Resesi Ekonomi dengan Krisis Ekonomi Itu Beda, Pahami Maknanya Agar Tidak Mudah ‘Ngamuk’ Saat Baca Narasi ‘Gendruwo’
JAKARTA – Analis politik dan ekonomi Rustam Ibrahim meminta agar masyarakat jangan mau ditakut-takuti oleh narasi bahwa resesi ekonomi sama dengan krisis ekonomi. Menurutnya, itu hanyalah narasi dari suatu kelompok tertentu yang disebutnya kaum genderuwo.
“KITA jangan mau ditakut-takuti apalagi sampai dibodohi kaum genderuwo bahwa resesi ekonomi sama dengan krisis ekonomi. resesi hanya sekedar istilah teknis bahwa aktivitas ekonomi menurun/lesu yang diindikasikan oleh pertumbuhan PDB suatu negara mengalami minus 2 kuartal berturut-turut,” tulisnya melalui akun Twitternya @RustamIbrahim, Kamis (03/09/2020).
Lebih lanjut, kata Rustam Ibrahim, krisis ekonomi bukan hanya ditunjukkan dengan pertumbuhan PDB yang minus, tetapi juga diikuti inflasi yang tinggi serta terganggunya sektor keuangan.
“Sedangkan krisis ekonomi bukan hanya ditunjukkan pertumbuhan PDB minus. Selain minusnya besar (2 digit), juga dibarengi dengan inflasi yang tinggi serta terganggunya sektor keuangan. Nilai tukar jeblok, bunga bank meroket menyebabkan krisis likuiditas dan beban utang LN melonjak,” cuitnya Rustam Ibrahim lagi.
Rustam Ibrahim juga mengatakan, apabila pada ekonomi di kuartal III 2020 kembali negatif dan mengalami resesi ekonomi, maka harus dilihat angka negatifnya. Jika dibawah minus 5,3 persen, semisal minus 1,3 persen artinya ekonomi Indonesia justru sedang mengalami recovery.
“Kalaupun seandainya bulan depan (Oktober) ekonomi Indonesia memasuki resesi, KITA harus melihat minus atau negatifnya pertumbuhan PDB Jika berada di bawah – 5.3%, misalnya hanya – 1-3%, itu artinya ekonomi Indonesia justru sedang menuju pemulihan (recovery),” tambah Rustam Ibrahim.[]