Mayoritas PMI yang Pulang Menjadi Pengangguran
JAKARTA – Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan keluarganya mengalami kesulitan besar selama pandemi. Di antaranya kehilangan pekerjaan, tidak bisa kembali bekerja ke luar negeri, dan adanya stigma yang mereka hadapi di luar maupun di dalam negeri.
Survei yang dilakukan International Organization for Migration (IOM) terhadap PMI yang kembali ke tanah air selama pandemi menunjukkan bahwa lebih dari 70% di antaranya menjadi pengangguran sepulangnya ke Indonesia.
Dukungan KOICA dan IOM
Menyikapi kenyataan pahit tersebut, IOM melalui dukungan Korea International Cooperation Agency (KOICA) meluncurkan program kegiatan multisektor baru guna mendukung upaya Pemerintah Republik Indonesia mengatasi dampak sosial ekonomi pandemi Covid-19 terhadap PMI dan keluarga mereka. Selain itu, juga meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan di berbagai titik masuk di wilayah Indonesia.
Program ini merupakan bagian dari mekanisme respons KOICA yang bertajuk Program Agenda Membangun Ketahanan terhadap Covid-19 melalui Kerja Sama Pembangunan atau Program ABC (Agenda for Building Resilience against COVID-19 through Development Cooperation).
Pada pelaksanaannya, KOICA dan IOM akan bermitra dengan Badan Nasional Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) dan mitra pemerintah lain untuk memberikan bantuan di lokasi transit bagi PMI yang kembali.
Selain itu, juga membantu keluarga PMI yang terdampak melalui penyaluran bantuan pemberdayaan ekonomi yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Kemudian, dukungan teknis kepada pemerintah daerah juga akan diberikan guna memastikan bahwasanya respons pandemi di tingkat daerah turut mencakup pekerja migran.
Manfaat Program
“Sejalan dengan dukungan kami di tahun 2020, Program ABC dari KOICA menekankan pada upaya peningkatan kapasitas testing Covid-19 serta penyaluran bantuan darurat yang berkelanjutan. Dengan kemitraan yang kuat antara KOICA dan IOM, kami sangat berharap dapat membantu kelompok rentan seperti para migran yang seringkali terabaikan dan memastikan keselamatan jiwa, tersedianya respons untuk meningkatkan mata pencaharian, serta meningkatkan kapasitas pemulihan dari pandemi di tengah munculnya varian virus delta dan situasi Covid-19 yang semakin mencekam,” tutur Hoejin, Country Director untuk KOICA Indonesia, melalui keterangan pers, Senin (12/07/2021).
Louis Hoffmann, Kepala Misi IOM Indonesia, menekankan bagaimana mobilitas merupakan elemen penting yang juga juga dimasukan dalam upaya pemulihan Covid-19 yang lebih luas.
“Pandemi Covid-19 saat ini tetap merupakan sebuah isu kesehatan. Namun demikian, keadaan ini juga membawa dampak yang luas terhadap mobilitas. Sistem imigrasi dan perbatasan secara signifikan mempengaruhi keadaan semua orang yang melakukan perpindahan, termasuk para pekerja Indonesia yang bermigrasi untuk bekerja demi meningkatkan keterampilan mereka dan mengirimkan remitansi kepada anggota keluarganya. Rencana respons dan pemulihan Covid-19 kita harus memprioritaskan aspek kesehatan di berbagai titik utama sepanjang perjalanan migrasi, sehingga mobilitas atau perpindahan dapat tetap terlaksana dengan aman dan tertib,” ungkap Hoffmann.
Program yang didanai oleh KOICA ini juga akan meningkatkan kapasitas petugas garda depan di bandara, pelabuhan, dan daerah lintas batas di Indonesia, termasuk melalui penguatan pelaksanaan protokol Covid-19 dan kapasitas pendeteksian Covid-19 di berbagai titik masuk.
Penularan Covid-19 di Indonesia terus meningkat, terutama setelah musim libur perayaan Idul Fitri pada Mei 2021 dan munculnya penyebaran varian virus Delta. Jumlah kasus terdeteksi mulai meningkat pada akhir Juni 2021. []
Sumber Harian Merdeka