Rangkul Instansi Terkait, BP2MI Bahas Penempatan Pekerja Migran ke Negara Kompetitif
JAKARTA – Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia melalui Deputi Penempatan dan Pelindungan Kawasan Amerika dan Pasifik (Apik) mengundang berbagai instansi terkait dalam Rapat Rencana Sistem dan Strategi Penempatan Pekerja Migran Indonesia di Negara Kompetitif melalui Specific Destination Countries (SDCs) di Ruang Rapat Adelina Sau BP2MI, Jakarta, Selasa (11/6/2024).
SDCs digagas oleh Direktur Sistem dan Strategi Kawasan Apik, Dr. Servulus Bobo Riti. Kegiatan ini bertujuan untuk membahas penempatan Pekerja Migran Indonesia yang terampil dan profesional ke negara tujuan kompetitif secara optimal. Hadir perwakilan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, dan Kementerian PPN/Bappenas, juga Asosiasi Perusahaan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (Aspataki).
Mewakili Deputi Penempatan dan Pelindungan Kawasan Amerika dan Pasifik, Direktur SSPP Kawasan Apik, Dr. Servulus Bobo Riti menyampaikan materi. Dijelaskannya mengenai data penempatan Pekerja Migran Indonesia selama empat tahun terakhir dan terobosan BP2MI dalam merangkul berbagai instansi dalam menyiapkan Pekerja Migran Indonesia yang terampil dan profesional.
“Selama ini penempatan Pekerja Migran Indonesia didominasi ke negara tujuan tradisional karena mayoritas calon pekerja kita memiliki kompetensi rendah. Untuk itulah diperlukan peran serta dari stakeholder terkait, baik pemerintah maupun swasta, untuk menyiapkan Pekerja Migran Indonesia yang terampil dan profesional untuk bekerja di negara kompetitif. Sebagai upaya mendorong penempatan dan pelindungan Pekerja Migran Indonesia dapat dilakukan secara optimal, salah satunya melalui Specific Destination Countries (SDCs),” ungkap Servulus.
Dipaparkannya pula wajah umum Pekerja Migran Indonesia selama ini, yaitu tidak memiliki cukup daya saing dan daya tawar karena kompetensi rendah.
“Hal ini karena para Pekerja Migran Indonesia mayoritas berasal dari Daerah Lambat Tumbuh dengan segala keterbatasan sisi SDM dan SDA yang menjadikan orientasi utama penempatan ke negara tetangga Malaysia, termasuk Brunei Darussalam, Singapura, Hong Kong, Taiwan, Arab Saudi, dll. Dari pihak pemerintah pun masih pada tataran norma/pengaturan, dan belum sungguh-sungguh memfasilitasi pembiayaan untuk peningkatan kompetensi,” lanjut Direktur Servulus
Seluruh perwakilan kementerian dan asosiasi mendukung penuh BP2MI dalam hal penyiapan Pekerja Migran Indonesia ini, mulai dari penguatan kemampuan bahasa, menjajaki program magang ke luar negeri, menyiapkan kompetensi dan sertifikasi mandiri, hingga menyusun grand design pelindungan Pekerja Migran Indonesia untuk menjaga marwah dan hak dasar mereka.
Muhammad Iqbal Abbas, Perencana Ahli Utama Kementerian PPN/Bappenas mengungkapkan, ”Terobosan SDCs ini menjadi jawaban dari keinginan bersama untuk mereorientasi negara tuiuan yang kompetitif dan Bappenas siap mendukung dalam program.”
Sementara itu Erwina, Pengantar Kerja Ahli Madya Kemnaker RI mengungkapkan bahwa SDCs menjadi strategi baru dari BP2MI. Begitu pula disampaikan oleh Shabda Thian, Diplomat Ahli Muda Kementerian Luar Negeri yang menyatakan agar mulai menganut open market dalam kerangka SDCs.
Pendapat yang sama disampaikan pula oleh Filius Yandono, Sekretaris Jendral Aspataki yang menyatakan sepakat dengan gagasan SDCs karena pasar tradisional sudah jenuh dan skema ini bisa menerobos pasar negara tujuan yang kompetitif.
Secara umum, seluruh peserta yang mewakili instansi masing-masing memiliki pandangan yang sama untuk bergeser dari penempatan Pekerja Migran Indonesia di negara tradisional ke negara kompetitif.
“Kami sepakat untuk berkolaborasi dalam peningkatan kompetensi calon Pekerja Migran Indonesia agar siap bekerja ke negara-negara kompetitif tersebut. Untuk itu, semoga dalam waktu dekat, kita dapat menindaklanjuti hasil rapat ini pada level yang lebih teknis, seperti rencana aksi,” tutup Direktur Servulus. []