Mungkinkah Tertular Virus Karena Gunakan WC Umum ?
ApakabarOnline.com – Selain tidak menyenangkan, menahan buang air saat sedang bepergian juga tidak menyehatkan. Perkara WC umum memang pelik, apalagi untuk perempuan.
Ada beberapa ‘ritual’ yang biasa dilakukan ketika terpaksa menggunakan WC umum. Mulai dari sekadar mengeringkannya, mengelap dudukan dengan cairan antiseptik, sampai melapisi dudukan toilet.
Sebagian perempuan pengguna WC umum bahkan tidak mau kulit bokongnya bersentuhan dengan dudukan toilet, bahkan setelah mereka mengeringkan dan membersihkannya. Mereka memilih untuk setengah duduk di atas toilet.
Segala ritual itu dilakukan untuk meminimalkan paparan bakteri dan kuman di WC umum. Karena telah digunakan banyak orang, kita tentu tidak ingin tertular infeksi dari WC umum.
Hal tersebut memang tidak salah. Akan tetapi, pada dasarnya kuman dan bakteri memang ada di mana-mana, termasuk di WC umum. Sebagian orang menganggap tempat itu merupakan sarang berbagai organisme penyebab penyakit menular seksual, seperti klamidia atau gonore alias kencing nanah.
Situs WebMD menyebutkan bahwa dudukan toilet sebenarnya bukanlah perantara yang menularkan infeksi penyakit tersebut. Karena banyak organisme penyebab penyakit hanya dapat bertahan hidup dalam waktu yang sangat singkat di atas dudukan toilet.
Seandainya terjadi, kuman-kuman itu harus ‘berpindah’ dari dudukan toilet menuju saluran uretra, atau melalui luka terbuka di bokong atau paha. Yang kemungkinannya sangat kecil.
Abigail Salyers, PhD., ketua American Society for Microbiology, menyebutkan bahwa sepanjang pengetahuannya, tidak ada seorang pun yang tertular penyakit menular seksual dari dudukan toilet. “Kecuali mereka berhubungan seks di dudukan toilet,” ujarnya.
Primrose Freestone, dosen senior di Clinical Microbiology, University of Leicester, mengatakan seperti dikutip dari Science Alert, bahwa mikroba begitu melimpah di seluruh tubuh manusia, termasuk kulit, mulut, mata, saluran kencing, organ genital dan saluran pencernaan.
Pada dasarnya setiap orang membawa setidaknya sekitar satu kilogram mikroorganisme, yang sebagian besar terdapat di dalam usus. Mikroorganisme itu terdiri dari bakteri, jamur, virus dan kadang-kadang parasit.
Dan sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa mikroba dari usus manusia membentuk 25 sampai 54 persen feses, atau kotoran padat. Feses manusia dapat membawa berbagai macam patogen yang dapat ditularkan, seperti Campylobacter, Enterococcus, Escherichia coli, Salmonella, Shigella, Staphylococcus, Streptococcus dan bakteri Yersinia. Juga virus seperti norovirus, rotavirus dan hepatitis A dan E, dan banyak lagi.
Jadi pastinya akan selalu ada risiko infeksi jika terkait dengan feses. Akan tetapi apakah ada risiko terkena infeksi serius dari toilet umum, sehingga harus setengah duduk di toilet?
Menurut Dr. Freestone dalam The Sun, terkena infeksi karena duduk di dudukan toilet sangat tidak mungkin. Hal ini disebabkan karena kebanyakan penyakit pada pencernaan dan usus melibatkan transfer bakteri dari tangan ke mulut sebagai akibat dari kontaminasi feses pada tangan, makanan dan berbagai permukaan lain.
Lagipula, “Kulit manusia juga ditutupi oleh lapisan bakteri dan ragi yang berfungsi sebagai pelindung yang sangat efektif,” tambahnya. “Yang penting ditekankan adalah sistem kekebalan tubuh seseorang dalam keadaan yang sangat baik untuk melindungi dari patogen kotor.”
Jadi tidak perlu jongkok atau ‘melayang’ di atas dudukan toilet. Bahkan ahli terapi fisik kesehatan perempuan, Brianne Grogan dalam wawancaranya dengan Express menyarankan agar mereka yang melakukan hal tersebut untuk segera menghentikan kebiasaan itu.
“Masalahnya dalam posisi setengah duduk di toilet ketika kencing, otot-otot di dasar panggul dan tulang panggul–rotator pinggul, perekat, punggung dan otot perut, dalam keadaan yang sangat tegang,” jelasnya.
“Ketegangan tulang panggul akan menyulitkan urin mengalir dengan mudah, dan sering kali mengharuskan Anda mendorong kuat, atau ‘menahan’ sedikit agar urin keluar dengan cepat. Gerakan mendorong dan memaksa kencing ini dapat menyebabkan prolaps organ panggul.”
Grogan menambahkan hal ini juga dapat menyebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas hingga akhirnya dapat menyebabkan peningkatan frekuensi dan urgensi buang air kecil, dan dapat berkontribusi pada peningkatan infeksi kandung kemih.
Grogan menambahkan bahwa ini dapat menyebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas yang akhirnya dapat menyebabkan peningkatan frekuensi dan urgensi buang air kecil, atau dalam kasus-kasus ekstrem bahkan berkontribusi pada kemungkinan peningkatan infeksi kandung kemih.
Menurut Dr. Freestone, salah satu area yang paling berisiko terpapar kuman-kuman dari feses yang tidak terlihat mata adalah pegangan pintu pada toilet umum. Jadi mencuci tangan dengan benar setelah menggunakan WC umum adalah suatu keharusan agar terhindar dari kontaminasi kuman dan bakteri penyebab penyakit. [Ika]