July 19, 2025

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Resiko Menghentikan Pemberian ASI Sebelum Anak Berusia Dua Tahun

2 min read

JAKARTA – Menyusui hingga anak berusia dua tahun atau lebih bukan sekadar nasihat tradisional—ini didukung oleh bukti ilmiah yang menunjukkan manfaat kesehatan jangka panjang bagi anak dan ibu.

Menurut WHO, ASI mengandung zat imunologis seperti laktotransferrin yang menurun setelah satu tahun tapi kembali meningkat pada usia 13–24 bulan, memberikan perlindungan tambahan terhadap infeksi.

Menyapih dini dapat membuat anak kehilangan perlindungan imunitas tersebut. Bahkan, bayi yang disapih terlalu cepat memiliki risiko lebih tinggi terhadap infeksi saluran napas, diare, infeksi telinga tengah, dan penyakit kronis seperti leukemia serta diabetes tipe 1.

Tak hanya anak, ibu juga merasakan akibatnya. Studi epidemiologis dari PubMed Central (PMC) menegaskan, menghentikan menyusui terlalu awal berdampak pada peningkatan risiko kanker payudara, ovarium, obesitas, diabetes tipe 2 hingga hipertensi. Setiap 12 bulan menyusui yang ditambah, risiko kanker payudara bisa turun sekitar 4,3%.

Secara global, rekomendasi kesehatan mendesak agar ibu menyusui memenuhi dua fase penting: eksklusif 6 bulan pertama dan dilanjutkan hingga 2 tahun atau lebih. WHO dan UNICEF merekomendasikan pola ini sebagai cara terbaik untuk pertumbuhan, perlindungan infeksi, dan pembentukan sistem kekebalan anak. AAP (American Academy of Pediatrics) pun menyarankan menyusui sekurang-kurangnya hingga satu tahun, lalu melanjutkan hingga sesederhana yang diinginkan oleh ibu dan anak.

Fungsi ASI tak berhenti setelah usia satu tahun. Penelitian melaporkan bahwa menyusui jangka panjang memperkuat perkembangan kognitif, menjadi penahan stres alami bagi bayi, dan menurunkan risiko obesitas serta hipertensi saat dewasa. Oksitosin yang dilepaskan selama menyusui juga memperkuat ikatan emosional antara ibu dan anak, memperdalam hubungan psikologis mereka.

Proses menyapih yang tergesa-gesa juga memiliki potensi dampak negatif fisik pada ibu—seperti pembengkakan payudara, sumbatan saluran ASI, bahkan mastitis—sementara hormonnya berubah drastis. Emosional ibu pun bisa terguncang jika tak diberi waktu menyesuaikan diri.

Intinya, menghentikan ASI sebelum usia dua tahun bukan keputusan ringan. Anak kehilangan pelindung alami dan tumbuh kembangnya bisa terhambat, sementara ibu menghadapi risiko kesehatan jangka panjang serta efek emosional dan fisik dari penyapihan mendadak. Karena itu, jika memutuskan menyapih, lakukan secara bertahap dan dukunglah dengan pendekatan yang sehat—baik dari segi medis maupun psikologis.

Jika Anda memerlukan panduan penyapihan lembut atau dukungan nutrisi pasca-ASI, saya siap bantu mencarikan referensi atau membuatkan panduannya. []

Advertisement
Advertisement

Leave a Reply