April 26, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Saat Sindiran Tajam dari Orang Lain Menimpa Kita, Bagaimana Menyikapinya ?

4 min read

ApakabarOnline.com – Sering kesulitan menjawab komentar orang lain? Sekarang coba jawaban-jawaban ini untuk mengalahkan lawan bicara saat Anda bersilat lidah.

Pernahkah Anda bekerja dengan seseorang yang selalu gelisah, terlalu berlebihan atau penakut? Sehingga mereka sering sekali mengeluarkan komentar-komentar negatif, sindiran, pernyataan tidak penting, atau malah menyinggung perasaan Anda?

Komentar menyindir seperti, “Wow, pintar sekali kamu,” atau “Ya lumayan, tapi masih banyak yang lebih bagus lah”, yang disampaikan dengan nada tidak enak, bisa membuat Anda bingung karena tidak bisa membalasnya.

Kadang, Anda berpikir untuk membalasnya dengan ‘kejam’, tetapi ketika Anda dapat kesempatan untuk itu, misalnya beberapa hari kemudian, Anda sudah terlambat.

Waktu adalah segalanya dalam berbalas komentar atau sindiran. Jadi, jawaban Anda selain harus cerdas dan tajam, juga harus disampaikan sesegera mungkin.

Kunci untuk balasan tepat adalah dengan mempertajam kemampuan mendengar Anda, sehingga Anda bisa bereaksi secepat kilat.

 

Punya waktu berlebih

Tapi tentu, balasan yang bagus tidak bisa direncanakan, karena dibuat berdasarkan materi yang tak terduga yang disampaikan lawan bicara.

Direktur artistik di Studio Bahasa Teater (SBT), Abigail Paul di Frankfurt, mengungkapkan kemampuan berpikir seseorang lebih cepat dibandingkan kemampuan bicaranya.

Ini membuat orang-orang yang ‘diserang’ sebenarnya punya waktu berlebih untuk menyiapkan jawaban.

Misalnya saja, ketika Anda dalam sebuah konferensi lewat sambungan telpon, Anda kerap sudah memiliki jawaban atau pertanyaan, sebelum orang di ujung sambungan telpon menyelesaikan pernyataannya.

Proses mendengar dan berpikir yang sama bisa kita terapkan saat pembicaraan kita dengan rekan kerja memanas, sehingga kita perlu ‘mempertahankan diri’.

Pertanyaannya adalah bagaimana kita benar-benar bisa memfokuskan diri di waktu yang singkat itu, ungkap Paul, yang mengajar teknik improvisasi teater.

“Kebanyakan kita tidak mendengar apa inti dari yang disampaikan lawan bicara, kita hanya menunggu untuk bisa berkomentar. Tidak ada resep ajaib dalam mendengarkan seseorang, kecuali berlatih,” ungkapnya.

Salah satu strategi untuk memperbaiki kemampuan mendengar adalah dengan melakukan permainan lempar-sambung-kata.

Dua orang menyampaikan cerita, di mana masing-masing menyebut satu kata setelah kata lain disampaikan pemain sebelumnya. Permainan ini memaksa pemainnya untuk lebih aktif mendengar dan memberi respons dengan lebih spontan.

“Tujuannya adalah supaya kita tidak selalu mengedepankan ego dan ide kita sendiri, karena inti dari mendengar adalah membuat kita mau mengubah pendapat sesuai dengan apa yang disampaikan orang lain,” ungkap Paul.

Jika teman Anda cenderung mengeluarkan pernyataan tidak menyenangkan, Anda harus melatih otak untuk mendengarkannya dengan saksama dan hati-hati, dan bersiap mengeluarkan jawaban balasan secepat mungkin. “Sehingga Anda-lah jadinya yang mengontrol keadaan”.

Misalkan jika teman Anda tiba-tiba menyindir, “Wah, pintar sekali kamu,” Anda bisa mencoba langsung menjawab: “Terima kasih. Jarang-jarang ada yang memuji kepintaran saya.”

Atau teman Anda berujar, “Ya lumayan, tapi masih banyak yang lebih bagus lah”. Coba jawab : “Iya ya. Coba lihat hasil kerja kamu?”

Cara lain adalah dengan merendah diri dan menaikkan ego dan ‘status’ lawan bicara. Jadi, kita seakan-akan membuat dia terlihat lebih baik.

Yang paling penting dari metode ini adalah dengan memahami kekuatan nada bicara.

Misalnya ada manajer atau kolega yang sering mengoreksi, maka Anda bisa menggunakan pendekatan status dan menjawab, “Apakah Anda punya ide yang lebih baik?” atau “Ya, tampaknya Anda sudah punya banyak ide, kita bisa menghasilkan ide yang lebih baik sekarang”, kata Paul.

“Tapi tentu, kalau intonasi bicara salah, jawaban tersebut akan terdengar kasar. Jadi, ini tidak melulu soal apa yang disampaikan, tetapi juga bagaimana pernyataan itu terdengar”.

 

Jangan mau selevel

Ada anekdot yang menyebut, jika ingin membunuh seseorang, bunuhlah dia dengan kebaikan. Begitu pula dengan komentar balasan.

Balasan terbaik adalah balasan yang tajam, berisi dan bahkan kadang menyentil moralitas.

Belina Raffy, seorang konsultan bisnis, menyebut bahwa jika di sebuah kantor, saling sindir dan komentar terlalu negatif, maka akan berujung pada matinya inovasi di kantor.

“Semua ide akan mati”. Lebih buruk lagi, ini akan menimbulkan efek negatif yang dapat merusak atmosfer kerja.

Jika komentar negatif keluar di tempat kerja – tempat di mana semua orang diasumsikan ingin melihat kesuksesan – komentar tersebut biasanya keluar dari orang yang gelisah, tutur Raffy.

Misalnya, seorang rekan kerja yang tidak tahu bagaimana mengerjakan sebuah tugas – dia mungkin berpikir bahwa dengan mengalihkan perhatian kepada orang lain dengan melontarkan pernyataan negatif kepada orang lain, akan membuat atasannya mengalihkan fokus kepada staf lain.

Meskipun sulit untuk membalas dengan pernyataan positif, komentar positif penting untuk membuat proyek berjalan dengan baik.

Selain itu, rekan kerja lainnya juga tidak merasakan atmosfer negatif. Misalnya seorang rekan kerja berkomentar, “proyek ini tidak maju-maju”, Anda bisa menjawab, “setidaknya kita masih ada di jalur yang tepat, saya akan buat maju”.

Karena pada dasarnya, menurut Raffy, komentar-komentar positif dan tajam dari rekan kerja, bos atau bawahan bisa mengubah lingkungan kerja yang dulunya terkesan keras dan kasar, menjadi lebih hangat.

“Sementara komentar negatif, akibatnya hanya akan meningkatkan ketegangan, membuat orang lain merasa tidak diterima dan inferior”.

Raffy menyarankan untuk mengungkap “kekonyolan situasi” tanpa membuat si karakter antagonis menjadi musuh bersama, tapi menjadikannya “korban” dari kondisi yang absurd, katanya.

Tapi ada satu hal lagi yang bisa dilakukan untuk membalas komentar dengan baik.

“Balasan terbaik adalah yang mengungkapkan kebenaran tapi diselingi humor, saat seseorang melihat sesuatu yang tak dilihat orang lain,” kata Paul. “Itu biasanya membuat orang tertawa”.

Dan biasanya, itulah tujuan utama dari balasan yang bagus – supaya bisa tertawa. Dengan tertawa, ketegangan akan berkurang.

Orang-orang juga merasa dilibatkan. Dan yang paling penting, tertawa mendorong kita ingat bahwa kita bekerja bersama, tidak sendiri. []

Disadur dari BBC Capital

Advertisement
Advertisement