October 14, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Membalas Keburukan dengan Kebaikan

2 min read

JAKARTA – Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam kehidupan sehari-hari ada saja orang yang melakukan keburukan kepada orang lain. Ada berupa hinaan, cacian dan semacamnya.

Lantas, bagaimana seharusnya sikap seorang muslim jika mendapat perlakuan buruk dari orang lain? Berikut penjelasan Pembina Majelis Nurul Ilmi Kendari, Ustadz Mahyuddin.

Menurut Ustadz Mahyuddin, membalas keburukan dengan keburukan asalnya boleh saja selama tidak melampaui batas. Namun, sikap yang utama bagi seorang muslim adalah membalas keburukan dengan kebaikan.

Sebagaimana dalil dari Al-Quran dalam surah Fushilat ayat 34 yang artinya, “tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia,” (QS. Fushilat : 34)

Apalagi, jika ia adalah seorang muslim yang dikenal sebagai orang yang suka menyebarkan kebaikan, maka ia dituntut berperilaku terpuji di atas rata-rata.

Ada ungkapan bahwa, “perbuatan yang dapat dianggap baik-baik saja jika dilakukan oleh orang baik yang biasa, dapat merupakan keburukan bagi orang-orang saleh.”

Misalnya saja, minum berdiri pada asalnya boleh saja. Namun, menjadi masalah jika seorang muslim yang baik melakukannya di depan publik.

Begitu juga dengan bermain bilyar, game online, dingdong, domino dan sebagainya, sebetulnya mubah tetapi bisa dianggap keburukan jika dikerjakan oleh tokoh apalagi ulama terkemuka.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar membalas keburukan orang lain dengan kebaikan, apalagi jika ia adalah seorang yang dikenal sebagai orang yang suka menyebarkan kebaikan.

“Hinaan tidak usah dibalas kalau sekadar hinaan atas pribadi kita. Lagipula, hinaan orang tidak akan membuat orang mulia menjadi rendah. Sebaliknya, si pelaku tidaklah menjadi tinggi dengan merendahkan orang lain. Hinaan hanyalah menunjukkan kualitas pribadi pelakunya,” kata Ustadz Mahyuddin, belum lama ini.

Apalagi, lanjut dia, seorang muslim itu hanya menginginkan kalimatullah yang tinggi, bukan pribadinya. Jadi, celaan orang yang suka mencela itu, biarkan saja. []

Advertisement
Advertisement