November 13, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Pompeii : Kota Maksiat Hancur Akibat Gempa

3 min read

ApakabarOnline.com – Kisah kota ini pernah diangkat men­jadi latar cerita novel bahkan film layar lebar. Novel dan film tersebut mencerita­kan tentang kisah romantis yang terjadi menjelang detik-detik kehancuran kota Pompeii akibat letusan gunung Vesuvius pada tahun 79 Masehi.

Selama 1600 tahun kota ini terkubur dan menghilang, hingga akhirnya pada ta­hun 1748 seorang arsitek menemu­kan­nya. Saat itu ditemukan sejumlah ja­sad yang menjadi batu akibat terkena letusan gunung berapi. Kemudian kota ini pun digali kembali dengan membersihkan ba­ngunan dan lukisan yang utuh dari debu vulkanik yang menu­tupinya.

Pompeii adalah sebuah kota di zaman Ro­mawi kuno dekat kota Napoli dan di wilayah Campania, Italia. Didirikan pada abad ke-6 SM oleh sekelompok masyara­kat Romawi, kota ini telah dijadikan salah satu pelabuhan favorit oleh para pelaut Yunani dan Fenisia.

Memudian tidak heran jika kota ini menjadi jalur penting untuk distribusi barang-barang yang diangkut melalui laut dan harus dikirim ke Roma atau Ita­lia Selatan. Kondisi tersebut menjadikan Pompeii sebagai salah satu kota terkaya pada zaman itu.

Kekayaan sumber daya alam yang melimpah menjadikan penduduk Pompeii hidup dalam kemewahan. Pompeii me­nawarkan segala kenikmatan, kemudahan dan kenyamanan yang tidak ditemukan di kota-kota lain pada saat itu.

Jalanan kota Pompeii nampak mirip dengan jalan raya yang terdapat di kota be­sar zaman sekarang, hal itu memperkuat du­gaan bahwa lalu lintas kota ini di masa lalu sangat ramai. Para pelancong dan pedagang dari berbagai penjuru dunia dipercaya datang dan pergi di kota ini.

Seiring dengan kekayaan kota yang terus bertumbuh, berbagai perilaku me­nyim­pang dari norma pun semakin marak terjadi. Peneliti menemukan berbagai pe­ning­galan yang mencerminkan kehidupan penduduknya yang penuh dengan kemak­siatan.

Pada tahun 62 Masehi, Pompeii menga­lami gempa bumi hebat yang cukup meng­hancurkan kota itu. Namun setelah itu ko­ta dibangun kembali, bahkan menjadi le­bih megah dibandingkan dengan sebe­lumnya. Dan se­telah itu penduduk menjadi terbiasa dengan gempa-gempa kecil yang sering terjadi.

Berbagai temuan membuat para ahli memiliki suatu teori tentang kota ini, bahwa hal-hal erotis merupakan hal yang dianggap biasa oleh penduduk. Para arkeo­log menemukan lambang Phallus dengan bentuk kelamin pria yang dijadikan de­korasi sebagai lambang keberuntungan. Lu­kisan lambang tersebut banyak ditemu­kan di banyak tempat seperti rumah, jalanan, bahkan pasar.

Di lokasi reruntuhan Pompeii juga dite­mukan sebuah rumah bordil yang disebut Lupanar. Bangunan berlantai dua tersebut berada tidak jauh dari alun-alun kota, dan didirikan beberapa tahun setelah gempa bumi hebat yang pertama.

 

Kehancuran

Sepertinya gempa bumi hebat tersebut tidak diindahkan sama sekali oleh pen­duduk Pompeii, hingga akhirnya tiba masa kehancuran mereka.

Penduduk Pompeii tentu tidak me­nyang­ka sama sekali bahwa hari itu, 24 Agustus 79 Masehi, gunung Vesuvius akan meletus dan menyebabkan musnah­nya kota beserta isinya. Letusan dahsyat yang bahkan tidak berhenti selama 24 jam itu tidak me­nyisakan seorang penduduk pun.

Penduduk yang telah terbiasa dengan gempa-gempa kecil setiap hari, membuat mereka menyangka bahwa getaran hari itu pun tidak akan berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Mereka yakin bahwa besok mereka akan kembali beraktivitas seperti biasa. Namun ternyata hari itu berbeda.

 

Letusan Gunung Vesuvius

Lava dan gelombang piroklastik turun menerjang de­ngan kecepatan lebih dari 100 km per jam mengubur semua orang sebelum mereka sempat melarikan diri. Bencana yang datang secara tiba-tiba itu terjadi saat kegi­atan penduduk berjalan se­perti biasa.

Dari penggalian ditemukan kondisi jasad korban yang nampaknya tidak ber­ubah setelah ribuan tahun berlalu. Eks­presi wajah terkejut, panik, ketakutan, pu­tus asa, telah diabadikan de­ngan menge­ras­nya jasad para korban.

Jasad seorang ibu yang memeluk dan melindungi anak­nya, jasad pasangan yang sedang berpe­lukan, membuat ke­ngerian masa lalu kota tersebut sangat tak terkira.

Mengerasnya jasad korban memu­dah­kan arkeolog dalam meneliti tentang ke­hidupan korban di masa lalu. Seorang dokter dapat diketahui dari berbagai pera­latan medis yang digenggamnya. Wanita kaya dapat diketahui dati perhiasan yang dikenakannya, sedangkan para budak dapat dilihat dari gelang besi besar di per­gelangan kakinya.

Dari berbagai simbol yang ditemukan, para ahli percaya bahwa penduduk kota Pom­peii nampaknya menyembah Dewa Phal­lus. Teori tersebut dikemukakan ka­rena banyak benda dan lukisan yang menjadi lambang yang ditujukan untuk Dewa tersebut.

Selain itu penduduk Pompeii juga me­nyembah dewa api Vulcanalia. Dan ironis­nya, bencana dahsyat ini terjadi setelah festival perayaan dewa api tersebut.

Musnahnya kota Pompeii tersebut tentu terjadi atas kehendak-Nya dan bukan tanpa alasan. Bukti-bukti peninggalan telah me­nunjukkan bahwa kota tersebut merupakan tempat maksiat yang berlebihan. [berbagai sumber]

 

This slideshow requires JavaScript.

Advertisement
Advertisement