah tidur malam tak cukup. Mereka berencana menggunakan data ini untuk juga melihat apakah kehilangan tidur menyebabkan perilaku agresif yang sebenarnya terhadap orang lain.

Perlu diketahui, efek dari kurang tidur bisa lebih dari sekadar merusak suasana hati Anda. Para peneliti di University of California – Los Angeles menemukan, kurang tidur menghalangi sel-sel otak berkomunikasi satu sama lain dengan benar. Jadi perasaan aneh yang Anda rasa ketika kurang tidur adalah karena sel-sel otak tidak seaktif biasanya.

Menukil Mind Body Green, pelatih kesehatan dan spesialis kebugaran David Zulberg pun mengingatkan betapa pentingnya waktu tidur cukup untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

“Rasa letih adalah salah satu penyebab stres, marah, dan reaksi berlebihan lain yang kerap terlupakan. Jadi saat Anda kelewat lelah, Anda punya kecenderungan lebih besar untuk bertindak kelewatan,” kata Zulberg.

Jadi saat Anda merasa lebih pemarah dari biasanya, coba cek pola tidur. Ingatlah, salah satu penentu hari berjalan mulus adalah cukup tidur.[AM]

Advertisement
Advertisement