April 16, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Sering-Seringlah Mengingat Kematian, Begini Sebabnya

3 min read

JAKARTA – Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam memerintahkan kita agar memperbanyak mengingat mati. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan, yaitu kematian” (HR. Tirmidzi).

Banyak yang bertanya-tanya, apa maksud memutuskan kelezatan dalam hadis Rasulullah itu. Apakah kita tidak boleh menikmati kelezatan dunia?

Dikutip dari Islampos.com, Syekh Abdul Aziz bin Baz Rahimahullah menjelaskan bahwa maksudnya yaitu agar kita memikirkan akhirat yang merupakan kehidupan abadi dan jauh lebih baik. Dengan mengingat akhirat, kita tidak akan bersenang-senang saja di dunia dan melupakan akhirat.

Beliau Rahimahullah berkata,

“Maksud dari mengingat kematian yaitu menjadikannya sering teringat dalam pikiran kita, agar kita menyiapkan bekal. Maksud dari ‘pemutus’ yaitu memutuskan kelezatan di dunia dan mendekatkan dengan kelezatan akhirat” (Syarh Bulughul Maram, Kitab Al-Janaiz).

 

Manfaat mengingat kematian:

“Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, dia akan dimuliakan dengan tiga perkara, yaitu: (1) bersegera dalam bertaubat, (2) hati yang qanaah, (3) bersemangat melakukan ibadah. Barangsiapa yang lupa mengingat kematian, dia akan dihukum dengan tiga perkara, yaitu: (1) menunda-nunda taubat, (2) tidak rida terhadap pemberian (takdir) Allah, (3) malas beribadah” (At-Tadzkirah, 1: 27).

Kematian merupakan sesuatu yang pasti. Setiap yang bernyawa pasti mengalaminya. Allah SWT berfirman dalam surah Ali Imran ayat 185.

Artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya, pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.”

Kedatangan maut memang secara tiba-tiba dan tidak dapat dihentikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam surah Yunus ayat 49 dan surah al-Jumu’ah ayat delapan berfirman tentang ajal.

Artinya, “Bagi setiap umat ada ajal, ketika ajalnya telah tiba, maka mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” Kemudian, “Walaupun berusaha lari, mereka tidak akan pernah lepas dari kematian.”

Bagaimanapun, kematian bukanlah akhir kehidupan. Ia hanya pintu gerbang menuju alam akhirat. Di sana setiap manusia akan mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya selama di dunia.

Tiap manusia akan memperoleh balasan sesuai dengan apa-apa yang telah diperbuat. Prinsipnya, dunia adalah tempat menanam dan akhirat menjadi tempat menuai.

Begitu banyaknya manfaat mengingat kematian. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut orang yang pintar adalah orang yang mengingat kematian, lalu mempersiapkan kehidupan setelah kematian. Sebagaimana kita ketahui bahwa apabila kita ingin mempersiapkan sesuatu, pasti kita akan sering mengingatnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Orang yang pandai adalah  orang yang mampu mengevaluasi dirinya dan beramal (mencurahkan semua potensi) untuk kepentingan setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang mengikuti hawa nafsu, kemudian berangan-angan kosong kepada Allah” (HR. Tirmidzi).

Orang yang mengingat kematian adalah orang yang pandai dan selalu penuh perhitungan. Bagaimana tidak, dia benar-benar memperhitungkan dan menyiapkan kehidupan yang kekal selamanya, dibandingkan kehidupan yang hanya sementara saja.

Syekh Al-Mubarakfuri menjelaskan makna “al-Kayyis” yaitu orang yang pandai dan berakal. Beliau Rahimahullah berkata,

“Al-Kayyis yaitu yang berakal dan suka berpikir (merenungkan) pada suatu urusan dan suka memperhatikan akibat-akibatnya (dampak atau hasil akhir)” (Tuhfatul Ahwadzi, 8: 108).

Hal ini diperkuat dengan riwayat lainnya, di mana Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menyebutkan orang yang cerdas adalah orang yang banyak mengingat kematian.

Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam,

“‘Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya. Itulah mereka yang paling cerdas’” (HR. Ibnu Majah).

Hendaknya kita memperbanyak mengingat kematian dan langsung teringat dengan kehidupan akhirat, lalu kita berusaha mempersiapkannya dan tidak lalai. Mau tidak mau, kita pasti akan mengingat kematian, karena kita semua pasti akan mati.

Allah Ta’ala berfirman,

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu’” (QS. Al-Jumu’ah: 8).

Melansir Republika.co.id, banyak cara untuk kita bisa mengingat kematian, di antaranya dengan berziarah kubur. Sabda Rasulullah SAW, “Semula aku melarang kalian berziarah kubur, tetapi sekarang, berziarahlah kalian!” (HR Muslim).

Ziarah yang dimaksud bukan untuk meminta sesuatu dari ahli kubur, tetapi untuk mengingatkan bahwa kita pun akan seperti mereka. Tidak ada batasan kuburan siapa yang mesti diziarahi. Tidak hanya kubur orang-orang terkenal saja, kuburan siapa saja bisa diziarahi.

Mengingat kematian, selain bermanfaat, juga merupakan sunnah yang harus terus dilestarikan. Dengan harapan sunah yang baik ini dapat mensucikan jiwa dan melembutkan hati. Wallahu a’lam. []

Advertisement
Advertisement