Sekecil Apapun Rezeki, Jangan Ditolak
JAKARTA – Kata rezeki berasal dari bahasa Arab, yakni ar-Rizq yang artinya pemberian. Pada hakikatnya, segala hal yang kita dapatkan merupakan rezeki dari Allah SWT. Mulai dari detak jantung hingga kesuksesan dalam karir, segalanya merupakan pemberian dari Allah SWT.
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.”(Q.S. Adz Dzariyaat:22)
“Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan.”(Q.S. Adz Dzariyaat:22)
Tidak ada satu mahluk pun yang rezekinya tidak berasal dan tidak diatur oleh Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya:
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).”(Q.S. Hud:6)
Begitu banyaknya rezeki yang diberikan oleh Allah SWT kepada semua mahluk-Nya. Sebagai mahluk-Nya, kita hanya diwajibkan untuk selalu bersyukur pada setiap nikmat yang diberikan sekecil apapun.
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”(Q.S. Al Baqarah:152)
Namun bagaimana jika ada yang menolak rezeki? Ya, ada beberapa orang yang sering menolak rezeki yang datang kepadanya. Misalnya saja, seorang yang pengangguran diberikan tawaran pekerjaan membersihkan kebun, tapi ia tolak karena sepele dengan bayaran yang kecil dan lebih memilih untuk menganggur seharian penuh. Atau seorang supir taksi yang menolak penumpang yang ingin diantar dalam jarak dekat karena sepele dengan bayaran yang rendah. Sungguh miris melihat kondisi yang seperti ini, bukan?
Mereka mengharapkan mendapat rezeki yang besar namun menolak untuk mengejar rezeki yang kecil. Padahal Allah SWT telah menjanjikan rezeki lebih bagi mereka yang bersyukur, baik itu pada rezeki besar maupun kecil. Sebagaimana firman-Nya:
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”(Q.S. Ibrahim:7)
Dari ayat di atas jelas terlihat bahwa Allah tidak menyukai orang-orang yang menolak rezeki bahkan sampai mengingkarinya. Allah sudah memberikan rezeki namun ditolak, bukankah ini sama saja menyepelekan rezeki yang diberikan oleh Allah SWT. Maka hendaklah kita menjauhkan diri dari sifat sombong dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda : “Lihatlah orang yang yang ada di bawahmu dan janganlah kamu melihat orang yang ada di atasmu. Hal itu akan lebih baik bagimu agar kamu tidak meremehkan nikmat Alloh yang yang diberikan kepadamu.” (HR. Bukhori Muslim)
Dengan pedoman selalu melihat rezeki orang yang berada di bawah kita itulah hendaknya kita selalu bersyukur terhadap apa yang kita dapatkan. Tidak semua orang bisa mendapatkan rezeki seperti yang kita dapatkan.
Sepantasnya adalah kita harus selalu mengejar rezeki yang baik dan cara bersyukur menurut Islam terhadap segala sesuatunya. Kita juga hendaknya selalu memanjatkan doa pembuka rezeki dari segala penjuru dan mengerjakan amalan memperlancar rezeki.
Namun bagaimana jika rezeki yang ditolak adalah berupa kado atau pemberian dari sesama manusia? Dalam sebuah riwayat Umar bin Khattab berkata, Rasulullah SAW pernah memberikan harta kepadaku namun aku berkata,
” Berikanlah pada orang yang lebih fakir dariku. Hingga suatu hari beliau memberikan harta kepadaku, maka kaupun berkata, “berikanlah pada yang lebih fakir dari aku.” Maka Rasulullah SAW bersabda ” Ambillah, dan bila kamu diberikan sesuatu harta sedangkan engkau tidak mengidam-ngidamkannya dan tidak pula meminta-minta, maka ambillah. Dan jika tidak demikian maka janganlah kamu mengejarnya dengan hawa nafsumu.” (H.R.Bukhari – Muslim)
Dari hadist di atas dapat kita simpulkan bahwa jika kita diberikan hadiah oleh orang lain, maka hendaklah diterima. Apalagi jika hadiah yang diberikan adalah sesuatu yang tidak kita minta atau idamkan. Rasulullah SAW bersabda “ Barang siapa yang ditawari sesuatu tanpa memintanya maka hendaklah menerimanya.” (HR. Ahmad).
Menerima hadiah sangat dianjurkan dalam Islam, karena hadiah itu termasuk rezeki dari Allah SWT yang diberikan kepada kita, Rasulullah SAW bersabda “Barangsiapa yang Allah datangkan kepadanya sesuatu dari harta ini, tanpa dia memintanya, maka hendaklah dia menerimanya, karena sesungguhnya itu adalah rezeki yang Allah kirimkan kepadanya.” (Shahih At Targhib)
Rasulullah juga telah memberitahukan kepada kita tentang hadiah apa yang tidak boleh ditolak. Dari Umar, Rasulullah bersabda “Tiga pemberian tidak ditolak: bantal, minyak wangi dan susu.” Rasul juga menganjurkan untuk membalas dan mendoakan orang yang telah memberi kita hadiah.
“Barangsiapa diberi suatu pemberian, maka hendaklah dia membalasnya; bila tidak ada hendaklah dia memuji pemberinya; karena orang yang memuji itu telah bersyukur, dan barang siapa menyembunyikannya maka berarti dia mengkufurinya. Dan barangsiapa yang berpura-pura zuhud, padahal dia bukan orang yang zuhud, maka dia itu bagaikan orang yang berdusta yang mengatakan apa yang tidak ada.”
Dalam hubungan antar manusia, saling memberi hadiah merupakan salah satu bentuk hikmah silaturahmi dalam Islam. Namun ternyata ada pula beberapa hadiah yang tidak boleh kita terima atau ditolak, diantaranya adalah:
- Menolak karena alasan tertentu: Dari Abdullah bin Abbas r.a. bahwa suatu saat bibinya yaitu Ummu Hafid memberi hadiah kepada Nabi berupa: susu kering, minyak samin serta adhab (hewan sejenis biawak yang hidup di padang pasir, dan makanan pokoknya adalah tumbuhan), maka beliau memakan susu kering, minyak samin dan menolak adhab.” (H.R. Al Bukhari dan Muslim). Rasul tidak menerima adhab karena memakan adhab bukanlah kebiasaan orang Mekah, walaupun tidak diharamkan dagingnya.
- Menolak karena mudharat: Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah bersabda yang artinya, “Demi Allah, setelah tahun ini aku tidak akan menerima hadiah kecuali dari orang-orang yang berhijrah, orang Quraisy, orang Anshar, orang Daus, atau orang Tsaqafy.” (H.R. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani). Hal ini dikarenakan Rasul pernah menerima hadiah dari seorang Arab Badui, lalu Rasul membalasnya. Namun sayang, orang tersebut menolaknya karena menganggap balasan yang diberikan Rasul tidak sesuai dengan keinginannya. Maka Rasul memberikan balasan hadiah sesuai keinginan orang tersebut, namun berjanji tidak akan menerima hadiah lagi jika hadiah tersebut justru merendahkan orang yang menerima hadiah.
- Menolak karena syariat: Dari As-Sha’ab bin Jatsamah bahwa beliau suatu saat memberi hadiah kepada Nabi berupa daging kuda zebra, tetapi Rasulullah menolak hadiah tersebut. Maka berubahlah rona muka shahabat tersebut, melihat hal ini Rasulullah bersabda yang artinya, “Saya tidak menerima hadiah tersebut kecuali sebabnya saya sedang dalam keadaan Ihram” (H.R.Bukhari dan Muslim). Ketika melaksanakan haji, maka dilarang untuk memakan daging hewan buruan. Begitu pula dengan penolakan pada kasus suap atau gratifikasi karena melanggar syariat Islam.
Itulah beberapa penjelasan tentang hukum menolak rezeki dalam Islam. Hendaknya kita mampu untuk menjadi orang yang lebih bersyukur terhadap segala bentuk rezeki dari Allah SWT agar ia terus memudahkan jalan rezeki kita. Semoga kita semua selalu menjadi hamba yang bersyukur. Amin. []
Sumber Islamic Base