Penjara di Hong Kong akan Diupgrade Menjadi Penjara Pintar
HONG KONG – Lantaran banyak menerima keluhan, pemerintah Hong Kong akan membuat penjara pintar demi meningkatkan efisiensi dan melindungi keselamatan pribadi para petugas dan narapidana. Penjara pintar artinya segala fasilitas di dalamnya akan menggunakan teknologi mutakhir.
Seperti dilansir dari Hong Kong Free Press, Jumat (15/02/2019), teknologi terbaru itu mencakup gelang pemantau, sistem analitik video, dan lengan robot yang bisa digunakan untuk mencari obat-obatan tersembunyi dalam kotoran (feses) manusia.
Sistem video akan menganalisis rekaman secara real-time dan memperingatkan petugas jika narapidana menunjukkan perilaku tidak teratur seperti melukai diri sendiri atau berkelahi. Sementara gelang akan memonitor kesehatan dan lokasi narapidana sepanjang waktu.
Tidak hanya itu, gelang pemantau juga akan membantu petugas mencegah narapidana bunuh diri. Maklum, Komisaris Lembaga Pemasyarakatan Woo Ying mengatakan ada dua narapidana bunuh diri selama 2018, padahal kasus melukai diri sempat turun dari 99 menjadi 48 dari 2017.
Pemerintah Hong Kong sedang menguji sistem pintar ini di empat asrama di Penjara Pik UK, New Territories. Penjara ini hanya menampung narapidana lelaki dan memiliki rumah sakit pusat Lembaga Pemasyarakatan Lo Wu.
“Departemen Layanan Pemasyarakatan berusaha untuk meningkatkan efisiensi operasi penahanan dan keamanan lembaga pemasyarakatan melalui penerapan inovasi dan teknologi, sambil melindungi keselamatan para petugas dan narapidana,” kata Woo.
Menurut Inspektur Senior Ng Chiu-kok kepada South China Morning Post, Kamis (14/2), petugas memasang 12 kamera di asrama, termasuk dua di toilet.
Jika seorang narapidana bertindak tidak normal, seperti dengan membenturkan kepalanya ke dinding, alarm akan berbunyi di stasiun pemantauan dan sipir segera bertindak.
Sementara lengan robot yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi lokal dengan biaya AS $125.000 (Rp1,7 miliar), kemungkinan akan digunakan dalam uji coba di penjara Lai Chi Kok pada kuartal kedua tahun ini.
Robot-robot itu diharapkan bisa meningkatkan efisiensi penjara dan memastikan para sipir tidak perlu mengotori tangan mereka saat memeriksa feses narapidana.
Robot akan bekerja setelah feser masuk ke saluran pembuangan. Ia akan menyemprotkan air ke sampel untuk menghancurkannya dan menunjukkan barang-barang selundupan seperti pil yang dibungkus dengan pita plastik.
Anggota parlemen komisi kesejahteraan sosial, Shiu Ka-chun, setuju bahwa teknologi baru akan meningkatkan pemantauan narapidana. Namun ia mengingatkan bahwa hak tahanan dapat hancur jika data yang terkumpul disalahgunakan.
“Bagaimana mereka menggunakan dan menyimpan informasi itu. Bagaimana bila disalahgunakan. Ini adalah masalah sensitif,” kata Shiu. “Mereka harus secara akurat menyatakan data yang tercatat oleh gelang itu.”
Meskipun program ini disebutkan ditujukan untuk memastikan para narapidana aman, program ini dinilai bisa melanggar privasi para narapidana.
Pasalnya, kamera juga akan dipasang di ruangan yang bersifat pribadi seperti di toilet. Padahal menurut kalangan kontra, gelang yang dipakai juga sudah cukup untuk memonitor kondisi dan pergerakan narapidana.
Sistem pengawasan video termasuk menempatkan kamera di toilet dan gelang pelacak akan membuat para narapidana berada di bawah pengawasan melekat. Menurut Engadget, sipir tetap bisa memantau para narapidana saat mereka tidak berada di depan kamera.
Pemerintah Hong Kong bergeming dan bila kebijakan ini terbukti bermanfaat, ia akan diterapkan di berbagai lembaga lain. Memantau aktivitas narapidana di lembaga pemasyarakatan dengan sentuhan teknologi memang bukan hal baru, tapi ini bisa melanggar privasi.
Di Amerika Serikat, misalnya, penjara membuat rekaman audio para tahanan dan orang yang mereka ajak bicara di telepon sering kali tanpa izin. Sementara pemerintah Inggris pernah mempertimbangkan implan Radio Frequency Identification/RFID untuk para narapidana. []