Pengakuan Erika, Begini Dukanya Menikah Dengan Bule
Di Indonesia bule masih dianggap manusia “berbeda” oleh kebanyakan orang. Memang sih beda warna kulit dan bentuk tubuh, tapi di luar perbedaan fisik juga terbentuk stereotype yang membedakan orang bule dengan orang lokal. Contohnya, orang bule dianggap punya banyak uang, lebih romantis, lebih liberal, sampai dikira (semua) bule punya alat kelamin super!
Dari pengalaman pribadi saya yang memiliki pasangan bule, cukup banyak hal yang menuntut saya untuk bersabar agar tidak terpancing emosi. Terutama dengan mereka yang begitu kepo terhadap kehidupan pribadi atau pun sekerdar tahu sejarah dari mulai berkenalan sampai menikha. Saya masih ingat, sekitar 3 tahun lalu, pas saya baru pindah ke Indonesia dan saat itu kebetulan bulan puasa, saya dan anak pergi teraweh di mesjid setempat. Sebagai penduduk baru, saya berusaha berbaur dan menyapa ramah sambil mengenalkan diri saya dan anak saya. Waktu itu, saya datang ke mesjid sebelum sholat Isha, karena saya memang ingin bersholat Isha berjemaah.
Buset, dari mulai saya duduk, ibu yang duduk disebelah saya, dengan gaya ramahnya mulai menginterview karena dia melihat penampakan anak saya beda dengan anak lainnya. Pertanyaan standar pertama adalah “Suaminya bule,ya?” Saya jawab pendek, iya. Lalu berlanjut ke pertanyaan kedua, “Bule dari negara mana?” masih saya jawab. lanjut ke pertanyaan ketiga, “Dulu ketemunya dimana?” dan saya mulai sesak napas tapi masih mencoba sopan menjawab pertanyaan dia. pertanyaan terus berlanjut ke nomor 4, 5, 6, 7 sampai akhirnya saya diselamatkan oleh khomat dan mulai menunaikan sholat isha. Selesai shoalt isha, interview masih terus berlanjut sampai saya benar-benar merasa ingin muntah. Padahal saya sudah mencoba menghindar semua pertanyaan dia dengan bertasbih.
Keesokan harinya, saya teraweh lagi dan duduk ditempat yang berbeda. Saya ga mau duduk lagi sebelah si ibu yang kemaren. Karena saya baru, saya pun berkenalan dengan ibu yang lain yang duduk disebelah. Ya ampun, ternyata si ibu ini pun mulai menginterview dan mengulang semua pertanyaan yang sama seperti ibu sebelumnya. Walhasil, saya berdiri dan mengajak anak saya pulang karena saya menjadi sangat tidak nyaman. Begitupun ketika saya mencoba menghadiri acara di lingkungan RT. Walaupun anak saya kali ini tidak ikut, tapi mereka tetap mengajukan daftar pertanyaan standar seputar sejarah saya sampai bersuamikan bule. Sejak itu, saya tidak pernah lagi keluar dari rumah.
Najid & Andriyani, Cinta Sejati Mantan PMI Hong Kong Asal Pacitan Dengan Pria Nepal
Bersuamikan bule, di Indonesia, masih menjadi pemandangan yang cukup membuat mereka penasaran. Terutama dengan mereka yang memandang negatif hubungan wanita lokal dengan pria bule. Hal-hal apa saja sih yang sering membuat kesal para istri/pacar orang bule??
- Dianggap menikah dengan bule karena untuk perbaikan ekonomi dan keturunan.
- Dianggap cewek murahan demi untuk menarik perhatian bule.
- Dianggap punya pohon uang di rumah atau punya ATM sendiri yang uangnya tidak habis-habis.
- Kalau jalan dengan anak dan kita tidak dandan, dianggap baby sitter atau babu.
- Kalau belanja, suka dikasih harga mahal dan ngga boleh nawar.
- Dianggap kere kalau ngga punya kehidupan mewah.
- Jadi story teller
- Dianggap tidak nasionalis
- Yang paling ngga lucu, kalau jalan ma suami, suka banyak cewek yang tanpa malu minta kenalan dengan suami. Atau sekedar ngajak ngobrol dan istrinya dianggap angin lalu.
- Dianggap kurang paham agama.
- Bahkan sering ditanya, suami bulemu disunat apa tidak.
Ya begitulah dukanya punya pasangan bule. Bagi mereka yang punya pasangan bule pasti pernah mengalami hal-hal yang saya ceritakan di atas. Semua saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi saya dan teman-teman saya. Saya tidak mengarang atau mengada-ada.
Lalu apa sukanya mempunyai suami bule?? Secara umum banyak hal-hal lucu karena perbedaan cara hidup dan budaya. Tiap hari ada saja hal-hal yang bisa dipelajari. Saya jadi lebih mengenal budaya keseharian para bule. Selama ini kan kita hanya tahu di film-film kalau bule itu freesex dan bebas. Tapi setelah menjalaninya, saya malah melihat, budaya bule jauh lebih tinggi dari budaya Indonesia. Bagaimana mereka sangat memprioritaskan kebersihan, kesopanan dan juga keramahannya. kenyamanan bersuamikan bule, buat saya pribadi adalah, penerimaan suami terhadap diri saya secara mutlak. Dalam arti, saya tidak harus susah payah berdandan dan selalu tampak seksi didepan dia. keterbukaan komunikasi tanpa basa basi adalah yang terpenting. Dan yang paling mengesankan saya adalah, bule itu tidak pernah membaca pikiran orang lain alias berprasangka. Dan berbohong dianggap kejahatan yang sangat besar.
Sebenarnya sih bersuamikan laki-laki lokalpun sama saja. Cuma saya sering melihat banyak pasangan yang timpang kalau mereka jalan-jalan, si istri begitu kinclong sementara si suami biasa-biasa saja. Saya ngga tahu, kenapa disini pasangan banyak yang terlihat seperti itu? [Erika]