December 23, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Lama Menikah Tak Kunjung Hamil, Aku Dicerai

4 min read

ApakabarOnline.com – Lima tahun sudah aku dan suamiku merajut rumah tangga. Namun, Allah belum juga memberikan keturunan pada kami. Sampai kemudian, kesabaran suamiku mulai menipis. Ia dipaksa keluarganya untuk berpoligami agar segera punya buah hati. Astaghfirullah, aku tak bisa menerima keputusan ini hingga akhirnya terjadi perceraian.

Keinginan memang tidak selamanya sesuai dengan harapan. Begitu juga dengan keinginanku, Eliyani (34, Bukan Nama Sebenarnya), yang selama ini aku kibarkan setinggi langit untuk segera mendapatkan anak bersama Mas Fandi (36), seorang suami yang telah lima tahun lebih menikahiku. Sayang sekali, pernikahan itu belum bisa memberikan kami kebahagiaan yang sempurna.

Meski pernikahan sudah berlangsung lima tahun lebih, namun nyatanya kami belum mendapatkan momongan. Kondisi itu pun dengan sendirinya mendesak kami untuk mengambil sebuah pilihan lain. Nyatanya, suamiku lebih memilih cerai karena tak tahan dengan tekanan dalam dirinya dan juga tekanan keluarga untuk mengambil keputusan yang lebih baik dengan cara mencari pendamping hidup yang lain.

 

BAHAGIA JADI ISTRI 

Sebagaimana keluarga yang lain, mulainya kami membangun cinta kasih bersamanya dengan begitu erat hingga akhirnya kami memilih untuk menuju hubungan yang serius setelah cukup lama menjalin asmara. Saat itu kami sama – sama duduk di bangku kuliah.

Keseriusan itu dibuktikan Mas Fandi dengan cara meminangku kepada kedua orang tua dengan niatan yang tulus untuk menikahiku. Aku sendiri merasa tidak keberatan dengan pinangan itu karena aku tahu betul sikapo Mas Fandi yang selalu memberikan perhatian begitu besar.

Lebih – lebih kedua orang tuaku yang selalu merindukan hari – hari kebahagiaanku di pelaminan. Air mata yang terus mengalir deras di pipi keduanya selalu menyiratkan makna kebahagiaan begitu dalam saat keinginan itu berbuah menjadi kenyataan. Rasanya sangat berkesan sekali suasana di acara pernikahan kala itu.

 

MENUNGGU BUAH HATI 

Sejak menjadi istri bagi seorang Mas Fandi, hatiku benar – benar merasakan perubahan yang luar biasa. Aku tidak hanya menyadari bahwa diri ini telah menjadi seorang istri, lebih dari itu aku ingin sekali merajut hubungan cinta kasih dalam keluarga itu sedemikian rupa hingga di usia yang senja dan memiliki banyak keturunan. Begitu juga dengan apa yang dirasakan Mas Fandi dalam dirinya.

Namun sepertinya khayalan kami memang terlalu jauh. Meski di usia pernikahan sudah berlangsung cukup lama, namun tak satupun buah hati hadir dalam rumah tangga kami. Entahlah, mungkin Tuhan belum berkehendak untuk memberikanku keturunan yang selama ini kami tunggu.

Ironisnya, kesabaran yang selalu kami upayakan berdua untuk menerima kenyataan itu tidak semanis air madu yang sekali telan membuat seseorang terpana dengan aroma dan kenikmatan. Lambat laun, aku merasakan ada kegelisahan pada diri Mas Fandi yang membuatku seringkali termangu dengan sejuta tanda tanya. Sepertinya ia sudah mulai resah dengan keadaan ini. Kecurigaan itu seakan menjadi firasat buruk bagiku hingga keresahan pada diri Mas Fandi selalu menghantui hari – hariku.

 

OGAH DIPOLIGAMI

Lambat laun firasat itu semakin menampakkan kebenaranya. Hal itu terungkap setelah aku terus mendesaknya untuk menceritakan apa yang selama ini terjadi pada Mas Fandi. Meski rasanya sangat menyakitkan, ia tetap mengatakan semua yang ia alami hingga membuatnya tidak bisa tenang.

Ternyata faktor belum adanya keturunan itulah yang menjadi biang kegelisahan pada dirinya. Aku sendiri tidak bisa berkata apa – apa saat ini menyatakan hal itu. Rasa dilematis dan serba salah dengan sendirinya membuatku terdiam. Di satu sisi aku sangat menyadari persoalan itu, namun di sisi lain aku tidak ingin berpisah dengan Mas Fandi, apapun yang terjadi.

Karena itu, aku terus berupaya untuk membuat Mas Fandi tetap optimis dan sabar menunggu apa yang selama ini menjadi impian kami berdua. Namun nyatanya persoalan tidak hanya timbul dalam diri Mas Fandi, melainkan pada keluarganya yang seakan sudah memiliki hasrat lain. Keinginan mereka untuk mendapatkan cucu dari kami dengan sendirinya mendesak Mas Fandi mengambil sebuah keputusan.

Begitu besarnya keinginan itu, mereka menginginkan agar Mas Fandi mencari pasangan lain sekalipun tidak harus meninggalkanku. Tentu saja tawaran itu sangat menyayat hatiku begitu dalam, sekalipun aku sendiri sangat menyadari pentingnya keturunan itu bagi setiap pasangan. Karena itu aku langsung meneteskan air mata karena tak kuasa saat Mas Fandi dengan terang – terangan menyatakan keinginannya untuk berpoligami dengan alasan untuk mendapatkan keturunan.

 

AKU PILIH CERAI

Namun beratnya perasaan yang terus menjadi beban dalam diriku semakin membuatku tidak tahan dengan pilihan itu. Karena itu, dengan berterus terang, aku menyatakan tidak setuju dengan keinginan itu. Bagiku tidak ada yang perlu disalahkan di antara aku dan dia dalam masalah keturunan yang tak kunjung tiba.

Namun keluarga Mas Fandi tetap bersikukuh mendorong Mas Fandi untuk beranjak sesuai kehendaknya hingga aku tak kuasa lagi untuk membendung keinginan itu. Di tengah – tengah kebuntuan itu, terpaksa kami memilih cerai karena aku tdak ingin diduakan yang ujung – ujungnya hanya akan melukai perasaanku, sekalipun rasanya berat sekali berpisah dengan sosok pria yang sudah lama bersemayam di hati. Entahlah, semoga Tuhan memberiku jalan yang lebih baik setelah kepergian itu. [BT]

Advertisement
Advertisement