Sejak Menjadi “Nyonya Hong Kong”, 12 Tahun Jamilatin Terlantarkan Ayahnya
KARANGANYAR – “Sepriki, pun rolas tahun mas angsale mboten purun ngubungi nggriyo (sampai saat ini sudah dua belas tahun tidak mau menghubungi keluarga)” tutur Rohmatin, warga Berjo Ngargoyoso Karanganyar Jawa Tengah saat mengawali percakapan dengan ApakabarOnline.com.
Rohmatin merupakan kerabat yang tinggal bersama Marnun (72), seorang kakek yang selama dua belas tahun telah diterlantarkan anak sematawayangnya, Jamilatin di Hong Kong.
Menurut penuturan keluarga, Jamilatin sebenarnya bukan anak kandung Marnun, melainkan anak angkat yang diadopsi dari Sulawesi 43 tahun silam saat Marnun beserta almarhumah Semi menjadi seorang pedagang warung makanan di kawasan lintas trans Sulbar.
Karena telah diadopsi sejak bayi lantaran perempuan yang melahirkan Jamilatin tidak mau mengasuh karena malu dengan kelahiran bayi tersebut, Marnun dan Semi yang saat itu belum dikaruniai momongan, dengan senang hati menerima bayi tersebut untuk diadopsi menjadi anaknya.
Perjalanan waktu membawa Marnun dan Semi beserta Jamilatin yang masih duduk di bangku SD berpindah ke Karanganyar karena Semi harus mengasuh orang tuanya yang sendirian di rumah dalam kondisi sakit-sakitan.
Kini, sejak delapan tahun silam, Semi telah berpulang menghadap Illahi, setelah sebelumnya sakit-sakitan menahan perih hati dan beratnya beban pikiran lantaran Jamilatin usai berpamitan akan menikah di Hong Kong tidak ada kabarnya lagi.
Tinggallah Marnun seorang diri. Beruntung, Rohmatin, keponakan almarhumah Semi dengan lapang dada dan ikhlas mengurusi Marnun sekaligus menanggung seluruh kebutuhannya di hari tua.
Namun demikian, Marnun tetap berharap bisa bertemu dengan Jamilatin yang meskipun anak angkat, namun dalam hati sanubari Marnun telah menganggap dan menyayangi Jamilatin menjadi anak kandung sendiri.
“Kulo namung saget ndungo mas. Saben senin kemis kulo poso, nek dhalu nenuwun dateng Gusti Allah, Nyuwun kulo diparingi kesarasan, diparingi umur panjang supadhos saget kepanggih maleh kalihan anak kulo Jamilatin. (Saya hanya bisa berdoa, setiap Senin dan Kamis saya berpuasa, setiap malam selalu minta kepada Allah SWT agar saya dikaruniai umur panjang dan kesehatan supaya bisa bertemu dengan anak saya Jamilatin)” aku Marnun.
Tahun 2016 kemarin, salah seorang keponakan Rohmatin yang bekerja di Hong Kong berhasil menemukan Jamilatin. Namun menurut penuturan keponakan Rohmatin, setelah berhasil memastikan dan mengakui bahwa perempuan tersebut benar-benar Jamilatin yang dicari, Jamilatin ngacir menghindari saat disampaikan kabar dicari Marnun ayahnya.
“Entah apa alasannya, sebelum dikabari kalau dicari Marnun ayahnya, ponakan saya yang bertemu mendengar cerita yang gedhe gedhe tentang kehidupan Jamilatin di Hong Kong bersuamikan pria Nepal. Katanya makmur, punya pembantu dari Indonesia juga. Tapi saat keponakan saya mengaku bahwa dia adalah saudara ibunya (almarhumah Semi) dan menunjukkan poto mbah Marnun sambil mengatakan bahwa mbah Semi sudah meninggal, mbah Marnun kangen, Jamilatin katanya langsung ngacir pergi “ beber Rohmatin.
“Itu bukan urusanku, aku gak mau tahu, begitu yang diucapkan Jamilatin ke keponakan saya pas disodori nasib mbah Marnun” lanjutnya.
Melalui ApakabarOnline.com, baik Rohmatin maupun Marnun berharap, agar “Nyonya Hong Kong” Jamilatin berkenan menghubungi keluarganya, utamanya mbah Marnun ayahnya. Berikut petikan pesan mereka :
Romhatin :
“Tin, jarene uripmu neng Hong Kong wis kepenak. Aku ya melok seneng Tin krungu crito ngunu iku. Opo maneh awakmu ya iso mbayari pembantu Indonesia neng omahmu neng Hong Kong.
Tin, sudah 12 tahun kamu tidak pernah mkenghubungi keluarga, kenapa Tin ? Apa kamu ada masalah ? Atau keluarga yang ada salah ?
Kasihan orang tuamu Tin. Meskipun mereka bukan orang tua kandung, tapi mereka telah tulus membesarkan, mendidik kamu hingga kamu bisa menjadi seperti sekarang ini. Coba bayangkan, orang tuamu sendiri justru tidak mau menerima kelahiranmu, mereka malu dengan kelahiranmu, lalu kamu yang masih bayi merah dikasihkan ke budhe Semi dan pakde Marnun.
Ngelingono ya Tin. Sekali lagi, ngelingono. Kamu bisa seperti sekarang karena ketulusan mbah Marnun dan budhe Semi. Jangan lukai hati mereka, jangan terlantarkan mereka.”
Marnun :
“Nduk, Tin, bapak kangen nduk. Emakmu wis gak ono. Emakmu wis disuwun Allah. Muliho ya nduk, bapak kangen. Anakmu wis piro saiki ? “ pinta Marnun yang terhenti oleh tangisnya. []