July 27, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Sejarah Memperingati hari Raya Idul Fitri

2 min read

JAKARTA – Sebentar lagi, seluruh umat Muslim akan menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri. Tahukah Anda sejarah terjadinya Hari Raya Idul Fitri? Melansir Republika.co.id, sejarah Hari Raya Idul Fitri bermula dari 2 peristiwa, yaitu terjadinya perang badar dan hari raya masyarakat pada masa jahiliyah.

Diketahui, sebelum Islam muncul, bangsa Arab memiliki 2 perayaan hari raya. Dalam sebuah riwayat dijelaskan, bahwa asal usul hari raya tidak dapat lepas dari budaya masyarakat pada masa jahiliyah. Kemudian, Nabi Muhammad SAW mengganti perayaan hari raya tersebut menjadi lebih baik dan juga mengganti hari yang lebih baik juga, yang biasa disebut dengan Idul Fitri dan Idul adha. Seperti yang tertulis pada Hadis Riwayat Abu Dawud, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain, ketika Nabi Muhammad SAW datang ke Madinah, Rasulullah bersabda: kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.”

Pada tahun 2 Hijriyah merupakan awal mula dilaksanakannya Hari Raya Idul Fitri. Pada saat itu, bertepatan pula dengan kemenangan umat Muslim pada perang badar. Dari kemenangan tersebut menjadi awal mula perayaan Idul Fitri, karena pada saat yang bersamaan umat Muslim juga merayakan kemenangan perjuangan yang telah dilakukan sebagai bentuk kejayaan Islam.

Maka, atas kemenangan yang diraih, umat Muslim secara tidak langsung mendapatkan 2 kemenangan, yaitu kemenangan telah dapat berpuasa selama satu bulan penuh selama Ramadan dan kemenangan yang telah diraih dari perang badar.

Dikutip dari Nu Online, Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam kitabnya Risalah fil Aqaid menjelaskan bahwa dua hari yang setiap tahunnya digunakan untuk pesta pora oleh kaum jahiliyah itu disebut dengan hari Nairuz dan Marjaan. Dalam setiap tahunnya, dua hari ini digunakan untuk pesta pora, dan diisi dengan mabuk-mabukan dan menari. Dikatakan, bahwa Nairuz dan Marjaan merupakan hari raya orang Persia kuno. Setelah turunnya kewajiban puasa Ramadan, Rasulullah mengganti Nairuz dan Marjaan dengan hari Idul Fitri dan Idul Adha. Tujuannya, agar umat Islam mempunyai tradisi yang lebih baik dan sejalan dengan apa yang disyariatkan oleh Allah Subhanahu Wa Taala. (Lihat, Risalah fil Aqaid, juz 3, halaman: 68)

Begitu pun Imam al-Baihaqi dalam kitabnya, As-Sunanul Kubra menampilkan bunyi hadisnya secara jelas. Rasulullah bersabda:

“Barang siapa membangun negeri kaum ajam (selain Arab), kemudian meramaikan hari-hari Nairuz dan Mihrajan mereka, serta meniru mereka hingga ia mati dalam keadaan seperti itu, maka ia akan dibangkitkan bersama mereka pada hari kiamat. (Imam al-Baihaqi, As-Sunanul Kubra, juz 9, halaman: 234). []

Advertisement
Advertisement