Mayoritas ke Hong Kong, Hampir Seluruh KK Punya Anggota Keluarga yang Menjadi PMI, Begini Suasana Desa Growok
BOJONEGORO – Rumah-rumah kebanyakan berdinding tembok. Tampak kokoh dan mentereng dengan dinding dilapisi keramik warna-warni. Berpagar dan dikelilingi besi. Itulah permukiman Desa Growok, Kecamatan Dander, terasa kawasan perkotaan. Desa Growok terletak di selatan pusat kota.
Berjarak sekitar 14 kilometer atau 25 menit waktu tempuh berkendara motor maupun mobil. Sulit menemukan rumah terbuat dari papan kayu. Padahal lokasinya tidak jauh dari kawasan hutan BKPH Dander. Dan dikelilingi persawahan.
Perkampungan padat bangunan ini kebanyakan ditemui anak-anak dan orang tua hilir mudik. Tidak banyak menjumpai kalangan pemuda. Terlebih di Dusun Gempol dan Dusun Growok. Kasi Pemerintahan Desa Growok Nurhaki mengatakan, sekitar 20 persen warga desa setempat berada di luar negeri. Bekerja sebagai pekerja migrant Indonesia (PMI) atau dulu disebut tenaga kerja Indonesia (TKI).
Dari total penduduk 4.228 jiwa, hampir setiap rumah terdapat anggota keluarga bekerja di luar negeri. “Jika bukan ibunya yang TKI (pekerja migrant), kadang anaknya. Sebagian lainnya juga tani,” ungkapnya.
Pak Nur sapaannya mengatakan, warga tertarik bekerja sebagai PMI karena keadaan ekonomi yang kurang. Juga melihat tetangga bekerja ke luar negeri dan mampu membangun rumah megah. Akhirnya memutuskan ikut bekerja sebagai buruh migran.
Nur sendiri pernah bekerja di Jepang. Lelaki tinggal di Dusun Growok itu mengaku kebanyakan warga setempat bekerja di Hongkong. Yang perempuan bekerja mengasuh orang tua dan anak-anak. Sedangkan, laki-laki tidak terlalu banyak, bekerja di Taiwan. Rerata warga menggunakan uang dari hasil bekerja di luar negeri membangun rumah dan membeli tanah. Tidak banyak membuka usaha atau lapangan pekerjaan.
Hal itu menjadikan rumah-rumah di Desa Growok bagus dan mentereng. Pak Nur menjelaskan sejak 1990 warga desa sudah ada yang bekerja sebagai pekerja migran. Dan berkembang semakin banyak menginjak 1998. Awalnya Arab Saudi menjadi negara paling banyak dituju. Namun sekarang beralih ke Hong Kong.
“Awalnya Arab yang ngetren. Baru akhir-akhir ini Hongkong,” ujarya. Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Bojonegoro Hariyanto mengatakan di Bojonegoro ada empat desa menjadi pilot project dari sasaran program Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) bersama Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Bojonegoro.
Yaitu program desa migran produktif (desmigratif). Salah satunya Desa Growok. Agar desa menjadi produktif secara ekonomi. Dengan pengelolaan hasil dari kiriman uang para pekerja migran Indonesia di negara penempatan untuk keluarganya (remitansi).
“Ada konsep pendidikan parenting ditekankan pada pendidikan anak pekerja migran Indonesia, serta layanan migrasi,” ungkapnya. []
Sumber Jawa Pos