Saat Akan Berangkat Kerja Jadi PMI, Pastikan Anakmu Sudah Di “Sapih” dengan Cinta
ApakabarOnline.com – Sering terdengar, seorang calon pekerja migran nangis sesenggukan di penampungan PPTKIS lantaran teringat anaknya yang ditinggalkan masih dalam kondisi belajar berjalan, bahkan ada yang masih belajar tengkurap.
Banyak pula komentar yang menyatakan, ‘anak masih bayi kok tinggal pergi ibunya, mereka kan butuh Asi,’ atau komentar ‘apa gak kasihan, anaknya masih kecil’ maupun komentar senada lainnya.
Menyimak kondisi demikian, peroses “nyapih” pada seorang anak bukanlah hal yang sepele. Proses “nyapih” jika tidak dilakukan disaat dan cara yang benar, potensial akan menimbulkan persoalan dimasa tumbuh kembang, baik secara fisik maupun secara psikis.
Hal penting yang harus disadari, usia antara nol hingga dua tahun merupakan periode penting dalam hidup manusia yang tidak akan pernah bisa diulang pada periode selanjutnya.
Lantas, bagaimana cara menyapih dengan ideal agar tidak mengganggu proses tumbuh kembang seorang anak ?
Bagi ibu, proses menyapih atau menghentikan pemberian air susu ibu (ASI) pada anak selalu melibatkan perasaan. Sehingga pada akhirnya, banyak ibu butuh waktu lama berjuang untuk bisa melewati proses ini.
Menurut dokter spesialis anak Meta Hanindita, Sp.A., menyapih bayi harus dengan cinta. Kata Meta, sapihlah anak di bawah usia tiga tahun (batita) saat ibu dan anak sama-sama sudah siap.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan ibu menyusui anak sampai usia dua tahun atau lebih. American Academy of Pediatrics (AAP) juga merekomendasikan ibu menyusui setidaknya setahun dan dilanjutkan sesuka ibu serta bayinya.
Meta juga mengingatkan dalam proses ini agar ibu tidak langsung menghentikan pemberian ASI. “Perlahan-lahan, mulailah mengurangi frekuensi menyusui,” ujar dia.
”Tapi sebaiknya jangan melakukan proses penyapihan saat batita sedang sakit,” kata dokter yang meraih gelar spesialis anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya itu.
Ibu juga sebaiknya tidak membohongi anak dengan menggunakan lipstik, brotowali, atau bahkan obat merah untuk mewarnai payudara atau membuat rasanya berbeda. Lakukanlah penyapihan dengan cinta dan kenyamanan bagi kedua belah pihak.
Tanpa paksaan
Menyapih tidak boleh dengan paksaan, namun dibutuhkan kerja sama dan pengertian dua individu. “Menyusui adalah sebuah proses yang dilakukan bersama-sama, jadi Anda harus menjadi pasangan yang dinamis, antara ibu dan bayi,” ujar Courtney Juliano, MD., asisten profesor pediatri di Mount Sinai Health System.
Bayi biasanya suka menyusu di pagi hari dan sebelum mereka pergi tidur di malam hari. “Jadi bagi kebanyakan orang, lebih mudah menghentikan ASI pada pertengahan hari, dan perlahan-lahan mengurangi di pagi dan malam hari,” tambah Juliano.
Dengan melakukan ini secara rutin selama beberapa hari, maka tubuh akan terbiasa dan produksi ASI akan menyesuaikan.
Beri makanan pengganti
Selain itu, mengalihkan keinginan anak menyusu dapat dilakukan dengan memberi makanan sehat. Semua jenis makanan yang sehat sesuai dengan usia anak sangat cukup untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh anak.
Jika anak merasa kenyang maka mereka otomatis akan mengurangi ASI. Setelah itu jika dirasa perlu Anda bisa mencoba memberikan susu non-ASI.
Makanan untuk anak sebaiknya diolah di dapur sendiri. Hindari juga terlalu sering memberikan makanan ringan ketika Anda ingin menyapih anak.
Rubah kebiasaan
Menyiapkan anak agar siap disapih dapat Anda mulai dengan mengubah kebiasaan mereka saat hendak menyusu. Misal saat malam hendak menyusu Anda dapat menggantinya dengan kebiasaan baru seperti memberikan susu atau sesi bercerita sebelum tidur.
Dengan kebiasaan baru ini maka anak akan terbiasa dan mulai mengikuti tanpa sadar hingga akhirnya dapat benar-benar berhenti.
Disiplin
Menurut dokter Elizabeth Yohmi, Sp.A., proses menyapih bisa lebih mulus jika keinginan itu datang dari dua pihak, yaitu ibu dan bayi. Kegagalan proses ini tidak jarang karena ibu tidak rela menyapih.
Setelah ada kerelaan, bisa bangun komunikasi. Meskipun usia anak baru dua tahun, mereka tetap perlu diberi pemahaman mengapa harus disapih, misalnya karena usianya yang terus bertambah.
Beri perhatian lebih
Reaksi anak saat proses sapih biasanya rewel hingga menguras kesabaran. Mungkin mereka beranggapan berhenti menyusu sama dengan berhenti disayang.
Siasati polah mereka dengan memberi perhatian lebih sering. Rajinlah mencium, memeluk, menemaninya bermain, dan katakan Anda menyayangi mereka.
Libatkan Ayah
Peran keluarga terutama suami juga dibutuhkan. Ketika akan tidur, biasanya anak akan rewel dan biasanya memerlukan susu.
Pada kondisi ini peran ayah diperlukan. Cara yang bisa dilakukan ayah dengan memeluk anak sampai tertidur.
“Untuk itu antara ibu dan ayah harus kompak memudahkan jalan si anak untuk mengurangi asupan ASI,” kata dokter spesialis anak Wiyarni Pambudi dinukil Liputan6.
Ia juga menganjurkan untuk tidak lupa memberi pujian kepada anak untuk setiap proses yang dilalui dengan baik.
“Misal, ketika sekali waktu anak sudah bisa tidur tanpa rewel, paginya kita bisa berikan pujian sehingga dia senang dan mengulangi lagi keesokannya.” pungkasnya. []