Pentingnya Pendidikan Vokasi Agar PMI Berdaya Saing Tinggi

JAKARTA – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terus memperkuat pendidikan vokasi sebagai bagian dari upaya mempersiapkan calon tenaga kerja yang berdaya saing tinggi, khususnya mereka yang akan bekerja ke luar negeri sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi NTB, Baiq Nelly Yuniarti, menyampaikan bahwa langkah ini merupakan implementasi dari arahan Gubernur Lalu Muhamad Iqbal yang mendorong peningkatan kualitas dan kompetensi tenaga kerja lokal agar mampu bersaing di pasar global.
“Sekarang ini kita fokus membekali para calon PMI dengan keahlian khusus, agar mereka tidak hanya bekerja di sektor informal seperti pertanian di Malaysia, tapi juga bisa mengisi posisi yang membutuhkan keterampilan tinggi,” kata Nelly saat ditemui di Mataram.
Ia menekankan bahwa penguatan pendidikan vokasi tidak bisa hanya dilakukan oleh lembaga pendidikan saja. Peran serta Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) dan sektor industri juga sangat penting dalam memastikan lulusan siap memasuki dunia kerja, sekaligus menjawab tantangan mismatch antara kebutuhan industri dan keterampilan lulusan.
“Kalau kita lihat data BPS, tingkat pengangguran paling tinggi di NTB berasal dari lulusan SMK. Ini berarti ada yang belum tepat dalam proses penyiapan mereka. Ke depan, kami ingin agar siswa-siswa SMK bisa benar-benar siap menjadi tenaga ahli dan langsung diserap pasar kerja luar negeri,” jelasnya.
Nelly mencontohkan tantangan yang dihadapi dalam memenuhi permintaan tenaga kerja dari Jepang. Meskipun peminat cukup banyak, namun kemampuan bahasa dan keahlian teknis masih menjadi kendala utama. “Misalnya, Jepang buka peluang besar, tapi kalau lulusan SMK tidak bisa Bahasa Jepang, ya tetap tidak bisa dikirim. Begitu juga Australia, mereka minta tenaga kerja jurusan teknik elektronik, jadi kita harus siapkan anak-anak ini sesuai dengan standar negara tujuan,” lanjutnya.
Mantan Kadis Perdagangan NTB itu juga mengungkapkan bahwa permintaan tenaga kerja industri dari luar negeri, seperti Jepang, sangat besar. Sayangnya, NTB belum mampu memenuhi kuota tersebut secara maksimal.
“Bayangkan, dari sekitar 200 orang yang ikut seleksi magang ke Jepang, hanya 52 yang lolos. Padahal kuotanya sampai 15 ribu. Untuk sekadar memenuhi 200 orang pun kita masih kesulitan,” ungkapnya.
Menjawab tantangan tersebut, Disnakertrans NTB saat ini memperkuat kolaborasi dengan sekolah kejuruan dan perguruan tinggi, termasuk Fakultas Teknik Universitas Mataram, guna meningkatkan kapasitas dan kesiapan tenaga kerja lokal.
“Kita ingin mengubah pola pikir generasi muda, bahwa bekerja ke luar negeri bukan hanya soal penghasilan lebih besar, tapi juga kesempatan mengembangkan keahlian dan pengalaman,” tutup Nelly. []
Sumber Lomok Inside