Mengenal aktifitas Rimming dan Bahayanya Saat Melakukan Hubungan Seksual
JAKARTA – Rimming, praktik kontroversial yang melibatkan stimulasi pada bagian anus dengan mulut, masih menjadi perdebatan di kalangan masyarakat.
Meskipun beberapa orang merasakan sensasi berbeda dalam hubungan seksual melalui rimming, aktivitas ini ternyata memiliki dampak kesehatan yang signifikan.
Aktivitas ini sering disebut juga dengan analingus atau rim job, di mana seseorang menggunakan bibir, lidah, atau mulut untuk memberikan rangsangan pada anus pasangan, menciptakan kenikmatan seksual.
Namun, rimming tidak selalu membawa dampak positif. Bagi sebagian orang, aktivitas ini dapat menjadi hal yang tidak nyaman atau bahkan menimbulkan ketakutan akan infeksi.
Dalam konteks kesehatan, rimming memiliki risiko yang tinggi untuk menyebarkan berbagai penyakit menular seksual dan masalah kesehatan lainnya.
Efek Rimming pada Saraf Pudendal dan Kenikmatan Seksual
Bagi yang bertanya-tanya, rangsangan seksual pada anus dapat terjadi karena adanya saraf pudendal, yang berperan penting dalam mengirim sinyal dari alat kelamin dan anus ke otak, seperti dikutip dari alodokter.com, Jumat (25/10/2024).
Saraf ini terdapat pada lapisan tipis antara anus dan alat kelamin, memungkinkan aktivitas seperti rimming memunculkan gairah seksual. Meskipun aktivitas ini bisa dijadikan sebagai bagian dari foreplay, namun kebanyakan orang tidak mencapai orgasme hanya dengan melakukan rimming.
Risiko Infeksi Menular Seksual melalui Rimming
Pandangan umum yang menyatakan bahwa seks oral lebih aman dibandingkan dengan penetrasi langsung ternyata tidak sepenuhnya benar, terutama dalam praktik rimming.
Aktivitas ini tetap membawa risiko tinggi terhadap penyakit menular seksual, karena bakteri dan virus dapat dengan mudah menyebar melalui kontak antara mulut dan anus.
Berikut beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui rimming meliputi:
- Chlamydia – Infeksi ini disebabkan oleh bakteri dan sering menyerang saluran genital dan anus.
- Gonore – Penyakit menular seksual yang juga bisa menyerang saluran reproduksi dan saluran anus.
- Sifilis – Penyakit bakteri yang dapat menyebabkan luka di mulut atau anus.
- Human Papillomavirus (HPV) – Virus yang sering menimbulkan kutil kelamin, dapat menyebar melalui kontak kulit ke kulit.
- Herpes Genital – Infeksi virus yang menyebabkan luka pada area genital atau anus.
- HIV – Virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh, berpotensi menular melalui kontak dengan cairan tubuh.
- Hepatitis A dan B – Infeksi virus yang dapat menyerang hati, dapat menyebar melalui kontak dengan cairan atau kotoran tubuh.
Potensi Infeksi Pencernaan dan Parasit
Tidak hanya penyakit menular seksual, rimming juga berisiko menyebabkan gangguan pencernaan.
Kebersihan yang buruk atau infeksi pada saluran pencernaan dapat meningkatkan risiko perpindahan bakteri dari anus ke mulut, seperti Salmonella, Shigella, atau E. coli, yang dapat memicu gangguan pencernaan seperti diare, sakit perut, dan disentri.
Parasit juga bisa ditularkan melalui kontak mulut ke anus, terutama jika terdapat kebersihan yang tidak memadai. Parasit seperti Giardia atau cacing pita berpotensi menyebabkan masalah pencernaan yang serius.
Selain itu, jika pasangan memiliki infeksi jamur Candida, rimming bisa menularkan infeksi tersebut dari mulut ke anus atau sebaliknya, menyebabkan ketidaknyamanan seperti gatal pada anus atau sariawan pada mulut.
Tips Mengurangi Risiko Penyakit dalam Praktik Rimming
Meski risiko penyakit menular cukup tinggi, ada beberapa cara untuk meminimalkan dampaknya jika Anda dan pasangan memilih untuk melakukan rimming.
Langkah-langkah berikut dapat membantu menjaga kesehatan:
- Jaga Kebersihan Diri – Mandi sebelum melakukan hubungan seksual, terutama membersihkan area anus dengan sabun antibakteri.
- Bersihkan Anus dengan Air Bersih – Penting untuk membersihkan dengan air mengalir sebelum dan setelah melakukan rimming.
- Gunakan Dental Dam – Alat ini bisa digunakan sebagai penghalang untuk mengurangi risiko kontak langsung antara mulut dan anus.
- Hindari Seks Bebas atau Berganti-ganti Pasangan – Risiko penularan penyakit lebih rendah jika dilakukan dengan pasangan tetap.
- Tunda Rimming saat Mengalami Gangguan Pencernaan – Jika Anda atau pasangan mengalami masalah pencernaan, tunda aktivitas ini untuk menghindari penularan bakteri atau parasit.
- Vaksinasi – Melakukan vaksinasi untuk mencegah penyakit menular seksual, seperti HPV, hepatitis A, dan hepatitis B.
Di samping itu, pemeriksaan kesehatan secara rutin, terutama pemeriksaan penyakit menular seksual, tetap menjadi pilihan terbaik untuk mencegah penularan penyakit.
Komunikasi terbuka dengan pasangan juga penting agar hubungan seksual yang dilakukan nyaman dan aman. []