Menilik Usaha Kecil, Masihkah Potensial ?
ApakabarOnline.com – Keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata. Tak main-main, Kementerian Koperasi dan UKM RI mencatat bahwa secara jumlah unit, UMKM memiliki pangsa hingga menyentuh 99,99 persen (57,9 juta unit) dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia.
Dengan program pemberdayaan yang tepat, UMKM dapat meningkatkan kualitas produk mereka. Banyak tersebar di berbagai kota di Indonesia, setidaknya ada beberapa usaha kecil di tiga kota yang bisa menjadi sorotan dan dapat dicontoh keberhasilannya, yakni di Waru (Sidoarjo), Tegal, dan Tapin (Kalimantan Selatan).
Waru, pioneer industri rumahan penyuplai komponen manufaktur pabrik
Wilayah yang berada di Kawasan Sidoarjo, Jawa Timur ini dikenal sebagai “Kota Udang”. Rupanya, selain dikenal dengan komoditas tangkapan laut mereka, Waru juga terkenal akan produksi logam dari industri rumahan.
Banyaknya industri logam rumahan di Waru menjadikan kota ini sebagai salah satu sentra usaha berskala kecil menengah di Kabupaten Sidoarjo, yakni Industri Kecil dan Menengah (IKM) Logam Ngingas. Setidaknya, tercatat ada sekitar 300 unit usaha logam di Ngingas sejak 1930-an.
Dengan memproduksi mesin pertanian, peralatan rumah tangga, komponen listrik, dan suku cadang kendaraan, IKM Ngingas berhasil menjadi pemasok komponen perusahaan-perusahaan manufaktur besar di Indonesia.
Melihat tingginya potensi logam di Waru, Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) turut berkontribusi mengembangkan potensi logam tersebut melalui program Sektor Unggulan dengan tujuan untuk memandirikan IKM, menjadikan IKM naik kelas, awet, gres dan go global. Program sektor unggulan untuk industri logam ini dimulai dengan melibatkan 4 IKM yang berkomitmen mengikuti tahapan dalam program tersebut.
PT Elang Jagad, UD KS Pro,CV Borneo Putra, dan UD Karya Jaya adalah empat IKM Mitra YDBA di Waru yang berhasil membuktikan bahwa produk rumahan layak dipertimbangkan dengan menjadi pemasok komponen sepeda motor untuk tier-1 PT Astra Honda Motor (PT AHM), yaitu PT Rachmat Perdana Adhimetal.
Kesuksesan keempat IKM ini rupanya mendorong semangat pengusaha logam lain di Waru untuk bergabung dan terlibat dalam program sektor unggulan. Pada 15 Mei 2017, akhirnya dibentuklah Asosiasi industri logam di Waru dengan nama Waru Manufacturing Parts (WMP) yang menaungi 24 IKM logam.
Industri kecil dan menengah Tegal menapaki peluang usaha logam pabrikan
Bicara industri logam, tidak hanya wilayah Waru, Sidoarjo yang punya potensi besar. Kota yang dijuluki sebagai Kota Bahari ini menyimpan potensi besar di bidang industri logam rumahan. Fakta ini dikuatkan dengan banyaknya IKM logam yang tumbuh di Tegal.
Pada 2012, Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) bersama Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal mendirikan Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB). Didirikannya LPB bertujuan mengambangkan IKM di Tegal.
Perlu waktu empat tahun sejak didirikannya LPB untuk kemudian YDBA menginisiasi terbentuknya Sektor Unggulan Logam. Dalam tahapan ini, YDBA menggandeng langsung tim PT AHM untuk membantu program pengembangan IKM di Tegal.
Pada 24 Maret 2017, dengan program pendampingan ayah angkat, YDBA resmi meluncurkan Sektor Unggulan Logam di Tegal. Pembentukan sektor unggulan ini melibatkan beberapa IKM yang konsisten dan berkomitmen dalam mengikuti program pelatihan YDBA, seperti PT Karya Paduyasa, PT FNF, PT Mirafix, PT Target, PT Logam Jaya, PT Gaya Teknik Logam, dan UD Berkah yang kemudian bergabung dalam komunitas IKM Logam, yakni Tegal Manufaktur Indonesia.
Bahkan, sejak 20 Mei 2017, PT FNF, PT Gaya Teknik Logam, PT Mirafix, dan UD Berkah mendapat kesempatan untuk memasok produk mereka ke PT Berdikari Metal Engineering di Bandung. Selain itu, PT FNF dan PT Gaya Teknik Logam juga berhasil memasok produk mereka ke PT Dharma Polimetal.
Mengembangkan potensi hortikultura di Tapin
Seperti yang banyak dialami oleh sektor pertanian di Indonesia, salah satu hambatan yang dihadapi petani di daerah Tapin, Kalimantan Selatan adalah masalah distribusi hasil panen. Menghadapi kondisi tersebut, kerap kali petani harus berurusan dengan tengkulak yang menghargai produk mereka di bawah harga jual.
Padahal, di satu sisi, wilayah Tapin memiliki potensi besar yang dapat dikembangkan di bidang pertanian. Terlebih, adanya visi pembangunan di Kalimantan Selatan untuk mewujudkan masyarakat hortikultura yang mandiri.
Berangkat dari masalah tersebut,YDBA masuk ke Tapin karena Tapin dan sekitarnya memiliki potensi pasar, penyerapan tenaga kerja, dan ketersediaan bahan baku pendukung sektor hortikultura.
YDBA bekerja sama dengan Grup Astra Heavy Equipment, Mining, Construction, and Energy (AHEMCE) mengembangkan Sektor Unggulan Hortikultura di Tapin yang lokasinya mencakup Kabupaten Tapin dan Banjar. Pada 6 Oktober 2016, program ini diresmikan di LPB Banua Prima Persada (Baprida) yang melibatkan 21 petani. Adapun komoditi sektor unggulan yang dikembangkan di wilayah tersebut adalah bawang merah, sayur-mayur, palawija, jagung, kedelai, dan cabai.
Setelah dua tahun berjalan, UKM Sektor Unggulan Hortikultura di Tapin berhimpun di bawah naungan Koperasi Baprida yang kini memiliki dua unit usaha. Perkembangan sektor unggulan di Tapin tidak main-main. Terbukti, Sektor Unggulan Tapin menjadi contoh sektor unggulan yang telah menapaki tahap kelima dari enam Tahapan Sektor Unggulan.
Saat ini, Sektor Unggulan Tapin tengah dalam tahap pengembangan untuk bisa menyelesaikan tahap keenam sektor unggulan, yakni Pemandirian. []