Rupiah Digital, Disebut Harapan yang Bisa Membuat PMI Semakin Sejahtera
JAKARTA – Kehadiran rupiah digital bisa langsung memberikan kesejahteraan kepada sektor pekerja migran. Mata uang digital atau Central Bank Digital Currency (CBDC) itu bisa mereduksi biaya transaksi merek jika cepat diimplementasikan.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Ekonomi Asian Development Bank (ADB) Albert Park dalam acara 18th Bulletin of Monetary Economy & Banking International Conference (BMEB) and Call for Papers 2024, yang digelar Bank Indonesia, Senin (29/7/2024).
Albert mengatakan, penerapan rupiah digital dalam konsep CBDC itu bisa mengurangi biaya transaksi lintas negara yang disediakan pihak ketiga. Biaya transaksi lintas negara itu ia katakan bisa mencapai 8%.
“Ketika mereka ingin mengirim uang kembali ke tanah airnya, seringkali mereka harus membayar persentase yang sangat besar kepada perantara, yang biasanya sekitar 8% atau lebih,” ucap Albert.
“Nah dengan central bank digital currency jika dapat dibuat untuk mendukung pembayaran internasional dapat mengurangi biaya itu secara substansial dan dapat meningkatkan kesejahteraan migran,” tegasnya.
Di luar itu, Albert mengatakan, kehadiran CBDC memang akan menguntungkan inklusivitas transaksi suatu negara karena akan menekan berbagai biaya transaksi digital yang nilainya kecil-kecil.
Namun, ia mengingatkan, penerapan CBDC harus dilakukan secara bertahap, untuk mengantisipasi berbagai risiko digital yang biasanya muncul untuk segala sesuatu yang masuk ke ranah digital.
Dalam dokumen ADB bertajuk Recent Central Bank Digital Currency Developments in Asia and Their Implications, setidaknya ada 10 risiko yang harus dimitigasi bank sentral dalam mengeluarkan mata uang digital.
Di antaranya ialah risiko penarikan dana dari bank atau bank rush; risiko disintermediasi keuangan; risiko teknis dan keamanan; risiko hukum dan pengawasan; hingga Risiko sirkulasi mata uang dengan infrastruktur digital terbuka yang tidak memadai.
Lalu, adapula risiko munculnya derivatif CBDC dan produk rekayasa; Menarik premi valuasi selama krisis; Ketidakpastian seputar desain dan manajemen kebijakan moneter; Hilangnya kemudahan dengan penyimpanan kunci pribadi, dan dompet palsu; serta maraknya financial exclusion.
“Jadi CBDC merupakan ide yang bagus, tetapi jelas harus diadopsi dengan cara yang sangat terukur dan bertahap untuk mengatasi berbagai risiko yang mungkin terjadi ketika anda menjadikan segala sesuatunya dalam bentuk digital,” ungkap Albert. []