December 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Mengenal Perbedaan Mukmin dan Muslim

2 min read

ApakabarOnline.com – Iman dan Islam dapat disebutkan secara bersamaan atau terpisah antara keduanya. Apabila keduanya disebutkan bersamaan, maka keduanya memiliki makna yang berbeda. Iman mengandung makna amalan-amalan batin, sementara Islam memiliki makna amalan-amalan yang bersifat lahiriah. Dalil akan  hal ini adalah hadis dari ‘Umar bin Khathab Radhiyallahu ‘anhu ketika malaikat Jibril datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Jibril bertanya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apa itu Islam?” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

“(Islam adalah) Engkau bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan menunaikan haji ke Tanah Haram”. (HR. Muslim no. 8)

Lalu Jibril kembali bertanya tentang iman. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

“Iman adalah Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, Hari akhir, dan beriman kepada ketetapan Allah yang baik dan buruk” (HR. Muslim no. 8).

Perbedaan antara keduanya, Islam adalah amalan-amalan lahiriah baik perkataan lisan atau amalan badan. Sementara iman adalah amalan-amalan batin yaitu penetapan, pengenalan, dan iman dalam hati. Allah Ta’ala berfirman,

“Orang-orang Arab Badui itu berkata, “Kami telah beriman”. Katakanlah, “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘Kami telah tunduk (Islam)’. Karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dia tidak akan mengurangi sedikit pun pahala amalanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Hujurat: 14).

Allah Ta’ala menjelaskan dalam ayat ini bahwa iman berada di dalam hati dan memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan Islam. Sesungguhnya Islam bisa terdapat pada diri orang-orang munafik dan orang-orang yang  beriman. Maka kita katakan, iman memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan Islam.

Adapun jika iman dan Islam disebutkan secara terpisah, maka keduanya memiliki makna yang sama. Seperti ketika ada seseorang berkata, “Saya seorang mukmin”, atau ada yang berkata, “Saya seorang muslim”, maka ini tidak dibedakan.

Akan tetapi, ketika seseorang berkata, “Saya seorang mukmin”, maka wajib berniat -ketika mengatakan perkataan tersebut- adalah dalam rangka menyebutkan nikmat Allah ‘Azza wa Jalla. Atau sekedar memberikan informasi. Tanpa memiliki niat untuk memuji atau mensucikan diri sendiri, bangga akan dirinya, sombong, atau niat-niat tercela lainnya. Karena hal-hal semacam ini merupakan perkara yang diharamkan. Wallahu a’lam. []

 

Penulis : Dimas Setiajii

Advertisement
Advertisement