December 23, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Pesan Natal, Inspirasi Tiket PMI Menuju Betlehem

3 min read

MAUMERE – Meski dalam kondisi yang serba sederhana, kekhidmatan ratusan umat Katolik di kota Maumere, yang memadati pelataran Rumah Tahanan (Rutan) Maumere, guna mengikuti misa perayaan Natal, yang hanya digelar sekali pada pukul 07.30 WITA membuat suasana sakral terlihat kental.

Dalam kotbahnya, Pater John Prior, SVD., membawakan sebuah cerita mengenai seorang pekerja migran Indonesia (PMI) yang bekerja di Singapura, menjadi pembantu rumah tangga di sebuah keluarga kaya raya.

“Mina, nama gadis itu, berasal dari Flores. Ibunya sudah menjanda dan hidup dalam kemiskinan, sehingga membuat Mina terpaksa harus bekerja ke luar negeri dengan dibantu calo,” ujar Pater John, mengawali kotbahnya.

Keinginan Mina untuk bekerja di luar negeri, sebut Pater John, hanya untuk membahagiakan orang tuanya yang sudah hidup seorang diri. Hidup dalam kesulitan, membuat anaknya terpaksa harus mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

“Setelah bekerja selama setahun, Mina ingin kembali dahulu ke kampung halamannya untuk menengok ibunya, sekaligus membawa uang hasil jerih payahnya selama bekerja di negeri orang. Dia ingin merayakan Natal bersama ibunda tercinta,” sebutnya.

Mina pun, kata pater John, menemui Sang Majikannya, Nyonya rumah dan mengutarakan maksudnya untuk kembali merayakan Natal di kampung bersama Sang Bunda. Dirinya pun meminta uang hasil jerih payahnya selama setahun bekerja melayani sang majikan mengurus rumah dan aktivitas lainnya.

“Apa, kamu ingin kembali  ke kampung? Terus nanti siapa yang membersihkan rumah dan mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga? Tidak, kamu tidak boleh pulang, gaji kamu pun tidak saya berikan,” ujar Pater John, menirukan kata Sang Majikan.

Karena dilarang dan tidak memiliki uang untuk biaya pulang dan diberikan kepada Sang Ibu tercinta, Mina pun terpaksa menuruti perkataan sang majikan. Dalam hati, dirinya menangis membayangkan sang ibu yang seorang diri dan pasti sangat merindukan kedatangannya.

Suatu malam, sebut Pater John, sang majikan tidur dan bermimpi dirinya sedang berada di sebuah loket dan antre bersama banyak orang untuk mendapatkan tiket ke Betlehem.

Dirinya melihat di loket-loket tersebut tampak para malaikat berpakaian putih, melayani setiap orang yang ingin mendapatkan tiket.

“Saat tiba giliran sang majikan, dirinya pun ditanyai nama. Setelah mengecek data, malaikat pun berkata, nama sang majikan tidak terdaftar, sehingga tidak bisa diberikan tiket. Dirinya pun merengek, bahkan hendak membayar berapa pun harganya, agar bisa pergi bersama orang lainnya ke Betlehem,” cerita Pater John.

Malaikat berkata, tiket ke Betlehem hanya diberikan kepada orang-orang yang selama hidup di dunia melakukan amal dan kebaikan. Majikan tersebut rupanya tidak ada di dalam daftar kebaikan, sehingga tidak layak diberikan tiket ke Betlehem.

“Ketika hendak kembali, dirinya melihat Mina berada di antara kerumunan banyak orang. Mina pun menghampirnya dan sang majikan merasa terkejut, karena di tangan Mina terdapat sebuah tiket ke Betlehem, bahkan sebuah tiket eksekutif, bukan tiket ekonomi,” tuturnya.

Mina pun, kata Pater John, memberikan tiket tersebut kepada sang majikan, agar sang majikan bisa ikut pergi bersama orang lain ke Betlehem. Saat dirinya hendak melangkahkan kaki, dirinya pun tersadar dari mimpi. Sang majikan pun merenung tentang makna mimpi tersebut.

“Natal hendaknya membuat kita memperbaharui diri kita, menyalakan terang-terang kehidupan kita. Natal membawa pesan kepada kita untuk meningkatkan amal dan ibadah, agar bisa mendapatkan tiket menuju Betlehem,” pesannya.

Kristuanus Nong, seorang umat yang mengikuti perayaan ekaristi ini, mengaku terkesan dengan pesan Natal yang disampaikan Pater John melalui sebuah kisah yang menginspirasi.

“Sebagai umat manusia, tentu setiap orang selalu tidak luput dari dosa dan kesalahan. Namun bila menyimak makna dari cerita yang disampaikan tadi, maka ada waktu bagi kita umat Allah untuk memperbaiki diri kita,” sebutnya.

Cerita ini pun sangat relevan dengan kehidupan para narapidana di Rutan Maumere, di mana mereka memang telah melakukan kesalahan dan dosa. Namun, ada waktu bagi mereka untuk memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik.

“Kita semua pun harus mampu menjalani kehidupan kita dengan melakukan perbuatan baik. Amal dan ibadah yang kita lakukan selama di dunia, membuat kita bisa hidup bahagia di setelah kematian,” ungkapnya. []

Advertisement
Advertisement