Rina, Alumni Wan Chai Yang Sukses Bermetamorfosa Menjadi Kontributor Media dan Pemilik Jasa Wisata
LUMAJANG – Menyambung sosok “Alumni Wan Chai” sukses menjadi suplier clothing pada edisi lalu, satu orang lagi, perempuan alumni Wan Chai yang sukses bertransformasi dari aduhainya dunia “ajib-ajib” menjadi seorang tour leader plus kontributor sebuah media online bertaraf Internasional dengan basis Wisata, Budaya, dan Kesenian. Perempuan yang berasal dari Tempeh Lumajang tersebut adalah Marina Ratnasari.
“Saya beda dengan Sapti mas, Sapti sekolahnya di Wan Chai hanya sebentar, kalau saya hampir dua tahun” aku Rina saat menuturkan masa lalunya kepada Apakabaronline.com.
“Sapti ketemu keberuntungan saat di Wan Chai, kalau saya bertemu keberuntungan, justru saat meninggalkan Wan Chai” imbuh Rina.
Rina menuturkan, peristiwa bersejarah dalam hidupnya yang hingga kini mampu menjadi sandaran finansialnya setelah pulang ke Indonesia adalah majikannya. Keberuntungan Rina berawal saat dia berganti majikan.
“Majikan saya yang terakhir itu Bule yang kebetulan memiliki jaringan dengan dunia tulis menulis. Dulu saya sering diajak jalan-jalan ke luar Hong Kong. Setahun dua kali. Ke Afrika pernah, ke Bali dan NTT pernah, ke Hawai, dan ke India.” Tuturnya.
Dari aktifitas jalan-jalan tersebut, majikan Rina melihat Rina memiliki bakat dalam melakukan dokumentasi. Sebab, tanpa Rina sadari, kegemaran Rina memotret berbagai scene yang dia temukan dalam perjalanan, diam-diam diamati majikannya.
“Dari situ majikan tahu kalau saya suka motret dan nulis cerita perjalanan. Dari situ majikan saya juga tahu kalau ternyata saya ngeblog. Dan majikan saya berkomentar banyak hal tentang blog saya” terangnya.
Setahun sebelum kontrak kerja Rina selesai, majikan rina menjajaki kemungkinan Rina untuk terus berkontribusi pada sebuah media tempat majikannya bekerja, sebagaimana selama ini telah dia lakukan dari setiap jalan-jalan dengan majikannya. Dan Rinapun menyambut gembira tawaran tersebut.
“Untungnya dulu sebelum ke Hong Kong saya sempat sekolah di STIBA MALANG, jadi setidaknya saya gak kaget kaget banget ketika disuruh menulis dalam bahasa Inggris” akunya.
Setahun pertama Rina menjalani profesi sebagai kontributor, hasilnya secara finansial tidak begitu terasa menguntungkan. Namun, untuk menin ggalkan dunia tersebut, berat bagi Rina, karena meski secara finansial hasilnya sangat kecil, tapi ada kepuasan tersendiri dan ada kegemaran tersendiri baginya menjadi kontributor.
“Disitilah komitmen saya diuji, tapi Alhamdulilah, saya menemukan jalan mencari penghasilan namun tetap tidak meninggalkan peran kontributor media yang telah saya lakoni. Saya membuka biro wisata” kenangnya.
Dengan modal awal 20 juta rupiah di tahun 2010, Rina memanfaatkan untuk mengurus legalitas, serta memoles rumah yang dia miliki menjadi kantor biro wisatanya. Sebenarnya, secara geografis, kantor biwo wisata milik Rina tempatnya tidak strategis. Namun karena Rina mengandalkan pasar jaringan luar negeri, pelan tapi pasti, okupansinya semakin membumbung tinggi.
Rina menuturkan, kesulitan menjalankan Biro Wisata menurutnya ada pada proses koordinasi. Sebab, saat Rina menerima klien, maka dia harus sudah deal dengan penyedia jasa pendukung lainnya seperti maskapai, hotel, rental kendaraan, bahkan hingga rumah makan.
Sampai saat ini, peran mantan majikan Rina saat masih di Hong Kong masih tetap ada dalam kehidupan Rina sehari-hari.
“Dia kan jurnalis senior, saya kontributor. Otomatis tetap selalu berhubungan. Dan alhamdulilah, mantan majikan saya yang sekarang menjadi atasan saya mendukung usaha ini. Diawal biro berdiri, klien yang saya layani adalah klien yang didapat oleh majikan saya. Selanjutnya, jaringan berkembang, beberapa biro tour di Hong Kong, USA dan Eropa mau menjadi pelanggan saya” beber Rina.
Memasuki tahun ke 4 usaha Rina ini berjalan, kantor menurutnya tidak seberapa penting lagi fungsinya. Karena itu, Rina dengan modal tambahan yang dia dapat dari keuntungan menjalankan Biro Tour, menyulap kantornya menjadi sebuah rumah makan yang pelanhgan utamanya juga rombongan wisatawan, baik domestic maupun asing.
Warung ini keuntungan dari biro tour saya. Sebab, sering saya membawa tamu ke Bromo dan Semeru. Basecampnya kan di Probolinggo, saya mencoba menawarkan alternatif jalur ekstrim dari Lumajang, sekaligus memperkenalkan warung ini untuk para wisatawan yang saya tangani perjalanannya” ungkapnya.
Dari hasil menjalankan Biro Wisata, menurut Rina tidak setiap bulan sepanjang tahun dia menerima klien wisatawan. Dalam setahun, ada 4 bulan yang kosong. Namun setidaknya, selama 8 bulan bekerja mengelola perjalanan wisata turis asing, Rina bisa meraup keuntungan yang apabila dirata-rata sebesar Rp. 30 juta setiap bulan atau Rp. 360 juta dalam setahun.
“Tablet ini kenang-kenangan dari bos saya saat saya pertama menjadi kontributor. Meskipun sudah lemot digunakan, tapi tetap saya simpan dan saya jaga nyawanya. Jelek-jelek gini, ini kenangan mas” tutur Rina.
Sehari-hari, Rina menjalankan usaha ini dibantu oleh 2 orang karyawan yang masih ada hubungan keluarga. Namun disaat lagi ramai klien, Rina sering memperkerjakan tenaga tambahan tidak tetap hingga belasan orang jumlahnya.
“Kelihatannya dari luar happy terus ya ? , padahal mas, menjalankan usaha seperti ini itu mumetnya minta ampun. Ingatan harus kuat, kesabaran harus tinggi, perhitungan harus tepat. Ini baru pada sisi pelayanan. Pada sisi marketing, saingan kita itu buuuanyak dan berat. Ini tantangan tersendiri” terangnya
Berminat mengunjungi basecamp Biro Wisata milik Rina ? Datang saja ke Hayak – Hayak Tour & Travel, Jalan Raya Senduro Lumajang RT 17 RW 3 Desa Sarikemuning Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang Jawa Timur. Di tempat tersebut, anda akan disambut sebuah warung bernuansa kebun yang terintegrasi menjadi satu dengan kantor bironya.
“Hayak-Hayak itu saya ambil dari nama lembah di Gunung Semeru” pungkas ibu muda yang kini sedang hamil 5 bulan ini. [AA Syifa’i SA]