December 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Pilih Nekat Menjadi PMI Karena Hanya Digaji Rp. 250 Ribu Perbulan di Kampung Halaman

4 min read

KUPANG – Marselina Missa atau Lina, gadis asal SoE, nekat menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) ilegal lantaran gaji yang ia terima sebagai Pembantu Rumah Tangga (PRT) dari majikannya di Kota Kupang hanya 250 ribu per bulan. Marselina diketahui hendak menjadi PMI dari Surabaya, sebagai PRT. Namun keberangkatannya digagalkan Satgas TKI di Bandara El Tari Kupang.

Marselina diamankan Satgas TKI saat sedang berada di Pintu cek in Bandara, sekitar pukul 09.00 Wita, Kamis (20/06/2019).

Dari tiket pesawat diketahui Marselina akan berangkat ke Surabaya menggunakan pesawat Lion Air JT 695. Marselina sempat mengelabui petugas dengan mengatakan bahwa dirinya ke Surabaya untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTA.

Ia mengaku sekolahnya akan biayai oleh sepupunya sendiri, Fori Missa, yang saat ini menetap di Surabaya. Satgas lalu meminta Marselina untuk menunjukan KTP dan ijazah. Maria hanya terdiam lalu meneteskan air mata. Marselina ternyata tidak memiliki KTP dan hanya membawa satu lembar foto copy ijazah SLTP.

Kepada Satgas Maria mengungkap dua bulan terakhir ini dirinya bekerja sebagai PRT pada salah satu keluarga di Kelurahan Liliba, Kota Kupang dengan gaji 250 ribu per bulan. Menurutnya, 250 terlalu kecil untuk membiayai hidupnya sendiri dan juga untuk dikirim ke keluarganya SoE, sehingga ia nekat ke Surabaya.

Dilansir dari Pos Kupang, Volkes Nanis, Satgas TKI Bandara El Tari Kupang, menjelaskan, keberangkatan Marselina difasilitasi oleh Fori Missa. Fori Missa sendiri, menurut pengakuan Marselina, setelah didesak oleh petugas, bekerja di Surabaya sebagai PRT.

Setelah diinterogasi, Marselina lalu diantar ke keluarganya, atas nama Yustiana Fallo, warga Kelurahan Oebobo, Kota Kupang.

 

Diamankan di Bandara El Tari

Lagi-lagi Satgas TKI mengamankan calon PMI di Bandara El Tari Kupang, Selasa (18/06/2019). Siang itu, di pintu cek in Bandara, sekitar pukul 13.00 Wita, Satgas TKI mengamankan dua perempuan calon PMI berasal dari Kabupaten Belu dan satunya dari SoE, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Gregoriana Banu, calon PMI asal SoE, sempat mengelebui petugas. Saat diinterogsi oleh Satgas, wanita berusia 19 tahun ini mengatakan dirinya hendak ikut suaminya yang saat ini bekerja di Surabaya.

Tak yakin dengan jawaban Gregoriana, Satgas pun terus menginterogasi. Alhasil, Gregonia akhirnya berkata jujur. Dirinya berangkat ke Surabaya untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Vokes Nanis, Satgas TKI Bandara El Tari Kupang, kepada POS-KUPANG.COM, menjelaskan, Gregoriana mengaku dijanjikan gaji 1.200.000 per bulan oleh majikan di Surabaya.

Dua perempuan asal Belu, Yuliana Susana Hale dan Modesta Bete mengaku berangkat ke Denpasar untuk berkuliah dan difasilitasi oleh Yolanda Lein yang saat ini menetap di Denpasar. Satgas pun menghubungi Yolanda. Keterangan yang diberikan Yolanda berbeda.

Menurutnya, Yuliana dan Modesta ke Denpasar untuk berlibur. Setelah didesak petugas, Yuliana dan Modesta akhirnya mengaku bahwa mereka ke Denpasar untuk bekerja.

 

Seorang Gadis 19 Tahun Calon PRT Diamankan

Gadis 19 tahun bernama Yohana Fay, asal Desa Snok, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) diamankan oleh Satgas TKI di Bandara El Tari Kupang, Selasa (12/06/2019). Yohana diamankan oleh petugas sekitar pukul 05.00 Wita di depan pintu cek in Bandara El Tari.

Dari tiket pesawat, diketahui Yohana hendak berangkat ke Jakarta menggunakan pesawat Batik Air ID 6541. Saat diinterogsi oleh petugas, Yohana mengaku tiketnya dibelikan oleh majikan dari Desi Fay. Desi merupakan pembantu rumah tangga di Jakarta.

Satgas TKI, Volkes Nanis, kepada POS-KUPANG.COM, Rabu (13/6/2019), menjelaskan, kepada petugas Yohana mengaku dirinya berangkat ke Jakarta untuk menjadi pembantu rumah tangga.

“Namun, Yohana tidak tau siapa majikannya, gajinya berapa. Katanya dia hanya diminta ke sana untuk jadi pembantu rumah tangga,” ungkap Volkes.

Yohana pun dibawa ke Kantor Disnakertrans Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk mendapat pembinaan terkait prosedur menjadi tenaga kerja ke luar daerah.

 

30 Orang Lain Lolos

Dua calon PMI, Yanto Soleman Penu dan Imanuel Honi, asal SoE Kabupaten Timor Tengah Selatan protes karena dicekal oleh Satgaspam dan Satgasnaker di Bandara El Tari Kupang, Jumat (07/06/2019).

Volkes Nanis, Satgaspam Bandara El Tari Kupang, kepada POS-KUPANG.COM, mengatakan dua CTKI tersebut merupakan CTKI non-prosedural yang hendak berangkat ke Pangkalan Bun Kalimantan Tengah untuk bekerja di Perkebunan Kelapa Sawit.

“Mereka protes karena menurut keterangan mereka, minggu lalu ada tiga puluh CTKI NTT yang lolos ke Pangkalan Bun lewat jalur laut. Kalau dijalur, yah ada Satgas TKI di Pelabuhan Tenau yang menjaga di sana,” jelas Volkes.

Volkes menjelaskan, sanak keluarga Yanto dan Imanuel yang saat ini berada di Pangkalan Bun memberikan keterangan yang sama bahwa 30 lolos melalui jalur laut.

“Keluarga kedua CTKI ini, di Pangkalan Bun, juga protes. Mereka mempertanyakan, kenapa tiga puluh CTKI bisa lolos, sedangkan dua saudara kami, Yanto dan Imanuel dicekal,” jelas Volkes.

Lanjutnya, yang mengawasi keberangkatan PMI jalur laut merupakan tugas Satgas TKI yang bertugas di Pelabuhan.

“Kita bertugas di Bandara El Tari Kupang. Tapi kalau memang informasi bahwa benar ada 30 CTKI yang lolos tentu menjadi catatan Satgas TKI untuk lebih ketat melakukan pengawasan,” ungkapnya.

 

Tahun Ini Provinsi NTT Sudah Menerima 53 Jenazah PMI Meninggal Dunia dari Malaysia

NTT kembali mendapat kiriman jenazah PMI. Kali ini jenazah atas nama Nikolaus Ba’i asal Kabupaten Ende, tiba Bandara El Tari Kupang, Minggu (16/06/2019). Tahun ini NTT sudah menerima 53 jenazah PMI.

Jenazah tiba sekitar pukul 13.00 Wita, dengan pesawat Garuda 438 disambut sanak keluarga, pihak BP3TKI penggiat anti human trafficking, Pendeta Emy Sahertian dan Suster Laurentina PIJ.

Dipimpin oleh Sr. Laurentina, rombongan penjemput pun mendoakan jenazah Nikolaus secara Katolik.

Pihaknya BP3TKI Kupang, kepada POS-KUPANG.COM, menyebut Nikolaus merupakan PMI yang bekerja di Malaysia. Nikolaus diduga meninggal dunia akibat sakit, namun belum diketahui sakit apa yang diderita Nikolaus. Nikolaus meninggal dunia di usai 59 tahun, pada 12 Juni 2019, di daerah Sepang, Selangor, Malaysia.

Pihak keluarga, Marianus Reko, yang diwawancarai POS-KUPANG.COM, di Kargo Bandara, mengatakan, Nikolaus sudah puluhan tahun bekerja di Malaysia.

“Selama ini saya sendiri tidak pernah berkontak dengan dia. Baru kemarin saya dengar informasi kalau dia meninggal dunia,” ungkapnya.

Lanjutnya, jenazah Nikolaus sementara disemayamkan di RS. Johanez Kupang dan besok akan dipulangkan kampung halaman, di Desa Mbuliwaralau Utara, Wolowaru, Kabupaten Ende. []

Advertisement
Advertisement