April 20, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Setelah Tujuh Tahun Berjaringan, Tidak Ada PMI Yang Kembali ke Negara Penempatan

2 min read

MADIUN – Menjadi pekerja migran, bagi kebanyakan warga Indonesia lantaran berlatar belakang pemenuhan kebutuhan ekonomi yang sulit terpenuhi di kampung halaman sendiri. Skil, jaringan, hingga modal kapital, seringkali menjadi penentu pada keberhasilan seseorang menghasilkan produktifitas keekonomian dengan hasil minimum sesuai yang diharapkan.

Banyak fenomena, pekerja migran yang awalnya memutuskan untuk pensiun lalu pulang ke kampung halaman dengan tekat memulai hidup baru, harus pupus di tengah jalan, hingga mengantarkan mereka kembali ke negara penempatan.

Mengantisipasi hal tersebut, Dompet Dhuafa sebagai salah satu lembaga pengelola dana sosial yang memiliki akseas dengan kalangan pekerja migran pada tahun 2010 membentuk sayap lembaha bernama Migrant Institute, kemudian tak lama berselang, Migrant Institute membentuk program kegiatan bernama KAMI (Keluarga Migran Indonesia).

Salah satu cabang KAMI yang eksis dampai sekarang adalah di kawasan Madiun Raya, yakni KAMI Ponorogo dan KAMI MADIMA (Madiun Magetan).

Pada perjalanannya, berbagai kegiatan untuk mewujudkan mantan pekerja migran yang mandiri dan produktif secara ekonomi terus menerus dilakukan. Sudah banyak pelaku UKM besutan KAMI yang hingga kini semakin berkembang dan bertambah besar usahanya.

Hal tersebut terbukti mampu menjauhkan niat untuk kembali ke negara penempatan, lantaran di kampung halaman dengan berjaringan dalam wadah KAMI, purna migran diantarkan memiliki wirausaha yang hasilnya mempu menutup kebutuhan hidup sehari-hari.

Di KAMI MADIMA misalnya, setiap satu bulan sekali, mereka mengadakan pertemuan diikat dengan arisan yang mana didalamnya secara rutin diadakan sesi khusus untuk saling membedah usaha masing-masing anggotanya.

Dari hasil membedah tersebutlah, maju mundur usaha anggota bisa terpantau, sekaligus berdiskusi memberikan masukan agar usaha yang terpuruk kembali bangkit dan usaha yang berkembang semakin menjadi besar.

Tak jarang, mereka menghadirkan mentor-mentor dari luar kalangan pekerja migran untuk memberikan ilmu kewirausahaan.

Di Madiun Magetan, perjalanan KAMI sejak kali pertama dibentuk hingga saat ini telah melewati tiga kali pergantian kepemimpinan.

Model sillaturahmi bulanan bukan berbentuk forum formal, melainkan forum kekeluargaan yang saat acara tersebut, terbangun budaya, anggota mengajak serta keluarganya (Suami/istri/anak) hingga membuat KAMI benar-benar menjadi keluarga.

Besutan KAMI MADIMA saat ini sudah banyak yang usahanya mampu menembus pasar luar negeri. Seperti kerajinan karya Omah Kinarya milik Pipit Kinarya misalnya, berawal dari menjajakan di ajang car free day, kini kliennya sudah berhasil menembus Istana Negara, bahkan diekspor ke beberapa kolektor benda seni di luar negeri.

Atau Wedhang Uwuh Dhamarwulan milik mantan ketua FLP Hong Kong periode tahun 2006, Wina Karnie. Produknya saat ini telah mampu menembus pasar, bukan hanya nasional, setelah berbagai kriteria perijinan telah terpenuhi, standart baku mutu telah teruji, produknya menembus pasar luar negeri di berbagai belahan dunia seperti Asia Tenggara, Eropa, Amerika Latin, Timur Tengah, dan beberapa negara lainnya.

Pengurus KAMI di Madiun Raya mengundang kepada seluruh pekerja migran di berbagai negara penempatan untuk bergabung dan menjadi purna migran yang mandiri dan survive ekonomi di kampung halaman sendiri.

Caranya, langsung saja menghubungi kontak person untuk KAMI Madiun Magetan bisa ke Wina Karni di nomor +62 818 063 112 75, untuk KAMI Ponorogo infonya menyusul menunggu konfirmasi dari pengurus.  []

 

Advertisement
Advertisement