Miliki Dua Modal, Indonesia Sambut 2024 dengan Penuh Optimis
JAKARTA – Masyarakat Indonesia harus menyikapi pergantian tahun dari 2023 ke 2024 dengan optimis. Karena, Indonesia memiliki dua modal besar yakni kondisi perekonomian dan stabilitas politik yang baik pada tahun depan.
Dari sektor perekonomian, sepanjang triwulan 2023 pertumbuhan perekonomian Indonesia mencapai angka 5 persen. Pencapaian itu, masuk dalam kategori negara yang memiliki pertumbuhan cukup besar. Dibandingkan dengan pertumbuhan perekonomian global yang hanya mencapai angka dikisaran 2,9 persen.
Kemudian, berkaitan dengan pengendalian inflasi, Indonesia berhasil menjaga inflasi di angka 2,86 persen. Angka itu, jelas dibawah angka rata-rata inflasi global yang berkisar di anglais 7,2 persen.
“Kita tidak punya alasan untuk tidak optimis tahun depan. Pada 2024 saya namai tahun yang harus penuh dengan optimisme,” kata Presiden Joko Widodo dalam sambutannya pada Outlook Perekonomian Indonesia di DKI Jakarta, pada Jumat (22/12/2023).
Prestasi perekonomian Indonesia, lanjut Presiden, juga terjadi dalam penyerapan tenaga kerja pun termasuk cukup baik. Tercatat penyerapan tenaga kerja dari periode Agustus 2022 hingga Agustus 2023 mencatat angka terdapat 4,5 juta orang yang bekerja.
Disusul dengan PMI Manufaktur Indonesia pada November 2023 mencapai level yang cukup baik yakni 51,7. Dan neraca perdagangan Indonesia yang masih surplus selama 43 bulan berturut-turut. Hal itu diikuti dengan indeks keyakinan konsumen pada November juga berada di angka yang sangat tinggi, yakni 123,6. Artinya keyakinan masyarakat terhadap perekonomian Indonesia yang kuat sangat tinggi.
“Indonesia tetap hati-hati dan waspada terhadap kondisi global,” kata Presiden.
Modal selanjutnya yang berkaitan dengan stabilitas politik, Presiden menyatakan, masyarakat Indonesia sudah dewasa dalam menyikapi setiap isu yang berkaitan dengan kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) yang bakal berlangsung pada 2024 mendatang. Indikasinya, banyak dari masyarakat yang menyikapi isu pilpres tidak berlebihan.
Kesimpulannya, masyarakat dalam negeri santai dan adem dalam menyikapi setiap isu Pilpres yang tersebar secara luas melalui berbagai kanal komunikasi dari mulai media massa hingga media sosial (medsos). Berbeda pengan kondisi kontestasi politik yang terjadi pada periode 2014 dan 2019.
“Rakyat santai-santai saja sebetulnya. Politiknya juga adem-adem saja. Saya kira sangat jauh kalau dibandingkan dengan 2014 dan 2019 sangat beda sekali,” kata Presiden.
Pencapaian masyarakat Indonesia yang telah dewasa dalam menyikapi isu Pilpres, tentunya dapat mengubah kondisi politik yang menghangat menjadi lebih dingin. Mengingat, masyarakat mampu secara bijak menyikapi isu sensitif yang berkaitan dengan pasangan calon maupun kandidat Pilpres.
Dengan begitu, masyarakat tidak tersulut dengan informasi yang berkaitan dengan Pilpres mendatang. Sehingga, masyarakat dapat menjaga kondusifitas selama penyelenggaraan Pilpres dalam beberapa waktu depan. Hal itu penting sebab, kontestasi pemilihan pemimpin dapat sepenuhnya berdampak positif dalam berbagai sendi kehidupan masyarakat.
“Masyarakat kita sudah dewasa dalam berpolitik. Yang panas pun bisa segera didinginkan dan kalau terbelah sedikit juga bisa bersatu kembali,” pungkas Presiden. []
Sumber Info Publik