December 22, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Sebelum Memutuskan Membeli Emas, Wajib Mengetahui Hal-Hal Berikut Ini

4 min read

JAKARTA – Harga emas menyusut dalam sepekan terakhir. Sabtu lalu (22/8), per gram emas masih diperdagangkan di angka Rp1.027.000. Kini, harga emas berada di level Rp1.012.000 per gram.

Head of Public Relations PT Lifepal Technologies Indonesia, Dila Karinta menyebutkan harga instrumen investasi yang dikenal sebagai pelindung dari inflasi ini memang berfluktuasi secara harian. Namun, dalam jangka panjang harga emas terus mengalami kenaikan.

“Harga emas mengalami kenaikan dari level ratusan ribu rupiah sebelum masa pandemi covid-19, hingga mencapai Rp1 juta per gram selama beberapa pekan terakhir,” ujar dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (28/08/2020).

Lantas, apakah dengan harga per gram saat ini, emas masih layak beli atau justru sebaliknya? Berdasarkan riset terbaru, Lifepal.co.id investor masih bisa mengoleksi emas. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Salah satunya adalah emas menjadi pilihan investasi jangka panjang. Dila menyebutkan, berdasarkan data dari Bullion Rates dan situs Logam Mulia, kenaikan harga emas per tahun secara rata-rata dari Agustus 2010 hingga Agustus 2020 adalah 11,8%.

“Selain di tahun 2019 dan 2020, terjadi pula lonjakan emas yang cukup signifikan di tahun 2010 menuju 2011,” kata Dila.

Memasuki Agustus 2013 hingga 2018, lanjutnya, pergerakan emas justru kurang menarik meski tidak terlihat lesu. Dalam rentang waktu tersebut, rata-rata pergerakan harga emas dalam setahun hanya tumbuh 2% saja.

Dalam jangka pendek, lanjut Dila, hasil investasi menjadi tak pasti lantaran fluktuasi harga. Ia mencontohkan, jika seseorang membeli emas pada bulan Agustus 2019, sebut saja dengan harga Rp720 ribu per gram, dan harga buyback di tanggal 25 Agustus 2020, yang sebesar Rp971 ribu per gram, maka dia sudah untung 34,9% setahun.

“Namun, menurut data historis di tahun 2018, jika saja seseorang membeli emas di akhir Agustus 2017 dan menjualnya di akhir Agustus 2018, kemungkinan besar keuntungannya hanya 2% saja,” imbuhnya.

Fenomena ini, kata Dila, menunjukkan bahwa emas bukanlah investasi dengan tingkat pengembalian pasti. Ada kalanya di jangka pendek, kenaikan harga emas terlihat signifikan, begitu pun sebaliknya.

“Tapi, jika seseorang membeli emas di 25 Agustus 2010 dan menyimpannya hingga Agustus 2020, maka nilai emasnya sudah naik 156,7%,” ucap dia.

Itulah yang membuat emas sangat baik digunakan untuk investasi jangka panjang. Termasuk di antaranya adalah untuk kebutuhan dana pensiun.

Emas, lanjut Dila, juga dikenal sebagai instrumen lindung nilai atau safe haven. Umumnya, harga emas meningkat disebabkan kondisi perekonomian atau pasar yang sedang tidak baik.

“Sebut saja, seperti yang terjadi pada Agustus 2011 pada saat harga emas pertama kalinya menembus Rp500 ribu per gram,” katanya.

Seperti diketahui, momentum kenaikan harga emas terjadi berbarengan dengan imbas krisis Amerika Serikat dan Eropa di 2008, yang berdampak pada tingkat pengangguran yang bertambah di Yunani ke level 18,3% di Agustus 2011.

Di tahun 2019 dan 2020, harga emas kembali mengalami penguatan karena isu Perang Dagang China- AS, serta pandemi covid-19.

Selain ketidakpastian ekonomi, lanjut dia, emas juga merupakan komoditas barang tambang yang tidak dapat diperbaharui. Semakin lama dikeruk, maka cadangannya pun akan semakin tipis pula.

Sesuai dengan hukum ekonomi, jika persediaan suatu barang menipis di pasaran, maka barang tersebut jadi langka dan harganya naik.

Menurut Dila, keberadaan emas sejatinya bisa dimanfaatkan sebagai pelindung fluktuasi nilai investasi, terutama jika memiliki aset berupa saham.

Kondisi perekonomian yang buruk cenderung memicu penurunan harga saham di pasar modal, sehingga banyak investor yang mencairkan aset sahamnya untuk dibelikan emas.

Sebab, di kala perekonomian terpuruk, emas bisa membantu mengamankan nilai modal investasi yang menurun di pasar modal.

Sebaliknya, ketika kondisi perekonomian mulai membaik, maka investor cenderung meninggalkan emas dan memindahkan dana mereka kembali ke saham.

“Kita tentu masih ingat peristiwa di mana performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir Januari hingga Mei 2020 minus hingga 19% akibat pandemi covid-19. Tapi bagi mereka yang membeli emas pada akhir Januari 2020, justru bisa menikmati keuntungan 19% pada Mei 2020,” tuturnya.

 

Cicil dan Beli Emas Online

Dila mengatakan, dengan harga jual emas yang sudah tembus Rp1 juta, bagi sebagian orang harga tersebut dianggap tak lagi terjangkau.

Akan tetapi, kata dia, dengan membelinya secara online sesuai dengan budget yang kita miliki per bulan, maka cara ini terbilang cukup cerdas dalam berinvestasi emas.

“Lewat platform jual beli emas online, kita berkesempatan membeli emas dengan harga murah karena dilakukan dengan cara mencicil. Bahkan, dengan budget di bawah Rp50 ribu pun bisa,” ujarnya.

Ketika harga emas mengalami penurunan, maka hal itu menjadi kesempatan baik bagi kita untuk membelinya.

“Namun, patut diingat kembali bahwa investasi emas adalah investasi jangka panjang. Jangan berharap harga emas yang dibeli akan mengalami kenaikan signifikan dalam waktu dekat,” tambahnya.

Dila menuturkan, perencanaan pengembangan dana memang wajib dilakukan setiap orang lantaran seiring dengan berjalannya waktu, akan ada inflasi yang membuat nilai uang tergerus pada masa depan. Perencanaan itu dapat dilakukan dengan membeli emas atau aset lainnya untuk investasi.

“Di masa tua nanti, emas yang kita miliki bisa dicairkan untuk kebutuhan hidup kita,” katanya.

Lantas, bagaimana jika jika dalam waktu yang bersamaan seseorang mengalami keadaan darurat atau penyakit kritis?

Menurut Dila, perencanaan pengembangan dana sebaiknya dilakukan tanpa mengabaikan perencanaan perlindungan atas segala risiko yang akan berpotensi dialami.

“Lakukan investasi setelah memiliki asuransi kesehatan dengan manfaat pertanggungan penyakit kritis tentu sangat berguna untuk hari tua nanti, tanpa perlu mengorbankan aset investasi yang diperuntukkan bagi tujuan keuangan lainnya,” tutupnya. [Fitriana]

Advertisement
Advertisement