April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Mengintip Sisa Kemegahan Peninggalan Masa Lalu yang Terkubur Abu Letusan gunung Kelud

3 min read

KEDIRI – Pada bulan Juli lalu ditemukan struktur batu bata kuno pada kedalaman 2,3 meter di Dusun Kebonagung, Desa Brumbung, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Situs ini diduga tertimbun letusan Gunung Kelud di masa lalu.

Dilansir Mongabay Indonesia, Para arkeolog dan pekerja Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jawa Timur sudah mulai mengekskavasi Situs Petirtaan Geneng ini mulai 13 Juli lalu.

“Abu vulkanik setebal 10 centimeter menutup lantai bata. Perkiraan tertutup atas proses erupsi. Ada batu andesit di dasar kolam,” kata Wicaksono Dwi Nugroho, arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Jatim dalam sebuah diskusi webinar akhir Juli lalu.

Dalam dinding bawah, ada bongkahan batu andesit ukuran 30-60 centimeter. Batu ini diduga berasal dari lontaran material vulkanik Gunung Kelud. Survei awal Petirtaan seluas 5,2 meter kali 5, 2 meter, dengan kedalaman 2,35 meter.

Ada tiga bilik utama, sedangkan pintu masuk Petirtaan di sisi barat terlihat dari undakan atau tangga masuk. Sisi selatan, ada lapisan abu vulkanis mengeras. Dinding lain berlapis lempung. “Lontaran batu andesit merusak pintu konstruksi gapura. Sepertinya garupa paduraksa yang beratap,” katanya.

Di bagian bawah ada arung atau saluran air bawah tanah. Terowongan ini terpahat di tanah padas untuk mengalirkan air ke dalam kolam atau petirtaan itu. Petirtaan pertama kali ditemukan 3 Juli 2020, saat pemilik tanah menggali lahan untuk kolam pemancingan.

“Menemukan kembali jejak beradaban yang hilang,” katanya.

Lanjutnya, jejak peradaban ini terlihat dari lokasi situs yang berada di permukiman terdekat dengan kawah Gunung Kelud. Sebelumnya, di kawasan itu sudah ditemukan prasasti Geneng Satu, yang menyebutkan daerah ini merupakan perdikan atau kawasan bebas pajak. Prasasti keluar pada 1128 Masehi oleh Raja Bameswara atau Kameshwara yang memimpin Kerajaan Kediri.

Kemudian ada Prasasti Geneng Dua keluar pada 1329 Masehi, saat Tribuwana Tungga Dewi memimpin Kerajaan Majapahit.

Situs ini tercatat dalam prasasti Geneng Dua di abad 14. Namun tak ditemukan catatan dan registrasi peninggalan purbakala Hindia Belanda dan Inggris sejak 1800-an. Kalau terpendam saat letusan besar Gunung Kelud pada 1919, bakal tercatat Belanda.

Dia menduga, situs ini terpendam saat erupsi Kelud pada 1500-an. Petirtaan ini diduga sebagai tempat pemujaan kuno terhadap Gunung Kelud.

Wicaksono mengatakan, sejak dua tahun terakhir menemukan sejumlah situs purbakala yang terkubur di dalam tanah. Selama ini, situs atau benda purbakala yang terpendam tanah selain bencana alam diduga sengaja ditimbun atau dirusak pasca perang atau sengaja ditinggalkan.

Selain di Desa Brumbung, Kediri, temuan lain, katanya, Situs Petirtaan Beji di Ngoro, Jombang, Situs Kumitir dan Situs Sugihwaras, sama-sama di Mojokerto.

Temuan situs baru ini, katanya, rata-rata terpendam karena bencana alam letusan gunung berapi. Diduga situs itu terkubur karena aktivitas bencana alam abad 12-14.

Situs petirtaan Beji di Ngoro, Jombang, awalnya ditemukan sebuah sendang lama, lebar empat meter, panjang enam meter. Pertama kali temukan petirtaan ini tampak bata kuno saat petani menggali tanah untuk irigasi pertanian.

Setelah ekskavasi kedalaman tiga meter ada bentuk petirtaan. Lapisan tanah dikupas sepaanjang 20 meter dan lebar 17 meter.

Ia membentuk petirtaan dilengkapi saluran air masuk dan saluran pembuangan. Tahun ini, rencana bagian dalam Situs Beji akan dikupas. Ada juga temuan uang logam atau koin (kepeng) dan fragmen keramik asal Tiongkok diperkirakan pada masa Dinasti Song dan Yuan abad 14.

Temuan lain, Situs Sugihwaras atau Kedaton, dalam kondisi rusak. Ia tampak sengaja dihancurkan karena ada penambangan pasir. BPCB Jatim terlambat mengetahui situs ini. “Tahun ini, mencoba menyelamatkan yang tersisa,” katanya.

Situs pemukiman Kedaton abad 13-14 era Majapahit. Ditemukan juga struktur bangunan diduga gapura zaman dulu. BPCB Jatim dibantu tim geosifika dari ITS meneliti menggunakan geo radar, magnet dan listrik di Petirtaan Beji dan Sugihwaras. Tujuannya, melihat potensi tinggalan arkeologis terisa di bagian bawah tanah.

Arkeolog BPCB Jatim juga mengekskavasi Situs Kumitir di Desa Jumitir. Kecamatan Trowulan, Mojokerto. Awalnya, ditemukan struktur bangunan sepanjang 10 meter.

Struktur ini diperkirakan berkorelasi dengan talud Kumitir yang ditemukan 2017 dan 2018. “Hepotesisnya ini dinding besar. Didukung literatur dari kitab Pararaton, dan Negara Kertagama.”

Di sana, menjadi pendharmaan Mahisa Cempaka atau Narasingamurti, Raja Singasari yang meninggal setelah 1268 Masehi. Ekskavasi mulai Oktober 2019 hingga tampak struktur batu bata sepanjang 127 meter.membentuk garis lurus.

Sejumlah naskah kuno, katanya, menyebut Kumitir atau Kumeper tempat berdiri bangunan suci pendharmaan Mahisa Cempaka. Konstruksi talud atau turap yang tersusun dati batu bata kuno sepanjang 187 meter. Ekskavasi di area seluas enam hektar.

Ahli geologi Andang Bachtiar menjelaskan, mengetahui usia benda purbakala bisa dengan pengujian di laboratorium metode carbon daring.

“Bisa dicek dalam singkapan ekskavasi, banyak sekali bahan karbon yang terkubur di bawah endapan lahar atau volkanik.”

Sampel ini bisa diambil untuk analisis usia atau uji carbon dating bisa di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).

Bisa juga analisis sedimentologi dari endapan lahar ataupun endapan banjir dan endapan piroklastik dan longsoran lain. []

Saksikan videonya :

Advertisement
Advertisement