April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Pengusaha Chandra Fasilitasi Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong Usaha Patungan di Tanah Air

3 min read
Feature Image Pengusaha Chandra Fasilitasi Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong Usaha Patungan di Tanah Air

Feature Image Pengusaha Chandra Fasilitasi Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong Usaha Patungan di Tanah Air

HONG KONG – Pengusaha sukses Indonesia di Hong Kong, Tjhin Wahyudi Chandra, memfasilitasi pekerja migran Indonesia (PMI) untuk melakukan usaha patungan di Tanah Air. Sebanyak 20 orang PMI, termasuk di dalamnya pengusaha yang memiliki puluhan toko dan loket layanan kirim uang Chandra Remittance ini, bergabung dalam usaha tersebut.

“Saya ingin mengubah profesi para TKI (tenaga kerja Indonesia) menjadi pedagang, supaya ketika nanti berhenti jadi TKI mereka sudah ada persiapan untuk memulai bisnis baru di kampung halaman,” kata pria yang biasa disapa “Pak Chandra” ini, Senin (13/09/2021).

Untuk mewujudkan keinginan itu, sejak Hong Kong melakukan pembatasan orang masuk dan keluar dari negeri bekas koloni Inggris itu akibat pandemi Covid-19 pada pertengahan Juni 2020, Chandra membuat grup “Aku Harus Jadi Bos” yang berisi 197 orang. Mayoritas, PMI dan eks PMI Hong Kong. “Tanpa disengaja, kebetulan tanggal dan bulannya bertepatan dengan peringatan Hari Kelahiran Pancasila, 1 Juni,” ujarnya.

Chandra meyakini bahwa PMI bisa mengubah profesinya menjadi pengusaha dan kemudian menjadi bos bagi usahanya. Hal itu berdasarkan pengalaman hidupnya yang sebelum menjadi pengusaha juga berprofesi sebagai PMI atau dulu biasa disebut TKI.

“Saya adalah seorang mantan TKI dan punya sedikit pengalaman bergaul hampir 25 tahun selalu dekat dengan TKI,” kata Chandra.

Setelah lebih dari setahun, apa yang diusahakan Chandra mulai terlihat wujudnya. Pada hari Sabtu, 11 September 2021, bisnis patungan 20 orang PMI dan eks PMI Hong Kong dalam bentuk usaha akuaponik dimulai. Masing-masing orang berinvestasi sebesar HK$3,000, setera Rp5,5 juta. Untuk menjalankan usaha ini, mereka menunjuk 5 orang yang berdomisili di Indonesia untuk duduk di tim managemen.

Pada hari Sabtu lalu, dilakukan peletakan batu pertama dan acara doa bersama di lokasi usaha. “Alhamdulillah, pada hari ini, Sabtu, 11 September 2021, pukul 14:00, di Desa Sumber Rejo Gringging, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, telah dimulai peletakan batu pertama untuk mulai pengerjaan produksi usaha akuaponik,” kata Ruli Fahrizal, salah satu anggota tim managemen usaha patungan ini.

Rencananya, di lokasi dengan ketersediaan lahan seluas sekitar 2.600 meter persegi ini akan dibangun tempat produksi usaha akuaponik. Rencana jangka panjangnya, lokasi usaha ini akan dijadikan sebagai tempat wisata edukasi akuaponik. Para investor juga berencana mengembangkan usaha ini ke berbagai lokasi lain di Indonesia.

 

“Aku Harus Jadi Bos” Grup Usaha yang Beda

Wina, salah satu PMI yang bergabung dalam investasi patungan ini, meyakini bahwa grup usaha “Aku Harus Jadi Bos” yang digawangi Chandra berbeda dengan grup-grup sejenis. Ia mengaku, keberadaan Chandra sebagai pengusaha sukses dan memiliki banyak usaha di Hong Kong menjadi jaminan, grup usaha ini jauh dari niatan tipu-tipu.

Dia mengaku belum pernah bergabung di grup bisnis atau grup usaha yang biasa menyasar para PMI di luar negeri. “Belajar dari pengalaman teman-teman selama ini, usaha atau bisnis apapun yang melibatkan orang tidak dikenal rata-rata tenggelam dan tidak ada rimbanya, alias gagal. Banyak yang akhirnya merasa tertipu secara materi. Waktu pun terbuang sia-sia,” ujar Wina.

“Kalau grup Aku Harus Jadi Boss ini beda, makanya saya berani bergabung. Selain dikelola oleh senior dalam bidang perdagangan dan bisnis luar dan dalam negeri, Pak Chandra layak dijadikan mentor untuk kit akita, TKI di luar negeri, karena keberhasilan beliau yang sudah terlihat dan diakui pemerintah, baik Indonesia maupun negara negara lain seperti Hong Kong, Malaysia, dan Taiwan,” kata PMi asal Kediri ini.

Dengan telah dimulainya usaha patungan yang diikutinya, Wina berharap usaha ini hasilnya baik dan bermanfaat untuk orang banyak. Terutama, bisa dikembangkan lagi untuk mengajak PMI lain agar bergabung di tahap berikutnya. “Agar mereka tidak terpeleset ke jurang bisnis abal-abal yang banyak menyasar para TKI,” ujarnya. []

Advertisement
Advertisement