April 25, 2024

Portal Berita Pekerja Migran Indonesia

Setengah dari Seluruh Rumah Tangga di Indonesia Tidak Memiliki “Celengan” Atasi Pandemi Corona

2 min read

JAKARTA – Deputi Direktur The SMERU Research Institute Atia Yuma mengungkapkan 50 persen dari total rumah tangga di Indonesia tak memiliki tabungan untuk menghadapi pandemi covid-19.

Hal ini tertuang dalam laporan “Analisis Dampak Sosial dan Ekonomi Pandemi Terhadap Rumah Tangga di Indonesia” yang dikerjakan oleh Unicef, UNDP, Australia-Indonesia Partnership for Economic Development, dan SMERU Research Institute.

“Setengah dari seluruh rumah tangga di Indonesia tidak memiliki tabungan jadi sebagai akibatnya satu dari tiga dari mereka harus menjual atau menggadaikan barang. Kemudian satu dari empat di antaranya itu meminjam uang secara informal dari keluarga atau teman,” tuturnya dalam video conference, Kamis (04/03/2021).

Laporan tersebut juga menemukan tiga dari empat rumah tangga mengalami penurunan pendapatan selama pandemi. Ini terutama terjadi pada rumah tangga yang mempunyai anak.

“Tiga per empat rumah tangga yang memiliki anak mengalami penurunan pendapatan. Indikasinya kemiskinan anak meningkat,” imbuh Atia.

Kemudian, terdapat 14 persen dari pencari nafkah utama yang berpindah kerja karena pandemi di mana setengahnya pindah dari sektor formal ke informal.

“Sektor pertanian dan konstruksi jadi buffer atau penyerap terbesar perpindahan tersebut,” jelas Atia.

Selain itu, dari satu per tiga dari seluruh rumah tangga yang memiliki usaha 90 persen di antaranya mengalami penurunan pendapatan akibat pandemi.

“Padahal bagi banyak rumah tangga usaha ini merupakan sumber pendapatan penting,” ucapnya.

Selain penurunan pendapatan, tingkat kerawanan pangan rumah tangga juga memburuk selama pandemi. Pada 2019 rumah tangga yang memiliki tingkat kerawanan pangan moderat hanya 5,4 persen.

Namun ini meningkat pada 2020 menjadi 11,7 persen.

Menurut Food Insecurity Experience Scale (FIES) yang dikeluarkan FAO tingkat moderat sendiri artinya makan lebih sedikit atau mengurangi porsi makan. Sementara tingkat kerawanan tinggi artinya tak bisa makan sepanjang hari, kehabisan makanan dan kelaparan.

“Rumah tangga dengan anak memiliki tingkat kerawanan pangan lebih tinggi, sekitar 12,6 persen. Ini kira-kira dari dari 100 rumah tangga sekitar 12 rumah tangga yang memiliki anak mengalami kerawanan pangan tinggi,” tandas Atia. []

Sumber CNN

 

Advertisement
Advertisement