Menunda Kebaikan Itu Kerugian Besar
” Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” Qs. Al-Baqarah [2]:195
Sesungguhnya manusia diciptakan untuk beramal, kemudian ia akan dibangkitkan pada hari Kiamat nanti untuk mendapatkan balasan atas amal-nya itu. Ia tidak diciptakan untuk bermain-main lantas ditinggalkan begitu saja tanpa ada pertanggungjawaban. Orang bahagia ialah orang yang bisa memberikan simpanan kebaikan untuk pribadinya yang didapat di sisi Allah subhanahu wata’ala. Dan orang celaka adalah orang yang memberikan kejelekan untuk pribadinya, akibatnya adalah kerugian dan kesengsaran.
Perhatikanlah amal perbuatan kalian dan beritrospeksilah pada diri kalian sebelum datangnya ajal. Sesungguhnya ajal adalah ujung dari amal kalian dan merupakan awal pembalasan atas amal-amal kalian. Maut itu sangat dekat dan kalian tidak mengetahui kapan ia datang. Uban merupakan salah satu tanda yang mengingatkan kematian, maka bersiap-siaplah untuknya. Dan kematian teman dan rekan merupakan tanda akan dekatnya kematian seseorang.
Oleh karena itu berusahalah untuk mengingat kematian dan beramallah untuk kehidupan sesudah kematian, yakni kehidupan yang akan kalian datangi dan akan kalian tempati, Janganlah kalian menyibukkan diri dan lupa darinya dengan melakukan hal-hal yang bisa menjadikan kalian pergi meninggalkannya. Jangan sampai anda tertipu dengan banyaknya angan-angan, akhirnya kalian lupa akan datangnya kematian.
Berapa banyak orang berangan-angan kemudian tidak kesampaian. Berapa banyak orang yang mendapati waktu pagi, lantas ia tidak mendapati tenggelamnya matahari di sore harinya. Dan berapa banyak orang yang memasuki waktu malam, namun ia tidak mendapati pagi harinya. Dan berapa banyak orang yang berharap (ketika menjelang wafat) agar ditangguhkan sebentar supaya bisa memperbaiki apa yang telah ia rusak dan ia sia-siakan, maka dikatakanlah padanya,“tidak bisa”, “tidak mungkin”, sesungguhnya harapanmu telah hilang, dan kamipun telah mengingatkanmu sebelum hal ini terjadi, dan kami juga telah memberitahukan kepadamu bahwa pada sa’at ini tidak ada waktu dan tempat lagi bagimu untuk kembali”. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari meng-ingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-o-rang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata,”Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersede-kah dan aku termasuk orang-orang yang shalih”. Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Munafiqun: 9-11)
Sesungguhnya amal setiap manusia akan berakhir ketika ajalnya tiba, akan tetapi di sana ada amalan-amalan yang manfa’at dan pahalanya akan terus mengalir, meskipun pelakunya telah meninggal dunia, seperti wakaf-wakaf kebaikan, wakaf pohon-pohonan yang bermanfaat atau yang berbuah, membangun masjid, madrasah-madrasah, dan anak cucu yang shalih, dan juga mengajarkan ilmu yang manfa’at dan menulis buku-buku yang berfaidah.
Di dalam hadits shahih dari Abu Hurairah [rodhiyallahu ‘anhu] bahwa Rosululloh Sholallohu’alaihi Wasalam bersabda:“Jika seorang anak adam meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu: Shadaqah jariyah, Ilmu yang manfa’at, Anak yang shalih, yang berdo’a bagi orang tuanya”. (HR. Muslim).
Hadits ini menunjukkan terputusnya amal seseorang karena kematian, dan kehidupan di dunia ini hanya sementara dan merupakan tempat untuk beramal. Maka sebagai orang Islam sudah seharusnya takut, jangan sampai lupa mati dan menyia-nyiakan waktu. Dan bersegera melakukan ketaatan-ketaatan sebelum datang kematian, tidak mengakhirkannya sampai waktu yang terkadang tidak ia dapati. Banyak sekali nash-nash dari ayat atau hadits yang menganjurkan untuk bersegera dan berlomba-lomba dalam mengerjakan ketaatan dan kebaikan. Hadits di atas juga menunjukkan pengecualian tiga perkara yang akan bermanfaat bagi pemiliknya, meskipun telah meningal dunia, tiga perkara itu adalah:
Shadaqah jariyah
Para ulama telah menjelaskan bahwa shadaqah jariyah adalah wakaf kebaikan, seperti wakaf tanah, wakaf masjid, madrasah,tempat tinggal, sawah, mus-haf, buku –buku yang berfaidah dan lain sebagainya. Ini adalah amalan yang utama yang bisa ia lakukan bagi dirinya untuk kehidupan akhirat. Dan hal ini bisa dikerjakan oleh orang yang berilmu dan juga orang awam.
Ilmu yang bermanfa’at
Hal ini bisa dilakukan oleh orang yang berilmu, yakni dengan menyampai-kan ilmu-ilmu agama kepada masyara-kat, baik secara lisan maupun tulisan, seperti menulis buku-buku keagamaan. Orang awam juga bisa ikut andil, yakni dengan mencetak buku-buku tersebut atau membelinya, kemudian membagi-nya atau mewakafkannya. Maka di dalam hadits ini terdapat anjuran yang sangat besar untuk belajar agama, mengajarkannya, serta menyebarkan buku-buku agama, sehingga masyakat bisa mengambil manfa’at darinya, baik ketika ia masih hidup atau sudah wafat.
Anak yang shalih
Do’a anak atau cucu, baik laki-laki atau perempuan akan bermanfa’at bagi orang tuanya. Begitu juga shadaqah atau haji yang diniatkan untuk orang tua mereka. Bahkan do’anya teman baik anak-anak mereka juga akan bermanfaat bagi orang tua mereka. Tidak jarang seseorang mendo’akan orang yang telah berbuat baik kepadanya dengan mengatakan, “Semoga Allah subhanahu wata’ala merahmati orang tua kalian dan mengampuni dosa-dosanya”.
Di dalam hadits di atas juga terdapat anjuran untuk menikah agar mendapatkan anak yang shalih. Dalam hadits ini juga terdapat anjuran untuk mendidik anak agar menjadi anak yang shalih, generasi yang shalih bagi bapaknya, mendoakan mereka setelah kematian mereka.
Namun sungguh sangat disayangkan banyak sekali masyarakat yang menye-pelekan masalah pendidikan anak ini. Mereka tidak perduli dengan pendidikan agama, membiarkan anak-anaknya meninggalkan kewajiban dan melakukan yang diharamkan agama, seperti meninggalkan shalat, mengumbar aurat, dan syahwat atau yang lainnya yang menyebabkan rusaknya agama ini. Akan tetapi jika anaknya merusak sedikit saja dari hartanya, maka dengan serta merta mereka melakukan tindakan, dan memarahi anaknya.
Bertakwalah kalian wahai para orang tua kepada Allah subhanahu wata’ala dalam mendidik anak, agar mereka menjadi simpanan berharga bagi kalian, dan tidak menjadi penyebab kerugian dan penghalang yang bisa membahayakan kalian. Ketahuilah sesungguhnya mendidik anak agar baik itu tidak datang begitu saja, kita harus memberikan sebab-sebab dan sarana pendukungnya dan bersabar, serta mengarahkan pada kebaikan dan menjauhkan mereka dari kemungkaran.
Hadits ini juga menunjukkan atas disyari’atkannya seorang anak berdo’a untuk orang tuanya, di samping do’a pribadi mereka, baik di dalam shalat atau di luar shalat. Dan ini termasuk perbuatan baik kepada orang tua yang akan tetap berlaku, meskipun orang tua mereka telah wafat. Semua yang disebutkan ini merupakan kandungan dari ayat al-Qur’an,
“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan”. (QS. Yasin :12)
Karena sesuatu yang mereka kerjakan itu artinya perbuatan yang mereka lakukan langsung ketika mereka hidup di dunia, amal baik atau amal buruk. Sedangkan bekas-bekas yang mereka tinggalkan artinya sesuatu yang timbul sesudah kematian mereka akibat amal perbuatan mereka semasa hidup, yang baik atau yang buruk.
Ada tiga perkara (amalan) yang bekasnya akan sampai kepada pelakunya, meskipun ia telah meningal dunia, yaitu:
1.Hal-hal yang dilakukan orang lain disebabkan ajakan dia atau arahan dia sebelum kematiannya.
2.Hal-hal yang memberi manfa’at bagi orang lain, yang ia lakukan sebelum kematiannya, seperti wakaf bangunan atau tanah.
3.Hal-hal yang dikerjakan oleh orang yang masih hidup dan dihadiahkan kepada mayit, seperti do’a, shadaqah atau amal baik yang lainnya.
Ibnu Majah telah meriwayatkan sebuah hadits, yang artinya, “Orang mu’min akan menemukan balasan beberapa amal baiknya setelah kema-tiannya, di antaranya: Ilmu yang ia sebarkan, Anak shalih yang ia tinggal-kan, Mushaf yang ia wariskan, masjid yang ia bangun, rumah yang ia bangun untuk ibnu sabiil, Saluran irigasi yang ia buat, Shadaqah yang ia keluarkan semasa hidupnya”.
Bersungguh-sungguhlah kalian –semoga Allah subhanahu wata’ala merahmati kalian – untuk melakukan sebab-sebab yang bermanfa’at, dan mendahulukan amalan-amalan yang bermanfa’at, yang pahalanya tetap mengalir setelah kalian wafat. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Harta dan anak-anak adalah perhiasaan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”. (QS. Al-Kahfi [18]:46) []