Penguasaan Bahasa dan Penyesuaian Lingkungan Sosial Menjadi Tantangan Calon PMI ke Jerman
![](https://apakabaronline.com/wp-content/uploads/2025/02/KemenP2MI_dan_Tim_Interviewer_BA_Jerman_Bahas_Seleksi_Interview_CPMI_Batch_VI_untuk_Program_G_to_G_Perawat_di_Jerman_DSC09085.jpg)
JAKARTA – Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (KemenP2MI) bertemu dengan Tim Interviewer dari Bundesagentur für Arbeit (BA) Jerman dalam rangka Seleksi Interview Pendaftaran Program Government to Government (G to G) Perawat di Jerman Batch VI, di Kantor Pusat KemenP2MI, Jakarta, Rabu (05/02/2024).
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Penempatan, Ahnas, menyampaikan apresiasi atas kehadiran tim BA Jerman yang terus berkomitmen dalam pelaksanaan seleksi Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) melalui skema penempatan pemerintah (G to G).
“Kami sangat mengapresiasi kedatangan Placement Officer dari BA Jerman dalam pelaksanaan seleksi interview CPMI Batch VI/2024. Kerja sama antara Indonesia dan Jerman sudah berlangsung selama 70 tahun, dan sejak dibukanya skema penempatan tenaga kesehatan melalui Program Triple Win pada tahun 2021, hubungan kedua negara semakin erat. Saat ini, 218 perawat Indonesia telah bekerja di Jerman sejak tahun 2023 hingga Januari 2025, dan kami berharap di tahun 2025 ini dapat menambah 250 pekerja migran dari berbagai batch sebelumnya,” ujar Ahnas.
Ahnas juga menyoroti tantangan utama yang dihadapi para perawat Indonesia di Jerman, terutama dalam hal kemampuan bahasa Jerman dan adaptasi terhadap kondisi sosial serta lingkungan kerja yang berbeda. Oleh karena itu, proses seleksi Batch VI yang berlangsung pada 5-12 Februari 2025 menjadi momentum penting untuk memilih kandidat dengan kesiapan hard skill dan soft skill yang memadai.
Ahnas mengatakan, dari total 365 pelamar pada tahun 2024, sebanyak 207 kandidat calon pekerja migran Indonesia yang akan mengikuti tahap seleksi interview Batch VI. Para peserta ini berasal dari 32 provinsi di Indonesia, dengan jumlah terbanyak memilih ujian di BP3MI Jakarta, disusul BP3MI Sulawesi Utara, BP3MI Sulawesi Selatan, dan BP3MI Sumatera Utara. Tren peningkatan minat dari luar Pulau Jawa terhadap program Triple Win juga menjadi indikasi positif dalam pengembangan tenaga kerja Indonesia di sektor kesehatan global.
“Dengan adanya kerja sama yang semakin erat antara Indonesia dan Jerman dalam penempatan tenaga kesehatan, diharapkan lebih banyak perawat Indonesia dapat memperoleh kesempatan berkarir di Jerman dengan kesiapan yang lebih baik, baik dari segi keterampilan teknis maupun kesiapan mental menghadapi lingkungan kerja yang berbeda,” jelas Ahnas.
Sementara itu, Direktur Penempatan Pemerintah, Dyah Rejekiningrum, menekankan pentingnya bagi peserta untuk tidak hanya menguasai bahasa Jerman tetapi juga memahami isu sosial, budaya, dan pola kerja di Jerman.
“Saya berharap dari Tim GIZ bisa memberikan tambahan materi terkait soft skill dan kondisi sosial di Jerman. Selama ini, pembelajaran terkait budaya dan kehidupan sosial hanya disampaikan dalam sesi Orientasi Pra-Pemberangkatan (OPP) yang terbatas waktu. Jika memungkinkan, dalam masa pelatihan sembilan bulan yang diberikan, dapat ditambahkan materi khusus mengenai adaptasi sosial dan budaya agar para perawat lebih siap menghadapi tantangan di tempat kerja mereka,” ungkap Dyah.
Senada dengan hal tersebut, Country Director GIZ, Hans-Ludwig Bruns, menegaskan bahwa penguasaan bahasa Jerman menjadi kunci keberhasilan bagi CPMI yang akan bekerja di Jerman. Terkait adaptasi sosial dan budaya, pihaknya akan terus memberikan dukungan kepada para CPMI.
“Kami memahami bahwa belajar bahasa Jerman bukanlah hal yang mudah, sama seperti kami juga mengalami kesulitan saat belajar bahasa Indonesia. Namun, keterampilan bahasa yang setara dengan level B1 atau B2 sangat penting untuk kesuksesan mereka di Jerman. Kami juga akan terus memberikan dukungan agar para pekerja migran Indonesia dapat terus belajar dan beradaptasi,” terang Hans.
Pertemuan ini turut dihadiri oleh Pejabat Fungsional Ahli Madya Ibu Sri Suratmi, serta Placement Officer BA Jerman Andrea Koenig, Tanja Villinger, Claudia Knappe, dan Nadine Schneider. Hadir pula Programme Manager Component GIZ Triple Win Indonesia, Pujiarti. []