Meskipun Orang-Orang Tercinta di Kampung Halaman Meninggal Dunia, Banyak PMI Hong Kong Terpaksa Memilih Tidak Pulang

HONG KONG – Situasi pandemi yang menghantam dunia dua tahun belakangan memang membuat berbagai lini terkena dampaknya. Tak hanya pengusaha kaya yang kehilangan banyak harta, orang-orang kecilpun turut merasakan kegetiran di berbagai bidang.
Pandemi corona, jelas-jelas telah menghambat migrasi manusia antar negara, bahkan antar wilayah di dalam sebuah negara. Pembatasan pergerakan memang sengaja dilakukan guna memutus mata rantai penularan.
Hal demikian tentu membawa sisi menguntungkan dan merugikan. Hingga bahkan, karena pandemi, perpisahan dengan orang tercinta hanya bisa dilakukan melalui dunia maya.
Hal tersebut dialami oleh banyak pekerja migran Indonesia di negara penempatan. Seperti di Hong Kong salah satunya.
Adalah Sumiyati, salah seorang pekerja migran Indonesia di Hong Kong asal Bojonegoro, Jawa Timur harus rela dan menahan diri tidak pulang saat orang yang mengandung dan melahirkannya meninggal dunia.
“Waktu ibu sakit dan saat dalam kondisi sadar, melalui whatsapp ibu bilang sedang baik-baik saja, bahkan ibu banyak sekali meninggalkan pesan yang intinya aku harus bisa jaga diri, harus berhati-hati menjalani hidup, menyongsong masa depan. Tapi keesokan harinya, adiku menyampaikan kabar duka, ibu telah tiada” tutur Sumiyati kepada ApakabarOnline.com pada Minggu (05/09/2021).
Jika situasi tidak dalam pandemi, seringkali PMI di negara penempatan bisa mendadak pulang ke kampung halaman saat ada kerabat yang meninggal. Namun berhubung saat ini terbatasi pandemi, tidak mudah bagi Sumiyati untuk mengambil keputusan tersebut.
“Terpaksa saya tidak pulang mas, padahal pas bapak sakit kritis dulu saya bisa mendadak pulang, dan masih bisa mengejar jenazah bapak karena bapak meninggal saat saya dalam perjalanan. Tapi pas ibu meninggal …” ucapan Sumiyati terhenti oleh isak tangisnya.
Hal serupa juga dialami oleh Siti Nur Janah. PMI Hong Kong asal Indramayu ini kehilangan anak dan suaminya karena terinfeksi corona. Mendengar kabar tersebut, kepada ApakabarOnline.com Nur Janah pun tak berdaya.
“Mau pulang, tidak ada penerbangan, tidak pulang hati ini teriris-iris, sebab yang meninggal dunia anak dan suami saya. Tapi saya bersyukur, masih bisa melihat prosesi pemakaman suami dan anak saya yang dimakamkan di Jakarta atas bantuan kerabat yang menyorotkan kamera melalui sambungan Whatsapp” kenang Nur Janah.
Nur Janah dan Sumiyati sejatinya hanyalah dua dari sekian banyak PMI Hong Kong yang mengalami nasib serupa. Ditengah suasana pandemi corona, dengan terpaksa tak bisa pulang saat orang-orang tercinta pergi meninggalkan dunia yang fana. []