Sebelum Berangkat, Calon PMI Diedukasi Penggunaan QRIS Cross Border

JAKARTA – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Nusa Tenggara Timur (NTT) baru-baru ini menggelar edukasi penting bagi 100 Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Kupang. Kegiatan ini bertujuan mempersiapkan para PMI sebelum mereka berangkat bekerja di dalam maupun luar negeri. Edukasi ini berfokus pada pemanfaatan teknologi pembayaran digital yang inovatif.
Inovasi utama yang diperkenalkan adalah sistem QRIS Cross Border, yang dirancang untuk mempermudah transaksi keuangan para PMI. Deputi Kepala Perwakilan BI NTT, Didiet Aditya Budi Prabowo, menjelaskan bahwa sistem ini mengatasi masalah biaya tinggi saat pengiriman uang. Transaksi pembayaran harian di luar negeri juga menjadi lebih efisien dan aman.
Program literasi keuangan digital ini sangat relevan mengingat tantangan finansial yang sering dihadapi PMI. Dengan QRIS Cross Border, mereka dapat melakukan pembayaran menggunakan aplikasi Indonesia di negara mitra tanpa perlu menukar mata uang secara manual. Hal ini diharapkan mampu menekan praktik remitansi ilegal dan meningkatkan perlindungan hukum bagi PMI.
Memangkas Biaya Transaksi dan Meningkatkan Keamanan Finansial PMI
Deputi Kepala Perwakilan BI NTT, Didiet Aditya Budi Prabowo, menyoroti permasalahan biaya tinggi yang kerap dihadapi PMI saat mengirimkan uang atau melakukan pembayaran di luar negeri. “PMI kita sering menghadapi biaya tinggi ketika mengirimkan uang maupun melakukan pembayaran di luar negeri,” ujarnya dalam kegiatan Literasi Keuangan Digital di Kupang, Rabu (02/10).
Ia menambahkan bahwa QRIS Cross Border hadir sebagai solusi untuk membuat transaksi menjadi lebih cepat, aman, dan tentu saja lebih murah. Inovasi ini memungkinkan para pekerja migran untuk bertransaksi menggunakan aplikasi pembayaran yang mereka kenal di Indonesia. Proses ini dapat dilakukan di negara-negara mitra tanpa harus repot menukar mata uang secara manual.
Kemudahan ini tidak hanya memberikan efisiensi, tetapi juga menawarkan biaya transaksi yang jauh lebih kompetitif dibandingkan metode konvensional. Lebih dari sekadar efisiensi biaya, QRIS Cross Border juga diproyeksikan menjadi alternatif yang kuat untuk melawan jalur remitansi ilegal. Remitansi nonresmi seringkali merugikan PMI akibat nilai tukar yang tidak adil dan ketiadaan perlindungan hukum yang memadai.
Melalui layanan QRIS Cross Border, pekerja migran dapat mengirimkan uang dan melakukan pembayaran harian secara lebih terlindungi. Hal ini karena transaksi berada dalam ekosistem sistem pembayaran resmi yang diawasi oleh otoritas terkait. Ini merupakan langkah signifikan dalam memberikan keamanan finansial bagi para PMI.
Mendorong Remitansi Resmi dan Ketahanan Ekonomi Nasional
Bank Indonesia meyakini bahwa implementasi QRIS Cross Border akan memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan remitansi resmi dari para pekerja migran. Langkah strategis ini juga diharapkan mampu menekan praktik pengiriman uang ilegal yang masih marak terjadi. Dengan demikian, aliran dana dari luar negeri dapat tercatat dan diawasi dengan lebih baik, memberikan manfaat lebih besar bagi negara.
Selain bermanfaat langsung bagi PMI, Deputi Kepala Perwakilan BI NTT juga menjelaskan bahwa QRIS Cross Border turut mempermudah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Wisatawan dapat dengan mudah membayar berbagai layanan hanya dengan menggunakan aplikasi pembayaran dari negara asal mereka. Sementara itu, merchant di Indonesia akan tetap menerima pembayaran dalam mata uang Rupiah, menjaga stabilitas ekonomi lokal.
Implementasi luas QRIS Cross Border merupakan bagian integral dari upaya Bank Indonesia bersama kementerian dan lembaga terkait dalam meningkatkan literasi keuangan digital. Program ini secara khusus menargetkan daerah-daerah yang menjadi penyumbang tenaga kerja migran terbesar, termasuk Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2024 saja, NTT mencatat sebanyak 1.401 pekerja migran yang berpotensi memanfaatkan inovasi pembayaran digital ini.
Edukasi Komprehensif untuk Kemandirian Finansial PMI
Dengan pemanfaatan teknologi pembayaran seperti QRIS Cross Border, Bank Indonesia memiliki harapan besar agar PMI dapat lebih mandiri dalam mengelola keuangan mereka. Kemandirian finansial ini mencakup kemampuan untuk menghindari risiko penipuan digital yang sering mengintai. Edukasi ini menjadi krusial untuk membekali PMI dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
Lebih jauh lagi, diharapkan PMI mampu memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap penerimaan devisa negara melalui remitansi yang sah. “Inovasi pembayaran digital seperti QRIS Cross Border bukan hanya menjawab kebutuhan PMI, tetapi juga menjadi bagian dari strategi memperkuat ketahanan ekonomi nasional,” tegas Didiet Aditya Budi Prabowo. Hal ini menunjukkan bahwa program ini memiliki dampak jangka panjang yang signifikan.
Dalam kesempatan edukasi tersebut, 100 PMI yang hadir juga mendapatkan informasi tambahan yang tidak kalah penting. Mereka diedukasi mengenai cara merawat uang kertas dengan baik dan benar, serta bagaimana mengantisipasi peredaran uang palsu. Edukasi komprehensif ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan finansial para pekerja migran secara menyeluruh.
Sumber: AntaraNews