April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Ponorogo Siapkan Program Khusus untuk Pensiunan PMI

2 min read

HONG KONG – Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni mengklaim Pemerintah Kabupaten yang dipimpinnya telah menyiapkan program khusus agar pekerja migran Indonesia (PMI) yang pulang kampung bisa tetap memiliki kemandirian ekonomi. Program tersebut diharapkan dapat memfasilitasi para “pensiunan” PMI untuk tetap memiliki penghasilan yang cukup di kampung halaman.

“Soal pasca menjadi buruh migran sulit berusaha di Ponorogo, mulai 2017 saya telah menyiapkan itu,” kata Ipong, saat berdialog dengan ratusan PMI Hong Kong asal Ponorogo di aula Gereja St Paul, Causeway Bay, Minggu (19/3) lalu.

Ia mengaku telah meminta Dinas Industri, Perdagangan, dan Koperasi (Indagkop) untuk menciptakan sebuah skema yang bisa diakses oleh mantan PMI, agar mereka bisa ikut serta dalam kegiatan bisnis koperasi atau kelompok usaha lain. Untuk itu, ia berpesan agar PMI Hong Kong menyiapkan dananya untuk modal usaha sepulang ke Tanah Air.

“Kalau bisa, uangnya jangan dipakai untuk hal-hal yang konsumtif. Uangnya sebaiknya digunakan untuk usaha-usaha produktif,” ujar Ipong.

Menurut dia, eks PMI juga bisa bergelut di bidang pertanian. Bupati Ipong menegaskan, ia akan menjalankan program “Menuju Ponorogo Organik” yang didedikasikan untuk kepentingan para petani did aerah yang dipimpinnya.

Program tersebut untuk menjawab keluhan petani yang kerap kali merugi karena mendapatkan hasil pertanian yang tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Hal itu terjadi, ia menilai, karena umumnya petani menggunakan pupuk yang berlebihan.

“Maka mulai tahun 2017 saya mencanangkan program ‘Menuju Ponorogo Organik’,” ujarnya.

Program tersebut akan dilakukan secara bertahap. Diawali dengan pemberian bantuan pupuk organik sebanyak 25 persen dari kebutuhan kepada seluruh petani di Ponorogo. Diharapkan, para petani mencampur pupuknya dengan pupuk organik yang diberikan Pemerintah Kabupaten.

“Sehingga ke depan, pertanian Ponorogo menghasilkan pertanian yang lebih sehat. Biayanya pun jauh lebih murah. Dengan mencampur pupuk organik dengan pupuk kimia, insyaallah biaya produksinya akan turun,” ujar Ipong.

Apa yang disampaikan Ipong menjawab keluh kesah seorang PMI bernama Nurhayati, yang disampaikan di acara dialog tersebut. Kami melihat, banyak teman-teman kami yang sudah pulang ke kampung harus kembali menjadi TKI (tenaga kerja Indonesia). Alasan yang mereka sampaikan hampir sama, yaitu kebutuhan hidup yang semakin tinggi di desa, pertanian yang tidak menghasilkan dengan baik karena hasil panen tidak seimbang dengan harga pupuk dan bibit, serta tingginya biaya kesehatan dan pendidikan,” ujarnya.

Ditambah lagi, ungkap PMI yang menyampaikan aspirasi, mewakili beberapa organisasi PMI ini, dengan maraknya minimarket, supermarket, perusahaan besar yang masuk ke desa-desa. “Yang semakin menyebabkan persaingan tinggi dan kami yang memilik modal kecil tidak mampu bersaing dengan mereka,” ujar Nurhayati. [razak/hanna/anna]

Advertisement
Advertisement