Pompeii : Kota Maksiat Hancur Akibat Gempa
ApakabarOnline.com – Kisah kota ini pernah diangkat menjadi latar cerita novel bahkan film layar lebar. Novel dan film tersebut menceritakan tentang kisah romantis yang terjadi menjelang detik-detik kehancuran kota Pompeii akibat letusan gunung Vesuvius pada tahun 79 Masehi.
Selama 1600 tahun kota ini terkubur dan menghilang, hingga akhirnya pada tahun 1748 seorang arsitek menemukannya. Saat itu ditemukan sejumlah jasad yang menjadi batu akibat terkena letusan gunung berapi. Kemudian kota ini pun digali kembali dengan membersihkan bangunan dan lukisan yang utuh dari debu vulkanik yang menutupinya.
Pompeii adalah sebuah kota di zaman Romawi kuno dekat kota Napoli dan di wilayah Campania, Italia. Didirikan pada abad ke-6 SM oleh sekelompok masyarakat Romawi, kota ini telah dijadikan salah satu pelabuhan favorit oleh para pelaut Yunani dan Fenisia.
Memudian tidak heran jika kota ini menjadi jalur penting untuk distribusi barang-barang yang diangkut melalui laut dan harus dikirim ke Roma atau Italia Selatan. Kondisi tersebut menjadikan Pompeii sebagai salah satu kota terkaya pada zaman itu.
Kekayaan sumber daya alam yang melimpah menjadikan penduduk Pompeii hidup dalam kemewahan. Pompeii menawarkan segala kenikmatan, kemudahan dan kenyamanan yang tidak ditemukan di kota-kota lain pada saat itu.
Jalanan kota Pompeii nampak mirip dengan jalan raya yang terdapat di kota besar zaman sekarang, hal itu memperkuat dugaan bahwa lalu lintas kota ini di masa lalu sangat ramai. Para pelancong dan pedagang dari berbagai penjuru dunia dipercaya datang dan pergi di kota ini.
Seiring dengan kekayaan kota yang terus bertumbuh, berbagai perilaku menyimpang dari norma pun semakin marak terjadi. Peneliti menemukan berbagai peninggalan yang mencerminkan kehidupan penduduknya yang penuh dengan kemaksiatan.
Pada tahun 62 Masehi, Pompeii mengalami gempa bumi hebat yang cukup menghancurkan kota itu. Namun setelah itu kota dibangun kembali, bahkan menjadi lebih megah dibandingkan dengan sebelumnya. Dan setelah itu penduduk menjadi terbiasa dengan gempa-gempa kecil yang sering terjadi.
Berbagai temuan membuat para ahli memiliki suatu teori tentang kota ini, bahwa hal-hal erotis merupakan hal yang dianggap biasa oleh penduduk. Para arkeolog menemukan lambang Phallus dengan bentuk kelamin pria yang dijadikan dekorasi sebagai lambang keberuntungan. Lukisan lambang tersebut banyak ditemukan di banyak tempat seperti rumah, jalanan, bahkan pasar.
Di lokasi reruntuhan Pompeii juga ditemukan sebuah rumah bordil yang disebut Lupanar. Bangunan berlantai dua tersebut berada tidak jauh dari alun-alun kota, dan didirikan beberapa tahun setelah gempa bumi hebat yang pertama.
Kehancuran
Sepertinya gempa bumi hebat tersebut tidak diindahkan sama sekali oleh penduduk Pompeii, hingga akhirnya tiba masa kehancuran mereka.
Penduduk Pompeii tentu tidak menyangka sama sekali bahwa hari itu, 24 Agustus 79 Masehi, gunung Vesuvius akan meletus dan menyebabkan musnahnya kota beserta isinya. Letusan dahsyat yang bahkan tidak berhenti selama 24 jam itu tidak menyisakan seorang penduduk pun.
Penduduk yang telah terbiasa dengan gempa-gempa kecil setiap hari, membuat mereka menyangka bahwa getaran hari itu pun tidak akan berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Mereka yakin bahwa besok mereka akan kembali beraktivitas seperti biasa. Namun ternyata hari itu berbeda.
Letusan Gunung Vesuvius
Lava dan gelombang piroklastik turun menerjang dengan kecepatan lebih dari 100 km per jam mengubur semua orang sebelum mereka sempat melarikan diri. Bencana yang datang secara tiba-tiba itu terjadi saat kegiatan penduduk berjalan seperti biasa.
Dari penggalian ditemukan kondisi jasad korban yang nampaknya tidak berubah setelah ribuan tahun berlalu. Ekspresi wajah terkejut, panik, ketakutan, putus asa, telah diabadikan dengan mengerasnya jasad para korban.
Jasad seorang ibu yang memeluk dan melindungi anaknya, jasad pasangan yang sedang berpelukan, membuat kengerian masa lalu kota tersebut sangat tak terkira.
Mengerasnya jasad korban memudahkan arkeolog dalam meneliti tentang kehidupan korban di masa lalu. Seorang dokter dapat diketahui dari berbagai peralatan medis yang digenggamnya. Wanita kaya dapat diketahui dati perhiasan yang dikenakannya, sedangkan para budak dapat dilihat dari gelang besi besar di pergelangan kakinya.
Dari berbagai simbol yang ditemukan, para ahli percaya bahwa penduduk kota Pompeii nampaknya menyembah Dewa Phallus. Teori tersebut dikemukakan karena banyak benda dan lukisan yang menjadi lambang yang ditujukan untuk Dewa tersebut.
Selain itu penduduk Pompeii juga menyembah dewa api Vulcanalia. Dan ironisnya, bencana dahsyat ini terjadi setelah festival perayaan dewa api tersebut.
Musnahnya kota Pompeii tersebut tentu terjadi atas kehendak-Nya dan bukan tanpa alasan. Bukti-bukti peninggalan telah menunjukkan bahwa kota tersebut merupakan tempat maksiat yang berlebihan. [berbagai sumber]