April 16, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Meneladani Jejak Abdurahman Bin Auf, Pedagang Dermawan yang Kaya Raya

5 min read

ApakabarOnline.com – Mungkin sebagian dari kita seringkali mendengar keluhan-keluhan para pedagang, ketika hasil dagangannya tidak laku, pada akhirnya ikhtiarnya tersebut tidak mendapatkan berkah.

Terkadang untuk sebagian orang bila mendapat keuntungan dalam berdagang, tak terasa lenyap begitu saja. Hal tersebut tanda-tanda tidak adanya keberkahan.

Keadaan seperti itulah yang pernah terjadi pada tahun-tahun pertama Rasulullah Muhammad SAW bersama kaum muhajirin hijrah dari Mekkah ke Madinah.

Pada saat itu, ada salah satu sahabat Nabi yang menemani perjalanan Rasulullah yakni Abdurrahman bin Auf. Bagaimana kisah Abdurrahman bin Auf yang terkenal dengan saudagar yang dermawan?

Abdurrahman bin Auf merupakan salah satu di antara Sahabat Rasulullah yang ikut berhijrah ke Madinah.

Sebelum hijrah ke Madinah, nama Abdurrahman bin Auf sudah terkenal sebagai saudagar yang ternama di Mekkah. Rasulullah SAW memperkenalkan Sahabatnya yakni Abdurrahman bin Auf kepada para penduduk dan saudagar muslim di Madinah.

Tidak hanya itu, Rasulullah juga mempersaudarakan Abdurrahman bin Auf dengan seorang saudagar kaum Anshar (Madinah) yang bernama Sa’ad bin Rabbiq. Dengan adanya ikatan persaudaraan Saad bin Rabbiq pun merasa sangat bahagia.

Karena orang paling mulia di bumi yakni Rasulullah SAW yang merekomendasikannya untuk bersaudara dengan Abdurahman bin Auf. Saad bin Rabbiq mengeluarkan pernyataan kira kira bunyinya seperti ini:

“Wahai saudaraku Abdurrahman bin Auf, demi Allah dan Rasulnya, apapun yang aku miliki saat ini akan ku hadiahkan untukmu setengah, biar aku memiliki setengahnya saja, silahkan engkau pilih yang mana hartaku yang engakau mau?

Mendengar pernyataan dari Saad bin Rabbiq, Abdurrahman bin Auf pun tidak menerima.

Abdurrahman bin Auf pun menjawab:

“Wahai saudaraku Saad bin Rabbiq, biarlah hartamu tetap menjadi hartamu. Semoga Allah senantiasa memberkahi seluruh harta yang engkau miliki. Aku hanya ingin engkau menunjukkan dan mengantarkan aku, di mana pasar atau pusat perdagangan di Kota Madinah ini?”

 

Kemuliaan Akhlak Abdurahman bin Auf

Dari percakapan antara mereka, sungguh tercermin akhlak Abdurrahman bin Auf yang sangat mulia. Padahal ketika berhijrah bersama Rasulullah, Abdurrahman tidak membawa harta bendanya.

Benar-benar seluruh hartanya beliau tinggalkan di kota Mekkah, hal tersebut beliau lakukan demi dapat bergabung dengan kaum Muhajirin yang dipimpin Rasulullah menuju ke Madinah.

Mendengar pernyataan Abdurahman bin Auf tersebut, Saad Bin Rabbiq pun bergegas mengantarkan beliau ke pasar. Pada kala itu, sesampainya mereka di pasar dan Abdurrahman pun bertanya pada Saad:

“Wahai saudaraku, pasar kepunyaan siapakah ini? Mengapa begitu ramai pembelinya?”

Lalu, Saad menjawab dengan nada yang lesu:

“Ini pasar milik kaum Yahudi, mereka telah mengkavling kavling tanah di sini lalu menyewakannya dengan harga tinggi ke pedagang yang ingin menempatinya”.

Kemudian Abdurahman pun bertanya lagi pada Saad:

“Lalu tanah milik siapakah yang ada di depannya ini? Kenapa tidak dimanfaatkan?”

Saad pun langsung menjawab:

“Ini tanah milikku wahai saudaraku, beberapa kali pedagang Yahudi ingin menguasainya, namun tidak kuizinkan.”

Dengan penuh semangat Abdurahman bin Auf pun berkata:

“Alhamdulillah, kalau ini memang benar tanahmu Saad, maka aku akan bangun pasar di sini, tepat di depan pasarnya kaum Yahudi dan akan kita kavling kavling juga. Kita akan kita berikan kepada pedagang muslim di sini tanpa sewa, kita akan pakai sistem bagi hasil.

Kalau pedagang muslim ada untung, baru mereka berkewajiban membagi hasilnya. Yakinlah engkau wahai saudaraku Saad, hanya dengan cara ini kita bisa mengalahkan cara berdagang kaum Yahudi.”

 

Kecurangan Kaum Yahudi dalam Berdagang

Pada lain kesempatan, ada beberapa pedagang tempatan atau kaum Anshar menjumpai Rasulullah. Kemudian mereka mengeluhkan keadaan perniagaan di kota Madinah saat itu.

“Ya Rasulullah, kami ini pedagang, tapi keuntungan perdagangan kami kalah lebih banyak dari pada kaum Yahudi. Padahal kami telah menggunakan caramu berdagang, saat pembeli belanja 1 kilogram, kami berikan cukup satu kilo, kalau mereka belanja 1 meter, ya kami juga berikan mereka 1 meter. Tidak sedikit pun kami mengurangi jumlahnya, seperti cara dagang yang engkau anjurkan.

Sementara mereka pedagang Yahudi, mereka mengurangi jumlah timbangan dan takarannya, sehingga keuntungan yang mereka dapatkan jauh lebih besar dari apa yang kami dapatkan ya Rasulullah”.

 

Cara Berdagang Rasulullah dan Sahabat Abdurrahman bin Auf

Dari ungkapan para pedagang Anshar tadi, Rasulullah pun menjawab dengan sangat lembut dan bijak menawarkan untuk mengajari mereka dalam berdagang sesuai syariat Islam.

Rasulullah menjawab: “Dengan jujur saja dalam berdagang itu tidak cukup wahai saudagar Anshar. Raihlah ridha Allah dalam setiap perdaganganmu, maukah kalian aku ajarkan bagaimana cara meraih ridha Allah dalam berniaga?”

Kemudian para pedagang madinah menjawab:

“Tentu saja ya Rasulullah.”

Kemudian Rasululullah pun bersabda:

“Mulai hari ini, lebihkan sedikit dari apa saja yang mereka belanja dari kalian. Selain menjadi bagian dari sedekah mencari berkah dan Ridha Allah, cara ini akan menjadi daya tarik tersendiri pembeli di sini untuk belanja ke kedai-kedai dan toko-toko milik kaum muslimin”.

Tidak butuh waktu lama, sejak kehadiran Rasulullah dan Abdurrahman bin Auf serta kaum Muhajirinnya, perdagangan Kota Madinah dikuasai oleh Kaum Muslimin.

Telah menyebar secara luas mengenai perbincangan-perbincangan positif tentang belanja di kedai muslimin. Orang-orang di kota Madinah pun mulai beriklan dari mulut ke mulut. Dari informasi yang menyebar luas, akhirnya kedai kaum Muslimin semakin banyak.

Lalu, beberapa tahun kemudian, pasar Yahudi yang tadinya ramai, telah menjadi sepi. Kemudian pasar Yahudi bangkrut dan menjual semua lapak dagangannya itu kepada kaum muslimin.

 

Contoh Kasus Berdagang Pada Kehidupan Sehari-Hari

Cara berdagang seperti ini, dahulu sering dipakai oleh pendahulu kita saat berdagang. Mungkin Anda sekalian ingat bagaimana dulu saat orang tua belanja buah-buahan, pedagangnya selalu menambahkan beberapa biji setelah timbangannya cukup.

Ada juga saat orang tua kita beli daging, pedagang tetap menambahkan sepotong daging kecil setelah kilo yang kita minta dicukupkan.

Bahkan pedagang kacang rebus di jalanan juga menambahkan segenggam setelah beberapa takaran yang wajib diberikannya kepada pembeli.

Semua itu adalah ajaran Rasulullah, demi meraih keberkahan dalam perniagaannya. Cara ini juga menjadi metode iklan paling baik untuk memajukan perdagangannya. Sangat disayangkan, cara-cara berdagang seperti ini banyak diabaikan saat ini, terutama di toko-toko.

Jangankan kita mendapatkan hak kita setelah membeli, terkadang di beberapa tempat kita berbelanja, timbangan dan takarannya bahkan tidak cukup. Hal ini kita tahu ketika kita menimbang dan menakarnya ulang ketika kita sampai di rumah. Sehingga perniagaan kita saat ini jarang sekali bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

Makannya tak heran bukan? Jika komoditi perdagangan kita di Tanah Air lebih banyak dikuasai oleh etnis tertentu ?

 

Hikmah dengan Mengikuti Berdagang Ala Rasulullah dan Abdurrahman bin Auf

Dalam melakukan perdagangan, hendaknya kita mengikuti ajaran Rasulullah hingga hal tersebut diaplikasikan pula oleh Sahabat Abdurrahman bin Auf.

Kita juga bisa menerapkan dalam berdagang sehari-hari sambil bersedekah, dengan tujuan tidak semata-mata mencari keuntungan materil saja.

Akan tetapi raihlah keuntungan berupa keberkahan dan keridhoan dari Allah.

Mendapatkan keridhoan dari Allah tentu merupakan satu hal penting yang perlu kita dapatkan.

Kita harus mampu melampaui dominasi pedagang nonmuslim secara sehat, seperti kesuksesan saudagar muslim di Madinah.

Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya kita tak lepas dari membaca doa. Agar Anda dapat lebih mengetahui tentang doa sehari-hari, atau mendengarkan murothal bahkan kajian dari ustadz profesional, Anda dapat menggunakan speaker Quran  yang tersedia di Evermos.

Selain itu, terdapat kisah-kisah para Nabi yang bisa kita ketahui dan bisa dijadikan suri tauladan bagi kehidupan kita.

Dengan Anda memiliki produk tersebut, insya Allah wawasan tentang keislaman meningkat dan dapat membantu Anda untuk menghafalkan doa sehari-hari maupun kebermanfaatan lainnya. []

Advertisement
Advertisement