November 2, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Mengerikan, Begini Fakta Terkini yang Terungkap Dibalik Resesi Seks yang Melanda Korea Selatan

2 min read

JAKARTA – Fakta baru muncul terkait fenomena “resesi seks” di Korea Selatan (Korsel). Kini hanya separuh warga yang bersedia menikah dan lebih sedikit yang menginginkan anak.

Hal ini terlihat berdasarkan survei baru yang dirilis pada Minggu waktu setempat. Survei menunjukkan bahwa di antara 1.059 responden yang belum menikah, berusia 19 hingga 49 tahun, hanya 51,7% yang mengatakan mereka ingin berumah tangga.

Secara rinci dijelaskan bahwa sekitar 24,5% responden mengatakan “pernikahan bukanlah pilihan mereka di masa depan”. Sementara 19,1% responden lain menegaskan bahwa “mereka belum mengambil keputusan”.

Namun berdasarkan gender, lebih banyak laki-laki yang bersedia menikah dibandingkan perempuan dengan komposisi 56,3% berbanding 47,2%. Menurut jajak pendapat tersebut, keinginan untuk menikah mencapai puncaknya ketika pria dan wanita mencapai usia 20-an dan 30-an di mana 58,7% dari mereka yang berusia antara 30 dan 34 tahun menyatakan bersedia menikah namun menurun pada mereka yang berusia 35 tahun ke atas.

Soal anak, 46% responsen menjawab tidak ingin memiliki keturunan. Hanya 28,3% yang bersedia mempunyai anak.Di antara mereka yang sudah menikah, 46,5% “berpikir untuk memiliki anak”. Sedangkan 24,7% mengatakan mereka “tidak akan memiliki anak”.

“Di antara mereka yang sudah menikah dan memiliki setidaknya satu anak, 76,1% mengatakan mereka tidak berencana memiliki anak lagi,” tulis The Korean Herald, dikutip Senin (18/3/2024).

Sebenarnya, masih mengutip laman yang sama, hampir 93,9% sepakat penurunan angka kelahiran di Korsel adalah “masalah sosial”. Penyebab masalah ini pada “kesulitan dalam menggabungkan pekerjaan dan pengasuhan anak”.

Hal ini ditegaskan dalam laporan lain yang diterbitkan oleh Korean Women’s Development Institute (KWDI). Organisasi itu menyoroti besarnya beban pengasuhan yang ditanggung oleh perempuan, bahkan di rumah tangga berpendapatan ganda.

Wanita menghabiskan rata-rata 11,69 jam per hari untuk merawat anak-anaknya. Jumlah ini melebihi 7,76 jam yang disumbangkan oleh pusat penitipan anak, 4,71 jam yang disumbangkan oleh ayah, dan 3,87 jam yang disumbangkan oleh kakek-nenek.

“Pengasuhan bayi dan anak kecil, terlepas dari apakah mereka bekerja atau tidak, sebagian besar diberikan oleh ibu dari anak tersebut, yang secara jelas menunjukkan ketidaksetaraan gender dalam pembagian pengasuhan anak,” kata KWDI dalam laporannya.

“Untuk meringankan beban pengasuhan yang terkonsentrasi pada ibu, lingkungan kerja harus disusun agar pengasuhan anak dan pekerjaan dapat seimbang satu sama lain dan tingkat pelayanan publik yang dapat diandalkan juga harus dibangun,” katanya. []

 

Advertisement
Advertisement