Menabur Asa di 2019
5 min read
Tahun 2018 telah meninggalkan kita. Berbagai moment penting di tahun 2018 akan tinggal kenangan. Berbagai peristiwa penting, baik itu politik, olahraga, maupun bencana yang melanda negara kita akan dijadikan catatan sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Moment penyelenggaraan Asean Games, yang diimbangi dengan berbagai prestasi atlet Indonesia di ajang tersebut menjadi sebuah kebangggan. Suksesnya penyelenggaraan moment olahraga tersebut juga menjadi catatan sejarah bangsa ini.
Tetapi di sebalik itu, peristiwa lain seperti OTT pada pejabat kita menghiasi tahun 2018. Baik itu menimpa anggota DPR, Bupati, Walikota, Gubernur, Menteri atau pun pejabat lain menjadi catatan panjang kasus korupsi di Indonesia. Hal ini merupakan sebuah ironi manakala tidak sejalan dengan revolusi mental yang dicanangkan Presiden Jokowi agar Indonesia bersih dari berbagai kasus korupsi.
Selain itu, berbagai bencana dan musibah juga terjadi di tahun 2018. Lantai di gedung Bursa Efek Indonesia runtuh dan menyebabkan 77 orang terluka. Musibah tenggelamnya Kapal feri di Danau Toba, Sumatera Utara. Diperkirakan sekitar 3 penumpang tewas, 21 penumpang cedera, dan 164 penumpang hilang. Gempa bumi di Lombok berkekuatan 7 skala richter menyebabkan 390 orang tewas dan 1.447 orang luka-luka.
Gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah berkekuatan 7,4 skala richter menyebabkan 2.088 orang tewas, 10.679 orang luka-luka, 5.000 orang hilang. Serta banjir dan longsor di berbagai daerah juga menjadi catatan penting tahun 2018. Juga peristiwa jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta-Pangkal Pinang di tanjung Karawang yang menewaskan 181 penumpangnya. Dan yang terbaru musibah amblasnya Jalan Gubeng di Surabaya, serta tsunami di Selat Sunda dengan jumlah korban diperkirakan 373 meninggal, 1459 terluka serta 128 hilang 5361 orang mengungsi (sampai artikel ini ditulis).
Berita lain yang tak kalah pentingnya yang terjadi di tahun 2018 adalah kerusuhan dan penyanderaan sejumlah anggota brimob dan densus 88 selama 36 jam oleh 156 Napi Terorisme di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok. Pada peristiwa tersebut 5 perwira Polri gugur dan 1 napi teroris tewas, sedangkan 4 perwira Polri luka berat/ringan. Juga peristiwa Pengeboman di Surabaya dan Sidoarjo. Ledakan bom di Pasuruan, Jawa Timur, 1 anak terluka. Kemudian yang terbaru adalah kerusuhan yang dilakukan oleh Kelompok kriminal bersenjata (KKB) diduga membantai sejumlah pekerja di Distrik Yigi, Nduga, Papua. Menurut data, setidaknya 24 orang dikabarkan tewas dalam serangan terhadap pekerja dari PT Istaka Karya itu.
Berdasarkan paparan yang penulis sampaikan di atas, kita tentu berharap ada harapan di tahun 2019. Tahun politik dengan eskalasi pertarungan politik memilih para wakil rakyat yang menduduki lembaga legislatif maupun pemimpin negara 5 tahun ke depan. Di tangan merekalah kelak digantungkan perubahan, baik ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Mampu membawa Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia. Menjadi negara yang maju, menjadi negara yang mandiri, dan berpengaruh di Asia Tenggara, dengan menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius, menjunjung tinggi nilai-nilai etika sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Harapan di Tahun 2019
Jika melihat berbagai fenomena yang terjadi pada tahun 2018, baik itu peristiwa politik, bencana ataupun lainnya, tentu kita berharap perubahan pada tahun 2019. Optimisme dalam menyambut Tahun baru 2019 kepada kehidupan yang lebih baik. Khususnya dalam menghadapi Pileg dan Pilpres 17 April 2019. Aroma kontestasi dengan bumbu-bumbu persaingan antara kedua belah pihak maupun para pendukung hendaknya jangan sampai memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.
Berbagai isu yang sengaja dilemparkan sebagai bahan kampanye juga harus bernilai positif menuju perubahan yang lebih baik. Pileg dan Pilpres harus berlangsung langsung, bersih, jujur dan adil serta bermartabat. Tidak menggunakan segala cara untuk mencapai kemenangan. Siap kalah, siap menang dan bersikap fair play siapapun nantinya yang akan terpilih menjadi pemimpin negara khususnya di Pilpres 2019 nanti. Karena siapa pun nantinya yang terpilih, di pundak merekalah digantungkan harapan masyarakat Indonesia. Mampu membawa Indonesia menjadi negara yang maju, adil, dan sejahtera sejajar dengan bangsa lain di dunia.
Dari segi ekonomi, masyarakat tentu berharap harga-harga kebutuhan pokok dapat terjangkau penghasilan mereka. Juga tarif dasar listrik (TDL) serta bahan bakar minyak (BBM) tidak semahal saat ini. Lapangan kerja juga harus tersedia. Sehingga kehidupan masyarakat dapat berjalan dinamis sesuai harapan mereka.
Pemimpin terpilih nantinya juga harus membawa perubahan dan perbaikan ekonomi masyarakat. Juga mampu membuka lapangan kerja baru dengan membangkitkan ekonomi masyarakat yaitu menumbuhkan wirausaha baru dan usaha kecil menengah perlu ditumbuhkembangkan kembali. Sehingga gairah ekonomi kembali hidup menuju era industri 4.0 nanti.
Di bidang hukum, penegakannya harus transparan serta tidak tebang pilih. Berbagai kasus korupsi, narkoba, hoaks, penistaan agama, persekusi ataupun kasus kriminalitas lainnya harus ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku. Jadikan hukum sebagai panglima, sehingga siapapun yang bersalah harus dihukum sesuai dengan tingkat kesalahannya.
Tidak membedakan apakah seseorang itu dari kalangan pejabat (atas) atau masyarakat biasa. Semua sama kedudukannya di mata hukum. Yang bersalah harus menerima ganjarannya. Terlepas dari berbagai latar belakang kehidupannya. Inilah harapan kita di tahun 2019 nanti. Hukum dapat ditegakkan seadil-adilnya. Jangan hukum itu “tumpul ke atas tetapi tajam ke bawah”
Selain itu, masyarakat Indonesia juga membutuhkan jaminan keamanan dalam kehidupannya. Berbagai tindak kejahatan seperti pembunuhan, begal, perampokan dan lain-lain selalu mengintai mereka. Pada tataran yang lebih luas adanya terorisme, radikalisme atau kelompok sipil bersenjata yang terjadi di Papua tentu menjadi isu menarik di tahun 2018.
Untuk itu, aparat keamanan harus dapat dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat. Khususnya jika berada di pusat-pusat keramaian seperti mall, terminal atau tempat -tempat lainnya. Tidak terganggu dengan preman atau pelaku kejahatan lainnya. Persoalan lain yaitu peredaran narkoba, LGBT, yang juga makin meresahkan. Jaminan rasa aman ini penting apalagi di tengah kontestasi politik di Pileg dan Pilpres, 17 April 2019 nanti. Hiruk pikuk kampanye jangan sampai menimbulkan gejolak antar pendukung salah satu paslon sehingga memunculkan kerawanan sosial di masyarakat.
Akhirnya kita berharap di tahun 2019 nanti terjadi berbagai perubahan seperti yang kita harapkan. Perubahan dalam bidang ekonomi, hukum, keamanan, sosial, menuju Indonesia yang lebih baik. Dijauhkan dari bencana yang datangnya silih berganti. Serta berbagai persoalan besar bangsa seperti korupsi, narkoba, serta maraknya LGBT.
Harapan ini merupakan doa kita menutup tahun 2018. Perayaan Tahun Baru yang selama ini identik dengan kemeriahan, pesta atau panggung hiburan perlahan kita kurangi atau bahkan kita tinggalkan mengingat banyak saudara-saudara kita yang mengalami musibah, seperti banjir, tanah longsor, maupun tsunami seperti di Lombok, Donggala, Palu, Banten maupun Lampung.
Kita ganti dengan zikir maupun doa bersama agar negara indonesia terhindar dari segala bencana dan marabahaya. Serta terpilihnya pemimpin bangsa yang mampu membawa perubahan menuju masyarakat Indonesia adil, makmur, sejahtera, dan bermartabat. Mari kita songsong tahun 2019 dengan optimisme dan tekad yang kuat lebih baik dari tahun 2018. Amin***