November 2, 2025

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Makanan Junk Food Apa Saja yang Paling Cepat Merusak Fungsi Otak ?

2 min read

JAKARTA – Makanan ultra-olahan memang terasa nikmat. Namun, sejumlah penelitian sudah menyoroti dampak buruk makanan ultra-olahan secara umum. Pola makan tinggi makanan ultra-olahan diketahui berkaitan dengan obesitas, diabetes tipe 2, penyakit jantung, kecemasan, depresi, serta peningkatan risiko kematian. Tidak mengherankan, pola makan seperti ini juga berpengaruh buruk terhadap kesehatan otak.

Menurut ahli saraf Pablo Quiroga Subirana, semakin banyak bukti ilmiah yang mendukung hubungan antara makanan ultra-olahan dan demensia. Produk-produk ini, sarat dengan gula, lemak jenuh, dan zat aditif buatan yang tak hanya membahayakan jantung, tetapi juga mempercepat penuaan otak dan meningkatkan risiko Alzheimer.

Penelitian tahun 2022 juga menemukan, mengonsumsi lebih dari 20% asupan kalori harian lewat makanan ultra-olahan bisa menyebabkan masalah kognitif lebih cepat, terutama fungsi eksekutif dan memori.

“Penyebab utamanya adalah peradangan kronis yang dihasilkan oleh makanan-makanan ini,” kata Subirana kepada Hello Magazine.

Dia menjelaskan, saat kita mengonsumsi produk yang kaya lemak trans, gula rafinasi, dan zat aditif kimia, kita memicu respons peradangan dalam tubuh. Peradangan ini tak cuma memengaruhi sistem kardiovaskular kita, tetapi juga merusak struktur otak dan mempercepat kerusakannya. Salah satu konsekuensi dari peradangan ini adalah penumpukan protein berbahaya, seperti beta-amiloid di otak.

“Protein-protein ini terakumulasi secara abnormal di otak, yang menyebabkan penuaan dini pada jaringan otak,” kata Subirana.

Sementarai itu, para peneliti dari Virginia Tech baru-baru ini, dalam penelitian yang diterbitkan di American Journal of Clinical Nutrition menemukan, daging dan minuman ultra-olahan adalah yang paling buruk bagi kesehatan otak. Mereka meneliti “piramida” makanan cepat saji untuk menentukan mana yang paling berbahaya.

Para peneliti menyimpulkan, orang yang mengonsumsi satu atau lebih porsi tambahan dari jenis daging dan minuman ultra-olahan setiap hari punya peningkatan risiko signifikan mengalami gangguan kognitif, teramsuk yang terkait dengan demensia seperti penyakit Alzheimer.

Penelitian ini menggunakan data dari University of Michigan Health and Retirement Study, melibatkan 4.750 penduduk Amerika Serikat berusia 55 tahun ke atas. Para peserta dilacak selama 7 tahun, dengan penilaian status kognitif dilakukan setiap 2 tahun antara 2014 dan 2020.

Para peneliti melakukan evaluasi kesehatan otak umum, termasuk tes memori jangka pendek dan jangka panjang, serta kemampuan berhitung seperti menghitung mundur atau mengurangi angka berurutan.

Hasilnya, dari seluruh peserta, 1.363 orang mengalami gangguan kognitif. Mereka yang mengonsumsi setidaknya satu porsi tambahan daging ultra-olahan per hari memiliki peningkatan risiko gangguan kognitif sebesar 17%.

Minuman manis bergula seperti soda, es teh manis, dan minuman buah kemasan juga berisiko, meski sedikit lebih rendah—dengan peningkatan risiko sebesar 6% bagi yang menambah satu porsi per hari. Kombinasi seperti pizza daging dan cola, misalnya, dapat menjadi “bom” ganda bagi otak.

Menariknya, konsumsi total makanan ultra-olahan tidak menunjukkan hubungan signifikan dengan peningkatan risiko gangguan kognitif. Begitu juga kategori makanan ultra-olahan, seperti permen, camilan gurih, makanan berbasis biji-bijian dan susu, serta makanan siap saji.

“Ada hal-hal yang bisa Anda ubah,” kata profesor nutrisi manusia, makanan, dan olahraga di Virginia Tech yang juga penulis studi, Brenda Davy, dikutip dari Science Alert.

“Pilihlah makanan dengan bijak, dan tetap seimbang dalam pilihan makanan Anda.” []

 

Advertisement
Advertisement

Leave a Reply