Mayoritas Perempuan Sebuah Desa di Brebes Jadi PRT di Hong kong, Taiwan dan Singapura
BREBES – Terbatasnya lapangan pekerjaan di Tanah Air menyebabkan masih banyak warga yang memilih menjadi tenaga kerja indonesia atau TKI ke luar negeri. Ini pula yang menjadi alasan 700 warga Desa Songgom Lor, Songgom, Brebes yang separuhnya perempuan mengambil risiko bekerja di negara asing.
Dinukil dari Radar Tegal, pilihan bekerja ke luar negeri dianggap sebagai ‘cara jitu’ untuk keluar dari lubang kemiskinan. Hampir separuh dari 700 orang TKI adalah perempuan, yang kebanyakan bekerja di Hongkong, Taiwan atau Korea, dibandingkan ke negara Timur Tengah seperti Arab Saudi.
Rata-rata mereka bekerja menjadi asisten rumah tangga (ART). “Di Desa Songgom Lor, mayoritas memang istri yang banting tulang ke luar negeri, karena tuntutan hidup. Sehingga, perlu pengetahuan tentang pentingnya ketahanan keluarga,” ungkap Camat Songgom Mohamad Sodik di hadapan peserta pemberdayaan BK-TKI di Balai Desa Songgom Lor, Sabtu (15/12) lalu.
Mestinya, papar dia, yang mencari penghasilan adalah suami, istri cukup berada di rumah untuk merawat anak dan melayani suaminya. “Tapi mau bagaimana lagi, mungkin itu adalah cara alternatif terakhir,” tambah Camat.
Dalam mendukung ketahanan keluarga melalui pemberdayaan Bina Keluarga Tenaga Kerja Indonesia (BK-TKI), lanjut Sodik, untuk mencari penghidupan seharusnya tidak semua keluarga harus menjadi TKI ke luar negeri. Ini perlu dijelaskan agar hak-hak anak dipenuhi oleh orangtuanya, selain mendapat kasih sayang dari pengasuh atau neneknya.
“Apalagi bekerja di luar negeri memiliki banyak risiko. Selain itu, di balik keberhasilan pekerja migran Indonesia di luar negeri, tidak sedikit pula yang mengalami masalah. Mulai proses perekrutan tidak sesuai prosedur, pemalsuan identitas, dan kompetensi pekerja yang rendah,” katanya.
Sementara, Perwakilan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jawa Tengah Sri Dewi Indrajati menjelaskan, lapangan kerja di memang Indonesia tidak berbanding lurus dengan jumlah pencari kerja. Apalagi banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga saat ada tawaran dari luar negeri yang menggiurkan langsung direspon.
“Namun, mereka tidak memahami konsekuensi jika dirinya terjerat saat berada di luar negeri. Mereka bahkan bingung harus ke mana mengadu,” jelasnya.
Saat ini, permasalahan pemberdayaan TKI di level pusat dan daerah mulai diintervensi, dengan harapan ke depan tidak terulang kembali persoalan TKI. Pemberdayaan BK-TKI ini dihadiri keluarga TKI perwakilan masing-masing RT dan anak dari keluarga TKI Desa Songgom Lor.
Dalam kesempatan itu, mewakili DP3AKB Jawa Tengah, Sri Dewi mendorong semua dinas terkait di Kabupaten Brebes untuk selalu hadir dalam permasalahan yang dihadapi TKI. Dinas dimaksud adalah Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja.
“Jadilah perempuan yang cerdas dan bangunlah daerah kita. Jangan bangga desanya jadi pemasok TKI. Upayakan pemberdayaan keluarga, yakni dengan bekerja di desa atau daerahnya melalui tangan-tangan terampil dan bisa berwirausaha,” pungkasnya. []