Membuat Dapur Majikan Terbakar, Ketahuan Berdagang, Seorang PRT Asing Diberhentikan
HONG KONG – Sebuah insiden kebakaran terjadi di sebuah dapur apartement di Hong Kong. Pemicunya, diduga karena seorang PRT asing meninggalkan dapur tanpa mematikan api kompor saat menggoreng kentang.
Dilaporkan oleh seorang majikan di Group Majikan Hong Kong kemarin (22/12/2021), peristiwa tersebut bermula saat seorang PRT asing sedang menggoreng kentang untuk memenuhi permintaan anak majikan perempuan yang masih kecil.
Ditengah aktifitasnya menggoreng kentang, datang anak majikan laki-laki yang baru pulang sekolah, meminta kepada PRT tersebut untuk merapikan sprei.
PRT tersebut kemudian meninggalkan dapur dengan kondisi api masih menyala dan kentang masih diatas penggorengan untuk melakukan permintaan anak majikan laki-laki, membenahi sprei.
Tak lama kemudian, api didapur menyulut penggorengan dan terjadi insiden kebakaran kecil namun menghanguskan beberapa peralatan di dapur.
Tentu saja hal tersebut membuat majikan marah dan merasa dirugikan.
Namun setelah mengetahui kronologi terjadinya peristiwa tersebut, sang majikan menjadi galau. Antara ingin memberhentikan PRT nya atau melanjutkan kontrak kerjanya.
Sementara disisi lain, sang majikan mengetahui selama ini ketrampilan memasak dari PRT asing tersebut sangat buruk. Hampir setiap hari, menu makan mereka didapat dari hasil membeli atau sang majikan sendiri yang memasak. Sedangkan sang PRT asing hanya bertugas mencuci piring dan peralatan memasak.
Tak hanya itu, sang majikan juga mengetahui, bahwa PRT asing tersebut kerap menghabhiskan waktunya untuk menelpon, sebab dia tahu bahwa sang PRT memiliki bisnis sampingan, berjualan beberapa jenis barang dan makanan untuk sesama PRT.
Majikan juga mengetahui catatan usaha yang dilakukan oleh PRT tersebut yang dikirim melalui SF Ekspres.
Setelah berpikir lebih panjang lagi, akhirnya majikan memilih untuk menghentikan sang PRT, mengembalikan ke Agen sekaligus melaporkan ke aparat terkait dengan usaha sampingannya berdagang.
Kini PRT asing tersebut selain kehilangan pekerjaan, juga berhadapan dengan proses hukum di Hong Kong karena menyalahgunakan visa tinggal. []