April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Menjajal Nikmatnya ‘Tempat Penitipan Suami” dan “Penangkaran Buaya”, Berminat ?

2 min read

GARUT – Garut merupakan salah satu kantong pekerja migran Indonesia (PMI) dimana di Garut banyak suami-suami yang ditinggal pergi merantau istrinya ke luar negeri dalam jangka waktu lama. Ada sebuah tempat yang menawarkan untuk para suami agar tidak terlantar selama menunggu istrinya. Tempat apakah itu ?

Jika mendengar kata tempat ‘Penangkaran Buaya’, tentu kita akan membayangkan sebuah tempat yang menyerupai kebun binatang untuk merawat satwa liar tersebut. Lalu bagaimana jika ternyata penangkaran buaya yang dimaksud berada di pinggir jalan raya?

Nah, tak hanya kamu saja yan dibuat heran. Sebagian besar netizen di sosial media juga sedang kebingungan atas penampakan sebuah tempat yang memiliki spanduk dengan tulisan “Tempat Penitipan Suami dan Penangkaran Buaya” yang berada di Garut, Jawa Barat.

Bertempat di pertigaan Jalan Pataruman, Garut, meski sempat membuatmu percaya jika tempat tersebut benar penangkaran buaya, memutuskan masuk ke dalam, kita akan melihat jika tempat tersebut hanyalah tempat ngopi, yang diberi nama Kedai Dukun.

Bahkan tak hanya warga yang melintas dan para warganet saja yang terkecoh, Kuwu Utun Inji sang pemilik kedai juga menyampaikan ada orang berkata ia harus mendapat izin dari BKSDA.

“Beberapa hari ke belakang sempat ada orang yang datang dan bilang kalau saya harus punya izin dari BKSDA, karena disangkanya ini adalah betul-betul tempat penangkaran buaya,” kata Kuwu sebagaiana dikutip dari Kumparan.com, Rabu (12/06/2019).

“Padahal, buaya yang saya maksud itu adalah akronim dari ‘bikin usaha asal yakin saja’, bukan buaya asli sebagaimana dibayangkan,” lanjut Kuwu.

Lebih lanjut, ia bercerita jika selama tiga pekan tulisan tersebut berada di  warungnya. Banyak orang yang terlihat penasaran akan tulisan tersebut. Bahkan beberapa pengguna jalan yang kebetulan melintas, beberapa kali terlihat berhenti lalu mengabadikan potret dari kedai tersebut dengan ponsel mereka

Kuwu bercerita jika pengambilan kata ‘Tempat Penitipan Suami’ adalah hasil pengalamannya saat bersama sang istri yang selalu merasa kesal tiap kali menemani istrinya belanja. Merasa butuh mencari tempat untuk menunggu, dan Kuwu yakin jika suami-suami lain juga merasakan hal itu. Maka demi mewakili suami-suami yang sering merasa kesal karena menunggu istri belanja, dibuatlah Tempat Penitipan Suami tersebut.

“Tempat ini saya ciptakan untuk menitipkan suaminya bagi istri yang hendak belanja. Jadi suaminya bisa nongkrong di sini lah,” ujar pria asal Majalengka itu.

Lokasi Kedai yang hanya berjarak 1 km dari Pasar Guntur Ciawitali jadi pertimbangan lain yang kian memantapkan langkahnya untuk membuat kedai tersebut. Dan tak hanya di Garut saja, ternyta Kuwu juga sudah memiliki kedai dengan nama dan spanduk serupa di Jakarta dan Palangkaraya.

Di kedai tersebut Kuwu menjual kopi yang berasal dari kampung halamannya di Majalengka. Harganya pun cukup terjangkau, mulai dari Rp 12 ribu-Rp 18 ribu. Dan seporsi nasi goreng hanya Rp 16 ribu-Rp 18 ribu. [Noni]

Advertisement
Advertisement