Resesi Ekonomi Hong Kong Bisa “Ngefek” ke Perekonomian Indonesia
HONG KONG – Sebagai salah satu negara yang memiliki hubungan erat dalam bidang perekonomian, Situasi perekonomian di Hong Kong saat ini patut untuk diwaspadai.
Selama 4 kuartal berturut-turut, ekonomi Hong Kong terpuruk ke jurang resesi. Bahkan pertumbuhan ekonomi Hong Kong pada kuartal II 2020 tercatat -9%.
“Dampak situasi di Hong Kong akan mempengaruhi beberapa aspek ekonomi. Dari sisi investasi Hong Kong termasuk ke dalam top 5 negara asal investasi asing terbesar di Indonesia,” kata Peneliti ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira dikutip dari detik com, Kamis (30/07/2020).
Menurut data BKPM, Hong Kong berada di urutan keempat sebagai negara paling besar berinvestasi di Indonesia di sepanjang 2019. Nilainya mencapai US$ 2,89 miliar.
Hong Kong juga menyandang predikat sebagai hub keuangan dunia. Banyak perusahaan asing memiliki kantor pusat di Hongkong. Jika markasnya mengalami guncangan, maka bisa jadi investasi di Indonesia juga terganggu.
“Jika headquarter nya terganggu resesi maka keputusan investasi di Indonesia bisa tertunda sampai ada tanda pemulihan. Imbasnya pada serapan tenaga kerja dari investasi asing atau PMA pasti menurun di sepanjang tahun 2020,” tambahnya.
Dari sisi perdagangan, lanjut Bhima, Hong Kong memiliki peran strategis sebagai hub produk ekspor Indonesia sebelum masuk ke China. Bisa jadi, gonjang-ganjing ekonomi di Hong Kong bisa menurunkan permintaan ekspor Indonesia.
Terakhir, efeknya terhadap tenaga kerja Indonesia yang ada di Hong Kong yang berkontribusi terhadap devisa Indonesia. Resesi di Hong Kong bisa berdampak kepada kesejahteraan pekerja migran di Hong Kong.
“Kiriman uang ke keluarga yang ada di Indonesia atau remitansi juga berkurang. Yang rugi juga keluarga pekerja migran di Indonesia akibat resesi Hong Kong. Ujungnya ke daya beli masyarakat khususnya di daerah asal TKI,” terangnya.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menambahkan, Hong Kong menempati peringkat ke 8 dalam urusan hubungan dagang dengan Indonesia. Namun dia menilai pengaruhnya masih realtif kecil.
“Kalau kita melihat komposisi ekspor, Hong Kong bukanlah negara tujuan ekspor utama Indonesia, produk yang diekspor pun bukanlah produk utama Indonesia, total share ekspor ke Hong Kong hanya 1% terhadap total ekspor Indonesia. Begitupun dengan Impor, share impor Hong Kong ke Indonesia juga relatif kecil hanya 5%. Jadi dilihat dari channel dagang pengaruhnya relatif kecil,” tambahnya.
Namun, hal yang perlu diwaspadai adalah efek domino di sektor keuangan. Sebab Hong Kong merupakan pusat keuangan dunia.
“Dalam jangka pendek, resesi Hong Kong ini bukan tidak mungkin akan berdampak pada psikologis investor, yang kemudian akan mempengaruhi volatilitas di pasar keuangan termasuk di Indonesia,” tutupnya. []