Prediksi Indonesia Bebas Corona pada Juni dan Oktober Tidak Berlaku, BNPB Prediksi Akan Ada Lonjakan Besar Pekan Depan
JAKARTA – Sebuah lembaga studi yang berkedudukan di Singapura, bulan lalu sempat mengeluarkan rilis hasil penghitungannya terkait dengan peluang penanganan COVID-19 di Indonesia. Lembaga tersebut menyebut pandemi Virus Corona (COVID-19) di Indonesia akan berakhir pada Juni mendatang. Prediksi itu berasal dari situs SUTD Data-Driven Innovation Lab.
SUTD merupakan singkatan dari Singapore University of Technology and Design. Peneliti SUTD berusaha melakukan predictive monitoring untuk mengetahui akhir Virus Corona di berbagai negara.
Untuk Indonesia, awalnya diprediksi hampir 100 persen pandemi Virus Corona akan selesai pada akhir Juni. Kemudian, muncul update bahwa pandemi di Indonesia baru selesai pada Oktober.
Kini, dua prediksi itu sudah tidak berlaku. Data-data di halaman depan situs itu sudah dihapus karena ada perubahan situasi di dunia nyata.
“Prediksi-prediksi sebelumnya sudah tidak lagi valid karena skenario-skenario dunia nyata telah berubah dengan cepat,” tulis situs itu seperti dikutip Rabu (13/05/2020).
Sementara itu, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menyampaikan, pasien positif Corona yang meninggal dunia masih terus bertambah.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan jumlah kasus positif Corona Covid-19 bakal melonjak pekan depan. Hal tersebut disebabkan pemeriksaan Covid-19 yang semakin masif dilakukan.
Saat ini, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 berupaya meningkatkan kapasitas pemeriksaan, sehingga diharapkan bisa mencapai 40.000 per hari.
“Secara teknis harus begitu supaya bisa mempercepat penyelesaian Covid-19 ini, memang jumlah testing harus dinaikkan,” ujar Plt Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Dody Ruswandi dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VIII DPR, Selasa (12/5/2020).
Dody menyebut, bila pemeriksaan bisa mencapai 40.000 per hari, diharapkan bisa mewakili daerah-daerah yang dianggap merah.
Dody mengatakan, begitu kapasitas pemeriksaan ditingkatkan, diharapkan kurva Covid-19 bisa mencapai puncak di awal Juni 2020 dan kemudian terus menurun.
Untuk itu, Dody berharap masyarakat berpartisipasi mengikuti tes Covid-19 ini.
“Tergantung partisipasi masyarakat, kalau semua sama-sama ikut testing, mudah-mudahan kurva puncak kita di awal Juni. Kalau puncak di sana, kita harus siap kapasitas rumah sakit. Kalau testing selesai, puncaknya bisa tercapai, mudah-mudahan melandai ke bawah,” kata Dody.
Di satu sisi, pemerintah juga berupaya menekan angka kematian akibat Covid-19 ini.
“Yang kita jaga (ditekan supaya tidak naik) justru kasus meninggal. Secara statistik, kasus meninggal itu 6 sampai 7 persen yang kritis dari jumlah positif Covid-19,” tambahnya.
Di Jakarta sendiri, kata dia, di 12 rumah sakit rujukan Covid-19, sudah mulai terkendali. Pasien Corona yang sembuh juga terus bertambah.
“Sekarang, di daerah-daerah kemampuan tes spesimen akan ditingkatkan. Kapasiitas rumah sakit di daerah juga ditingkatkan,” ujar dia.
Adapun peningkatan laboratorium untuk uji spesimen sudah ada 57 laboratorium dengan metode real time PCR. Uji spesimen juga dengan metode tes cepat molekuler (TCM).
Sementara Jawa Barat, sudah lebih dulu melakukan tes PCR secara masif. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyebut, tes masif ini dilakukan dengan meniru model Korea Selatan.
“Korea Selatan itu penduduknya sama kayak Jawa Barat 50 juta. Mereka mengetesnya itu 0,6 persen dari jumlah penduduk alias 300 ribu. Nah, Jawa Barat sekarang baru 150 ribu kurang setengahnya lagi untuk melakukan teori seperti di Korea Selatan di mana dengan 300 ribu tes kita bisa memetakan lokal infeksi,” ujar dia.
Menurut Plt Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Dody Ruswandi, untuk mengantisipasi lonjakan kasus Corona itu, saat ini BNPB dengan Kementerian PUPR pun tengah meningkatkan berbagai fasilitas rumah sakit darurat, seperti melakukan renovasi, menyiapkan rumah sakit darurat dari gedung atau hotel yang tidak dipakai. []